seorang gadis yang sengaja dengan rambut yang di urai itu sedang menganggukan kepalanya, seakan sudah tergelanyut dengan alunan musik di dalam mobilnya. gadis ini sedang sendirian di dalam mobil, ia menyetir mobil sambil mendengar musik dari radio mobilnya.
tangannya yang lihai memutar ke arah kanan saat ingin berbelok.
saat pandangannya lurus kedepan, tak sengaja matanya menatap sosok pria yang sedang berjalan sendirian sambil membawa koper. bukan, bukan karna kasihan. melainkan pria itu tak asing baginya. ia mendekatkan pria itu dengan menancap gas dengan pelan, menyamakan mobilnya dengan pria tersebut.
gadis dengan rambut di urai itu kini membuka kaca mobil nya, ia mengernyit, ternyata dugaannya benar. sangat benar.
"daffa?" panggil gadis ini, yang di panggil daffa pun menoleh. pria itu menatap kehadiran gadis ini dengan kaget, bagaimana bisa ia bertemu dengan gadis yang telah ia bully di depan banyak orang.
"verly?" verly yang mendengar namanya di sebut hanya tersenyum, ia mengingat kejadian masa lalunya itu. bagaimana ia di kucilkan dengan pria di depannya ini yang bernama 'daffa' sampai ia pindah sekolah.
"kamu ngapain di sini? bawa koper lagi" tanya verly, ia mengernyit heran dengan daffa yang sekarang membawa koper. ia berfikir apakah mungkin daffa di usir? bukankah daffa anak orang kaya? orang tua nya justru mempunyai banyak perusahaan.
daffa menunduk, itu hal yang membuat verly menatap iba kepada daffa. verly makin mengerti atas kejadian daffa, mungkin daffa butuh istirahat.
verly tersenyum "ayo naik ke mobil aku" ajak verly, daffa menatap verly dengan rasa bersalah. ada banyak penyesalan yang ia telah perbuat kepada verly, tetapi apa yang verly balas? tak ada. hanyalah kebaikan yang verly balas.
"gak usah, gue mau nyari kontrakan" tolak daffa, sebenarnya ia mau. tapi dikarenakan malu, jadi ia tak mau.
"daffa, gak apa apa. aku gak keberatan"
"kalo pun kamu nginep di rumah aku, aku juga gak masalah daf" verly berkata dengan halus. itu yang semakin membuat daffa malu.
"lo lupa? dulu gue yang udah bi-" ucapan daffa terpotong saat ada mobil mengklakson dari belakang.
"udah nanti aja ngomelnya, sekarang ayo ikut aku" dengan rasa gengsi yang dimiliki daffa, ia pun mengangguk dan masuk ke dalam. sebelum itu verly yang sedang tersenyum karna daffa menerima ajakannya pun langsung keluar dari mobil seraya membantu daffa memasukkan kopernya di bagasi.
setelah itu, mobil verly melaju menembus kota palembang. bisa kalian ketahui. verly dulu bersekolah di lampung saat 1 smp lalu ia pindah ke bengkulu saat kelas 8 smp karna orang tuanya ada urusan kerja di bengkulu. lalu saat sma ia ke palembang, karna itu tempat dirinya lahir. saat kelas 1 sma, ia selalu di bully hampir satu sekolah menjelek jelekkan dirinya. hingga suatu hari ia tak tahan jika terus terusan seperti ini, ia berfikir untuk pindah sekolah. tentu orang tuanya tak tinggal diam, malah orang tuanya menyuruh verly untuk pindah kota, tetapi verly menolak. menurut verly, ini adalah uji coba. bagaimana pun ini adalah kota yang di mana ia di lahirkan oleh sang ibunda.
tak terasa sudah berada di perkarangan rumahnya, ia memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. ia menatap daffa yang masih terdiam sedari tadi. bagaimana tidak, saat di perjalanan daffa hanya berdiam diri. hanya ada alunan musik dari radio mobil verly saja yang mengisi suara.
"daf, ayo turun. gak usah canggung gitu" ujar verly dengan ramah. sungguh, ia kasihan dengan daffa. meskipun ia tak tau karna apa daffa bisa seperti ini, yang harus ia ketahui daffa sekarang perlu bantuan.
tak perlu lama, verly dan daffa pun keluar dari mobil. verly berjalan duluan ke dalam rumah menaiki beberapa anak tangga untuk sampai ke pintu utama, yang di belakangnya ada daffa yang berjalan sambil menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
verdanaf
Teen Fiction"gue suka sama lo ver, sejak dari pertama gue ketemu lo. entah kenapa, saat pandangan pertama gue itu langsung suka sama lo. mungkin dulu memang gue benci lo, tapi gue gak tau kenapa. apalagi saat pertama kalo lo genggam tangan gue, hati gue berdeba...