typo? komen.
***
setelah acara makan malam bersama keluarga verly, daffa berpamitan kepada kedua orang tua verly terlebih dahulu sebelum memasuki kamarnya. jujur, ia sangat menyesal kenapa tidak dari dulu ia berteman dengan verly? dan ia malah memperlakukan verly dengan buruk.
apakah verly tidak membencinya? atau dendam seperti itu? bagaimana bisa verly tidak membalasnya dengan kejahatan.
sekarang, pikiran daffa hanya tertuju dengan verly, verly, verly. rasa bersalah terus menghantuinya. ia harus meminta maaf kepada verly secepatnya, agar rasa bersalah ini mulai pudar.
daffa menggelengkan kepalanya, berusaha agar tidak tetap memikirkan itu. lama lama bisa pecah otaknya memikirkan itu terus. daffa yang sudah mulai menguap menandakan ia mengantuk, ia pun yang semulanya duduk di meja belajar lalu berbaring di tempat tidur yang empuk, bahkan sangat empuk. kamar ini saja seperti kamar hotel, saat pertama masuk saja daffa melongo di buatnya karna kamar ini teramat bagus. bahkan lebih bagus dari kamar miliknya sebelumnya.
***
saat di pagi hari, langit masih sedikit gelap karna verly bangun jam 5 subuh. ia bangun sepagi itu untuk mengerjakan sholat yang sudah menjadi kewajiban bagi umat yang beragama islam.
setelah selesai melaksanakan kewajibannya, ia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. ia tersenyum kepada anggota art yang berada di dapur.
"selamat pagi bi ika, bi jana, bi rana" sapa verly dengan ramah sambil tersenyum memandangi mereka semua satu persatu.
"selamat pagi juga non verly" balas sapaan anggota art dengan barengan.
verly tersenyum mendengarkan sapaannya di balas, lalu ia berjalan mendekati kulkas dan mengambil beberapa bahan untuk ia masak.
"eh non, biar bibi aja yang masak. non istirahat aja"
verly menoleh ke belakang, verly pun tersenyum kepada bi ika.
"gapapa bi, aku mau bantu" verly melanjutkan kerjaan tadi yang sempat tertunda, ia memotong sayuran dengan perlahan dengan hati hati.
"nanti bibi saja yang menggorengnya ya non" ucap bi ika yang langsung di balas anggukan oleh verly.
"eh non, den ganteng itu siapanya non?" ucap salah satu anggota art yang sedari tadi diam dengan masih melakukan aktivitasnya di dapur. saat menanyakan hal itu, anggota art tersebut langsung mendekat ke arah verly berada dan mencolek pundak verly seolah menggoda.
"astaga bi rana, aku kaget. aku kirain hantu pagi pagi" verly seraya mengelus dadanya. bagaimana tidak kaget, saat lagi fokus memotong verly di berikan ucapan tiba tiba dan ada yang mencuil pundaknya. untung saja tidak salah potong.
yang di tegur hanya cengengesan "ya, maaf non. bibi tuh kepo, deden ganteng itu siapanya non"
"oh, dia daffa. temen sekolah aku waktu di smanam pas aku masih kelas 11" balas verly sesekali sambil memotong sayuran yang belum di potong.
"smanam itu sma enam ya non?"
verly pun menganggukan kepalanya menandakan 'iya'
"temen apa temen hayoo" goda bi ika sambil menyenggol bahu verly, yang di senggol hanya terkekeh.
"temen bi" sahut verly. "yaudah bi aku mau siap siap kesekolah dulu ya" verly langsung berjalan ke atas menuju ke kamarnya, bahkan ia saja belum mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
verdanaf
Teen Fiction"gue suka sama lo ver, sejak dari pertama gue ketemu lo. entah kenapa, saat pandangan pertama gue itu langsung suka sama lo. mungkin dulu memang gue benci lo, tapi gue gak tau kenapa. apalagi saat pertama kalo lo genggam tangan gue, hati gue berdeba...