"Hai Paman." Panggil Perth sambil menepuk pundak laki-laki yang dipanggilnya paman itu.
Laki-laki itu menatapnya sekilas, kemudian kembali melanjutkan kegiatan merokoknya.
Perth duduk di samping laki-laki itu tanpa menunggu untuk disuruh.
"Aish Paman. Merokok itu tidak baik untuk kesehatan."
Perth mengambil alih rokok itu dengan paksa.
Laki-laki itu menatap Perth datar. "Kembalikan? atau pergi dari sini?"
Perth tertawa canggung, lalu menaruh rokok yang diambilnya pada sela-sela jari telunjuk dan tengah laki-laki itu.
Paman itu menghela nafas lelah. "Bukannya kau harus bekerja?"
"Ah. Aku libur hari ini."
"Lalu kenapa kau di sini?"
"Aku ada kencan."
Paman merengutkan dahinya. "Dengan Mommymu?"
Perth tersedak minuman paman itu yang diminumnya.
"Haish... Kenapa kau meminum minumanku." Laki-laki itu mengambil gelas yang berada di genggaman Perth.
Perth menatap paman itu dengan kesal. "Aku haus paman. Lagi pula, kenapa juga aku harus berkencan dengan mommy?"
"Tidak bisakah kau memesan minumanmu sendiri? Dan, memangnya kenapa dengan berkencan dengan mommymu?"
"Tidak, paman. Aku tidak ingin menghambur-hamburkan uang."
Mata paman itu menyipit mendengar jawaban Perth.
"Dan tentu saja, jawabannya karena aku tidak ingin berurusan dengan kehidupan pribadinya." Lanjutnya.
Perth meraih paksa gelas yang masih di pegang laki-laki itu. Meneguknya hingga tandas. Ponselnya bergetar, menandakan panggilan masuk.
Perth menatap sekilas nama penelfon. "Aku pergi dulu paman. Terimakasih minumannya."
Laki-laki berkepala dua itu menatap punggung Perth yang mulai samar, lalu menatap gelasnya yang sudah kosong.
"Haish bocah itu. Tidak tahukah dia berapa harga yang harus kubayar untuk segelas koktail ini."
*****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu udah nunggu lama?"
Perth menoleh pada sumber suara.
Vika datang dengan dress putih dan rambut terurai yang terlihat sangat serasi dengan dirinya yang sekarang juga tengah memakai hoodie putih kesayangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perth tersenyum dan berdiri. Menarik kursi di depannya, lalu mempersilahkan kekasihnya itu untuk duduk.
Setelah kekasihnya duduk dengan nyaman, barulah dia kembali duduk di kursinya semula.
"Nggak kok. Aku baru nyampai," jawabnya sambil tersenyum.
"Kamu kesini naik apa?" lanjutnya.
"Eh, di anter om aku." Perth menganggukkan kepalanya. Kemudian memanggil waiters, agar mereka dapat memesan makanan.
Sebenarnya, hubungan Vika dan Perth sudah di setujui oleh kedua belah pihak keluarga. Perth juga sudah sering berkunjung, bahkan menginap di rumah Vika. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini kekasihnya memintanya agar bertemu di luar.
Sudah banyak alasan yang kekasihnya ini katakan, agar Perth tidak menjemputnya di rumah. Entahlah, dia percaya jika Vika tidak mungkin bermain belakang. Tapi, entah mengapa akhir-akhir ini feelingnya juga merasa ada yang aneh dengan kekasih cantiknya ini.
Apalagi saat Omnya datang dari Australia. Ah, tapi jika dipikir-pikir. Dia memang mulai berubah saat Omnya itu kembali dari Australia.
"Perth"
"Eh." Perth tersadar saat tangan kekasihnya melambai di depan wajahnya untuk menyadarkan dirinya yang melamun.
Perth menyentuh tangan Vika yang berada di pipinya dan tersenyum. Ia mengusap halus tangan yang berada di pipinya. Kemudian membawanya agar berada tepat di bibirnya, lalu menciumnya berulang.
Vika yang di perlakukan seperti itu pun tersipu. "Kamu emang paling pinter ya bikin aku melting gini," ucapnya sambil menarik pelan tangannya.
Perth tersenyum simpul dan mengusap rambut Vika dengan manja. "Cantiknya pacar aku kalau lagi malu-malu gini."