Putus?

382 47 18
                                    

"Ahhhh.... "

Vika tersenyum saat daging kenyal yang di kulumnya melepaskan lahar panas yang kental. Ia meminum semua susunya tanpa tersisa.

"Makasih ya, Sayang."

Vika tersenyum dan kembali menegakkan tubuhnya.

"Sayang, chek in hotel yuk."

Vika bergelayut manja pada lengan kokoh milik sang kekasih. Perth kembali memakai celananya yang sempat turun. —baca: diturunkan.

Perth mengerutkan keningnya. Tumben pacarnya ini ngajak chek in. Padahal biasanya juga mereka main di rumah.

Jangan lupa jika keluarga Vika sudah menerima Perth, jangan lupa juga Perth sudah sering menginap. Lalu kenapa tiba-tiba kekasihnya ini memintanya untuk chek in? Lucu bukan?

"Kenapa chek in?"

Perth menata rambut Vika yang berantakan. Maksud dia bertanya adalah kenapa tidak pergi ke rumah? Tapi yang Vika tangkap adalah hal lain.

Vika mengusap lembut dada Perth yang terbungkus hoodie tebal. Ia melukiskan pola abstrak pada otot-otot dada yang terasa mengganjal pada tangannya.

"Sayang... "

Vika mendongak dan ganti mengusap rahang tegas milik Perth. Ia mengusap pipi Perth dengan lembut.

Perth tersenyum tipis dan menyentuh tangan Vika yang bergerak halus mengusap pipinya. "Apa? Hm?" Perth juga balas mengusap tangan mulus itu.

Vika mengerucutkan bibirnya, mencoba bersikap manja untuk menggoda kekasih tampannya ini. "Pengeeeeenn."

Perth terkekeh gemas. "Pengen apa sih, cantik?" tanya Perth sambil mencium pipi Vika dengan sayang.

"Pengen ini." Vika tersenyum, menatap kebawah. Tepatnya pada senjata milik Perth. Ia kembali mengusapnya, seperti yang dilakukan sesaat yang lalu.

Perth menggeram rendah, saat tangan cantik Vika merematnya pelan. "Sayang, kamu mau bangunin naga tidur?" tanya Perth sambil menyingkirkan tangan Vika dari pusakanya.

Vika mencebik kesal. Perth memakaikan safety belt pada kekasih cantiknya itu.

Vika tak acuh dan menatap ke jendela luar. Sementara Perth kembali mengemudikan mobilnya.

Perth terkekeh pelan melihat tingkah kekasihnya yang sedang ngambek itu.

"Besok hari jumat, Sayang." Faktanya, Perth memang tidak pernah bermain dengan Vika pada hari-hari sekolah. Karena Perth tahu, jika dia sudah bermain dengan kekasihnya itu, 3 ronde saja tidak cukup.

"Tapi kan, kita udah lama nggak main, Sayang." Dan yah, memang benar sudah sekitar 3 minggu mereka tidak bermain. Karena Perth yang lelah dengan Mommy cantiknya, dan Vika yang sangat sulit untuk menyempatkan waktunya untuk quality time dengan Perth.

Jangan tanya kenapa quality time? Tentu saja waktu yang mereka gunakan untuk bertemu akan menjadi waktu yang berkualitas. -Ehem, jangan lupa garis miring.

"Yaudah. Tapi di rumah kamu. Aku nggak mau di hotel." Perth kembali fokus pada jalanan yang lengang, karena memang sudah sekitar pukul 9 malam.

Vika meneguk ludahnya. Dia bimbang. Dia takut membawa Perth kerumah. Tapi dia juga rindu dengan kehangatan yang Perth berikan. Apalagi dengan si junior yang panjang dan berurat itu. 'Hah. Apa yang harus aku lakukan.'

Perth melirik Vika sekilas, terlihat jelas wajah bimbang kekasihnya itu.

Ia mencoba untuk mengabaikannya dan kembali fokus pada kemudinya. Keadaan sangat hening.

Sugar (Baby?) {PertMark}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang