Anggur

383 42 10
                                        

Cemilan malam, untuk yang malam minggunya di rumah. Ingat! Cemilan tidak boleh banyak-banyak. Nanti tidak bisa menampung hidangan utama.

*****
31 Juli 2021

"Paman?"

"Hm?"

Laki-laki bernama Mark itu meletakkan gelas anggurnya. Alkohol yang ada sedang mencoba mengganggu kesadaran laki-laki kepala dua itu.

"Bolehkah aku bertanya?" Perth meletakkan gelasnya di meja, lalu ikut duduk bersandar pada sofa. Seperti Mark siwat.

"Bukankah kau selalu bertanya?" Mark menoleh ke samping kiri, menatap si muda yang tidak terlihat mabuk sama sekali.

"Paman, aku serius," ucap Perth. Seraya menggeser tubuhnya, hingga lengannya menyenggol lengan si dewasa.

"Hm. Apa?"

Mark mengabaikan Perth yang memiringkan wajahnya, menampilkan wajah imut yang menyebalkan.

Ia mengambil kembali gelas anggurnya, dan meminumnya.

"Tapi paman harus jawab jujur." Perth mencengkeram tangan kanan Mark yang masih digunakan untuk minum.

Mark menghela nafas. "Katakan saja apa maumu anak muda?"

Perth terkekeh pelan, kemudian melepaskan cengkeraman tangannya. Mengambil paksa gelas anggur Mark Siwat, dan meletakkannya di atas meja.

"Paman oh paman... Apa hubunganmu dengan laki-laki yang sering menemuimu di bar?"

Mark memutar bola matanya malas. "Kenapa kau sangat usil, Perth?"

Mata Perth berbinar. "Aku suka caramu memanggilku, Paman. Indah."

Perth menggelengkan kepalanya. "Ah. Lupakan."

"Ayolah paman, aku hanya ingin tahu. Apakah dia kekasihmu?"

Mark mengambil kembali gelasnya. "Dia mantanku."

Seketika itu pula mata Perth melotot tak percaya. "Paman, dia mantanmu? Dan kau masih bercumbu ria dengannya?"

'Pletak'

Mark dengan spontan menggeplak kepala Perth dengan satu tangannya yang bebas. Perth meringis, merasakan panas pada belakang kepalanya.

"Hah ... Aku masih belum terbiasa bertemu anak muda yang berkata vulgar sepertimu. Maafkan tanganku."

Perth mengerucutkan bibirnya lucu. "Ayolah paman. Aku bukan anak kecil lagi. Umurku sudah 17 tahun."

Mark menoleh kearah Perth yang cemberut. Kemudian tersenyum miring. "Lalu, memangnya kenapa kalau dia mantanku? Setidaknya kita pernah saling mencintai.

Sedangkan kau, anak muda. Bukankah kau bahkan masih tidur dengan wanita yang bahkan tidak kau cintai itu? Bukankah kau juga tidak memiliki hubungan apa-apa dengan wanita itu? Lalu, menurutmu? Siapa yang lebih parah?" Skakmat.

Perth menatap Mark tak percaya. 'Bisa-bisanya paman tua itu membalikkan perkataanku.' Batinnya.

Perth mengambil gelasnya dengan perasaan dongkol. Sedangkan Mark tersenyum puas. Akhirnya bisa membuat remaja cerewet itu terdiam.

"Sejujurnya, jika kalian masih mencintai. Kenapa kalian tidak bersama lagi?"

Mark menoleh, si muda sedang menatap langit-langit ruang tamunya. Tatapannya sendu. 'Mungkin dia kepikiran mantannya.'

"Entahlah. Mungkin karena dia sudah memiliki kekasih, begitu pun aku yang sudah tidak lagi mencintainya."

Perth terkejut. "Paman, kau gila."

Mark terkekeh. "Ya, aku tahu aku gila."

"Lalu, kau? Bukankah harusnya kau kencan dengan kekasihmu? Apa yang terjadi?" lanjut Mark, sambil kembali menuangkan anggur pada gelasnya.

"Hah. Entahlah paman. Kekasihku menyelingkuhiku." Perth menghela nafasnya. Meletakkan gelasnya yang kosong di meja, lalu mengambil gelas Mark yang telah terisi oleh anggur.

"Hei. Itu milikku, anak muda."

Perth tak acuh, ia meminumnya hingga tandas dalam sekali tegukan.

'tak' gelas kosong itu bergesekan keras dengan meja.

"Paman, tak baik untukmu minum terlalu banyak. Ingat usiamu itu."

Mark merebut gelas yang berada di depan Perth, mengabaikan ucapannya. Ia kembali mengisi gelas itu dengan anggur, dan meminumnya hingga tandas.

"Kau batu sekali, Paman." Alkohol itu sepertinya sudah mulai bekerja pada tubuh si muda.

Sementara si dewasa sedang berusaha mengendalikan kesadarannya.

"Bukan urusanmu."

'tak' Mark meletakkan gelas itu dengan keras di atas meja.

"Aku akan memberimu pelajaran karena mengabaikanku, Paman."

Perth merapatkan tubuhnya dengan tubuh Mark Siwat. Menyentuh kedua bahunya. Mata Mark menyipit.

"Apa yang akan kau lakukan anak muda?"

Perth tersenyum samar, tangan kirinya masih menyentuh bahu Mark. Sedangkan tangan kanannya menyentuh tengkuk Mark dan mengusapnya.

"Jangan macam-macam Perth." Mark yang sudah tak bertenaga itu mencoba mendorong tubuh Perth, tapi sia-sia. Perth tidak menjauh sama sekali.

Tangan kanannya naik keatas, meremas rambut Mark dengan lembut dari belakang.

"Perth ... "

Mark merasa aneh dengan tubuhnya. Kesadarannya yang tersisa sedikit mencoba untuk memberontak. Tapi nafsunya ternyata mampu mengalahkan akal sehatnya.

Mark memiringkan tubuhnya dan membuka matanya. Perth kembali tersenyum tipis.

"Cium aku."

*****
Revisi: Minggu, 29 Januari 2023

Sugar (Baby?) {PertMark}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang