Kiss

444 47 8
                                    

6 Agustus 2021

*****

Mark mengerjapkan matanya. "Perth?" Tatapan matanya seolah menggoda Perth untuk berbuat lebih.

"Iya, Paman?" Senyuman licik tercetak di bibir Perth.

"Cium aku, Perth."

Perth menyisir poni Mark keatas, menampilkan dahi Mark yang mulus tanpa jerawat.

'Cup'

Ia mengecup dahi Mark pelan.

'Cup' beralih pada pipi kirinya.

'Cup' pipi kanannya.

Tangan kanannya masih bergerilya di tengkuk Mark. Mengusap dan menjambak kecil rambut halus yang sedikit panjang itu.

'Cup' mata kanannya.

'Cup' mata kirinya.

'Cup' hidungnya.

Tangannya menjambak rambut panjang itu sedikit lebih keras. "Arrghh... Perthh." Mark mendongak, menampilkan leher jenjangnya yang putih.

'Cup' 'Muach'

Perth memberikan ciuman dalam pada leher cantik itu. "Eunggh." Tangan Mark meremat pelan bahu Perth.

"Kau benar-benar indah, paman."

"Perthhh... Eunghh... Ah-jangan."

Perth kembali menggigit kecil leher Mark. Ciumannya kembali naik keatas, menjilat daun telinga Mark yang mulai memerah. "Enghh"

Tangan kirinya membuka 3 kancing atas kemeja milik laki-laki berumur 27 tahun itu.

Tangan Mark menghentikan pergerakan tangan Perth, sebelum 3 kancing itu benar-benar terbuka.

Mark menatap Perth sendu. Nafsunya sudah menyelimuti, tapi akal sehatnya masih berupaya untuk menjaga harga dirinya. "Perthhh.... Jang-annhh"

Perth kembali mengulum daun telinga Mark yang sensitif itu. Ia tersenyum miring, saat melihat Mark kembali tak berdaya.

Ketiga kancing atas Mark telah terbuka. Menampilkan bahu polos dan tulang selangka yang indah tanpa cacat.

Perth mendekatkan mulutnya ke telinga Mark, berbisik dengan suara beratnya.

"Kau benar-benar indah, Paman"

Mark meremang mendengar suara deep milik laki-laki yang lebih muda 10 tahun darinya itu. Akal sehatnya perlahan mulai kembali menghilang.

"Eunghh... Ahh, Perthhh-"

Perth mengabaikan Mark yang menjambak rambutnya. Ia mengecup setiap bagian dari bahu mulus milik Mark Siwat yang terekspos.

Ia menyukai keindahan tubuh Mark Siwat, Ia menyukai harum tubuh Mark Siwat, Ia menyukai kulit mulus Mark Siwat, Ia juga menyukai suara rintihan Mark Siwat yang memanggil namanya.

"Perthhh... "

Perth menyudahi ciumannya pada bahu, dada, dan tulang selangka Mark Siwat, karena tanda yang telah ia berikan cukup banyak.

"Paman."

Mark menarik tengkuk Perth agar mendekat dan menciumnya.

Tapi yang terjadi, Perth Memberikan penghalang antara bibirnya dan bibir Mark.

"Kau tidak menginginkanku?" tanya Mark dengan wajahnya yang sayu.

Perth mengusap bibir Mark dengan ibu jarinya.

'Cup' ia juga mencium ibu jarinya yang masih berada pada bibir menggoda milik Mark Siwat.

"Kau egois, Perth." Perth terkekeh melihat Mark yang merajuk seperti anak kecil. Dimana letak usia 27 tahun itu? Dimana pula perginya kegalakan laki-laki yang selalu memarahinya ini?

"Aku akan memindahkanmu kekamar."

Mark merentangkan tangannya, menunggu Perth menggendongnya.

Perth menggelengkan kepalanya, kemudian mengangkat Mark. Menggendongnya ala brydalstyle.

Ia baru pertama kali kesini. Tapi ia bisa tahu dimana letak kamar tidur Mark, karena memang ruangan ini tidak begitu besar.

Perth meletakkan Mark dikasurnya dengan hati-hati. Kemudian menyelimutinya.

Perth masih berdiri disamping Mark, mengamati betapa indahnya ciptaan Tuhan.

Mata Perth membola saat merasakan ada pergerakan di bawahnya.

Ia menundukkan wajahnya, ternyata tangan Mark tengah mengelus Perth junior di bawah sana.

Perth menoleh kearah Mark yang membuka matanya perlahan. "Sepertinya kau tegang, Perth." Mark tersenyum licik.

"Tidakkah kau ingin aku membantumu?" Mark masih mengusap celana Perth dengan tak beraturan. "Berapa ukuranmu? Sepertinya sangat besar."

Perth sekuat tenaga menahan hasratnya. Sungguh, dia tidak menyangka jika Mark yang mabuk sangat membahayakan dirinya sendiri. "Paman?"

"Hm?" Mark menatap Perth dengan tatapan polosnya, sementara tangannya masih berusaha membangunkan junior Perth.

"Tidakkah kau takut jika aku memperkosamu?" tanya Perth sambil menyentuh tangan Mark, menghentikan aktivitasnya di bawah sana.

Mark merengut dengan wajah lucu. "Kenapa harus takut? Aku bahkan akan sangat rela menyerahkan tubuhku padamu." Mark tersenyum manis.

'Sialan.' lirih Perth dalam hati.

"Tidurlah, Paman."

"Kau mau kemana? Menginaplah."

Perth menghela nafasnya pelan. Menyisir poni Mark keatas, kemudian mengecup keningnya. "Aku mau ke kamar mandi dulu."

"Aku bisa membantu-"

Perth menyentuhkan telunjuknya pada bibir Mark, menyuruhnya untuk diam. "Aku bisa sendiri. Paman tidurlah, aku akan menyusul dan memelukmu."

"Tapi aku-"

"Tidurlah, atau aku akan pulang?"

Mark segera memejamkan matanya, tanpa menunggu peringatan untuk yang kedua kalinya.

Perth tersenyum tipis. Mark yang mabuk sungguh menggemaskan, sekaligus meresahkan.

Ia berjalan memasuki kamar mandi, mencoba untuk melemaskan adik kecilnya yang setengah menegang karena perlakuan Mark Siwat.

*****

Perth kembali ke kamar, mendapati Mark yang terbungkus cantik dalam selimutnya.

Perth diam-diam tersenyum dan berjalan mendekat. Tidur pada ranjang yang sama, dan ikut masuk kedalam selimutnya.

Merengkuh Mark dalam pelukannya. "Emmhh. Perthh"

Ucap Mark dalam tidurnya, merasakan kehangatan dari pelukan Perth.

Perth mengecup kening Mark lama, kemudian pipi kanannya. "Have a nice dream, Uncle Siw."

Mark tersenyum dalam tidurnya.

*****
R

evisi: Minggu, 29 Januari 2023

Sugar (Baby?) {PertMark}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang