Histoire 3

104 19 3
                                    

Nyatanya dua tahun berlalu tanpa tegur sapa. Tanpa keberanian. Caraku melihat dan mengetahui kabarnya hanya sebatas lewat televisi di ruang tengah atau lewat pencarian youtube. Dalam perjalanan menuju stasiun televisi, manajer hyung bertanya padaku apa aku baik – baik saja, dan ku jelaskan bahwa kondisi fisikku luar biasa baik. Tapi pikiranku tidak. Mungkin hal itu tergambar jelas dari raut wajahku. Setelah minggu lalu aku -sebagai MC- mengumumkan comeback oh my girl, itu berarti aku akan bertemu dengannya hari ini. Percakapan mengenai Kim Jiho dan pria yang ia tolak beberapa tahun lalu tiba – tiba kembali mencuat. Tadi aku berpapasan dengannya di dekat kantin, ia terlihat cantik dengan rambut yang dicepol ke atas disertai pita berwarna pink. Kami saling membungkuk kemudian berlalu, nanti kami bertemu lagi saat interview. Hari ini menjadi episode lainnya aku mengagumi Kim Jiho.

Saat grup lain sedang tampil aku izin pada staff dan partner MC ku untuk pergi ke toilet sebentar. Aku melihat Jiho membantu seorang karyawan tv yang sedang kesulitan membawa properti syuting. Lihat, bagaimana caranya agar tidak jatuh ke dalam pesona seorang Jiho. Ku hampiri mereka berdua tentunya untuk menawarkan bantuan. Pada akhirnya aku dan Jiho berjalan beriringan dibelakang karyawan tv yang sedang menunjukkan jalan. Tak ada percakapan, aku dan Jiho sama – sama sibuk meniti langkah. Berhati – hati supaya barang yang kami bawa tidak jatuh. Setelah sampai, karyawan tadi mengucapkan banyak terima kasih kepada kami lalu pamit.

"Terima kasih", Jiho menatapku sambil tersenyum.

Ku balas senyumannya, "Tidak masalah".

"Kalau begitu aku duluan", ucapnya.





"Jiho-ssi, boleh aku minta nomormu?", entah dewa mana yang memberi aku keberanian semacam itu. Jiho terlihat kaget, dan aku sama kagetnya. Kaget akan mulutku yang lancar sekali meminta begitu.

Jiho menelisik raut wajahku, "Oh aku tidak bermaksud apa – apa, kita seumur, satu sekolah dan bisa dibilang sering berbincang untuk bisa menjadi...teman?, ucapku pada Jiho yang sepertinya butuh penjelasan. Ruangan ini tiba – tiba menjadi panas. Mengetahui bahwa sebentar lagi kau akan ditolak begitu memalukan. Telingaku gatal dan panas, sudah pasti sekarang warnanya berubah menjadi merah padam. Jiho tersenyum, begitukah cara ia menolak dengan halus?

"Baiklah, pinjam handphonemu"

"Ne?", pikiranku kosong. Tadi dia bilang apa?

"Ah kau tidak bawa handphone? Sayangnya aku juga tidak membawanya, apa aku harus menulisnya di kertas atau bagaimana?", Jiho berkata dengan nada yang ceria. Seolah kita sudah berteman lama.

Aku buru – buru mengeluarkan handphone dari saku celanaku, "Oh aku membawanya", ucapku sambil menyodorkan handphoneku padanya. Ia mengetikkan beberapa angka sebelum mengembalikkannya padaku.

"Maaf aku harus pergi sekarang, MC Jaehyun fighting", ucapnya sambil mengangkat kepalan tangan ke udara lalu berlari kecil menuju ruang tunggunya tentu saja. Aku masih memandangi handphoneku yang masih menampilkan beberapa digit angka disertai tulisan OMG Kim Jiho diatasnya. Beberapa menit tadi terasa tidak nyata. Tentang keberanianku, tentang senyumnya dan tentu saja tentang nomornya yang kini ada di handphoneku. Aku harus lebih sering bersyukur pada Tuhan.

Sekarang saatnya giliran interview oh my girl. Pertanyaanku tepat dijawab oleh Jiho. Hari ini benar – benar hari keberuntunganku. Aku menontonya di monitor. Merasa senang karena salah satu temanku (?) tampil dengan baik. Pandanganku tak lepas darinya. Dia cantik, selalu cantik. Baik wajahnya maupun sikapnya. 

The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang