Histoire 2

115 19 2
                                    

Entah ide darimana dan dari siapa sampai acara radio ini mengundang Jiho lagi. Sepertinya Yang Di Atas sangat senang melihat aku tak karuan di hadapan Jiho. Tapi tak masalah, sejujurnya aku menyukai setiap pertemuanku dengannya. Jhonny hyung memulai pembicaraan dengan oh my girl kala lampu set masih bertulis off air, menanyakan kabar dan hal ringan lainnya. Aku menimbang dalam hati, "tanya tidak ya, tanya tidak ya?". Pada akhirnya keberanianku muncul, dan terima kasih kepada Jiho yang sudah merespon sangat ramah sampai aku tak perlu gugup lagi. Ia bahkan bertanya kepadaku tentang teman – teman semasa sekolah dulu. Mata besarnya menyipit jika tersenyum, menampakkan lesung seperti kucing disekitar hidungnya. Ah tau begini ku ajak saja ia berbicara sedari dulu.

Author's POV

Ya, benar. Jhonny sedang mengamati dongsaengnya itu. Berpikir bahwa momen mereka berdua harus ia ingat dalam rangka mengejek Jung Jaehyun nanti setibanya di dorm. Tentang Jaehyun dan Jiho yang tak henti – hentinya berbincang saat ada break. Tentang Jaehyun yang otomatis tersenyum jika Jiho tersenyum. Tentang seorang Jung "dingin" Jaehyun yang bisa – bisanya memulai percakapan dan selalu tertarik akan setiap ucapan Jiho. Wah, saat itu Jhonny berpikir bahwa ia tak mengenal orang disebelahnya. Jaehyun yang ini berbeda dengan Jaehyun yang ia kenal bertahun – tahun.

Sampai acara selesai pun, senyum tidak beranjak dari wajah Jaehyun. "Aku tau kau sesenang itu, tapi berhenti tersenyum sendiri dude. Kau mulai menyeramkan," ucap Jhonny. "Saranku, minta nomornya".

Jaehyun membayangkan dirinya sendiri bertukar pesan dengan Jiho. Oh itu akan menyenangkan. Tapi lagi – lagi ia merasa tak pantas. Keputusan yang benar kah meminta nomor Kim Jiho? Keputusan yang benar kah melakukan hal ini sebagai seorang idol? Tapi memang kenapa. Toh ia hanya ingin berteman dengan Jiho. Tidak lebih. Setidaknya belum.

Jaehyun's POV

Jhonny hyung membuat kegaduhan di dorm dengan menceritakan apa yang ia lihat tadi selama siaran radio. Dibumbui tentu saja, biar makin seru. Memang sebegitu kentara ya perilakuku terhadap Jiho?

"Tapi ku kira akan sulit mendapatkan nomor Jiho sunbaenim," aku mulai tertarik setelah Mark berkata begitu. "Dulu saat aku jadi MC di acara musik, aku pernah tidak sengaja melihat idol pria meminta nomor Jiho sunbaenim di lorong ruang tunggu. Tapi Jiho sunbaenim tidak memberikannya. Dan itu tidak hanya terjadi satu kali, tapi dua",jelas Mark.

Aku tak tahu, tapi ada perasaan senang sekaligus kecewa saat Mark menceritakan apa yang pernah ia lihat. Senang karena berarti Jiho menolak mereka, sekaligus kecewa karena kemungkinan aku mendapatkan nomornya juga tipis (?).

"Tenang Jae, lebih dari setengah penduduk negeri ini tergila – gila pada Jung Jaehyun. Kau tidak akan tertolak", Yuta hyung berbicara seperti ia bisa membaca pikiranku.

Tapi tidak, aku tidak tertenangkan. Jiho tidak seperti itu. Sudah ku bilang Jiho itu kombinasi rumit. Perpaduan antara keramahtamahan dan jarak. Ia akan tersenyum padamu tapi bukan berarti kau bisa serta merta dekat dengannya. Dia bisa dengan akrabnya berbincang denganmu tapi bukan berarti kau bisa mendapatkan nomornya. Dirinya sendiri adalah jarak yang harus orang – orang tempuh untuh bisa digapai. Ia membuat batasan jelas antara orang – orang yang ia sayangi seperti keluarga, member, dan sahabatnya dengan orang lain. 

The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang