Histoire 8

41 13 5
                                    

- Haloooo, sudah lama tidak bersua. Kebetulan lagi bersemangat menghalu, semoga berkenan ya. Maaf kalau2 agak ngasal dan ngaco


Tanpa banyak menimbang, aku langsung meraih pulpen untuk menandatangani lembaran kertas kontrak dihadapanku. Kontraknya berisi campaign mental health dalam bentuk pemotretan. Aku mengulas senyum saat pertama kali membaca kontrak tersebut. Selain merasa harus membantu mengangkat issue ini, aku akan bertemu dengan temanku lagi dan kali ini secara professional

Ponselku bergetar beberapa kali dan segera aku balas setelah membaca isinya.

"Jae"

"Harusnya hari ini kau dapat tawaran pemotretan. Sudah dapat?"

"Apa kau akan mengambilnya?"

Semua pesan itu dari Jiho. Ku kira ia juga baru mendapat tawaran yang sama, karena dalam kontrak tersebut tertulis Oh My Girl Kim Jiho sebagai partnerku. Jelas bukan mengapa tanpa pikir panjang aku menyutujui kontraknya?. Pemotretan itu dilakukan oleh majalah besar, dan ada beberapa artis yang juga mendapat tawaran yang sama selain aku dan jiho mulai dari idol hingga aktor. Mereka juga akan melakukan pemotretan ini berpasangan.

"Sudah, aku baru saja menandatanganinya" balasku.

Tak lama muncul notifikasi dari Jiho, "Senang bekerja sama denganmu, Jaehyun-ssi".

-

Jiho datang dengan managernya mengikuti di belakang. Ia membungkuk menyapa semua orang termasuk aku. Aku tersenyum meledeknya, seperti tidak kenal saja tingkahnya itu. Di ruang tunggu aku tidak bisa menahan untuk terus meliriknya yang sedang dirias. Sampai ia melirikku dan bibirnya mengucap "Wae?" tanpa suara. Aku hanya tersenyum sambil menggeleng kecil. Ada 6 baju yang harus kami gunakan, 5 diantaranya adalah pakaian yang mengekspresikan emosi yaitu bahagia, sedih, bingung dan lainnya. Aku membantu Jiho mengankat gaunnya kali ini. Pemotretan berjalan lancar dengan banyak staff memuji chemistry antara aku dan Jiho. Sebanyak itu pula aku mengagumi kecantikan Kim Jiho.

Sudah sekitar 4 jam aku dan Jiho menjalani pemotretan dan ini sudah jam makan siang. Pemotretan di break sementara untuk makan dan berganti wardrobe. Aku makan berhadapan dengannya sambil berbincang, sama – sama berpikir bahwa hari ini seru sekali. Juga saling mengapresiasi keprofesionalan masing – masing. Aku sedang berkaca setelah berganti baju selanjutnya, membenarkan gulungan tangan sebelah kananku setelah melihat panjangnya tidak sama. Sementara stylist eonni sedang menyiapkan wardrobe ku selanjutnya, aku berusaha melipat dengan tangan kiriku. Jiho datang dengan bajunya yang baru, kami saling menatap lewat cermin didepan kami sebelum akhirnya ia mendekatiku. Jiho menarik tangan kananku pelan, menggulungnya dengan rapi tanpa diminta. Aku menatapnya yang sedang serius menggulung lengan kemejaku. "Sudah", ucapnya sambil mendongak menatapku dengan senyum. Aku membalas senyumnya sambil berterima kasih, lalu kami masuk set pemotretan.

Baju terakhir kini hanya kaos putih dan celana jeans biasa dengan gelang khusus campaign mental health berawarna silver. Kami diminta menunjukkan sisi riang dan diminta banyak tertawa selama pemotretan. Setelah beberapa frame diambil dengan posisi kami yang berdiri, kini ditambah dua buah balok untuk kami duduk dengan posisi balok yang Jiho duduki sedikit lebih pendek dari milikku. Seorang staff sedikit berteriak berkata bahwa kami terlihat mirip. Lalu sang fotografer menyuruh kami untuk banyak tertawa lagi.

Aku memanggil Jiho pelan, "Ji", yang membuat ia menengok ke arahku. "Katanya kalau mirip, antara kembar atau jodoh sih". Jiho tersenyum lebar mendengar obrolan konyolku. "Kembar sudah tidak mungkin, berarti?" ucapku lagi. Ia tertawa semakin terbahak, kegiatan kami tadi dipotret oleh fotografer dan dipuji sangat natural katanya. 


The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang