3. Luka terdalam

72 23 63
                                    

"Pelan-pelan woi!!"teriak bian ketika elang menekan lebam di wajahnya menggunakan kapas,

"Udah paling pelan astaga!"balas elang berteriak, sedangkan di sisi lain,

"Ras lo gapapa?"tanya dirga yang duduk di samping aras, aras tidak menjawab, pandangan nya kosong.

Kali ini hanya dirga yang paling tidak terluka, yang lain babak belur, aras yang dikenal kuat pun seperti nya saling menghajar tanpa ampun, dirga hanya menghela nafas melihat perubahan aras yang terjadi lagi.

"Ras mau gue obatin?"tanya carel merasa iba.

Aras menggeleng, ia langsung bangkit dan ingin keluar dari basecamp, "Ras mau kemana? Obatin dulu luka-luka lo!!"teriak carel yang juga bangkit ingin menyusul,

"Berhenti rel, aras butuh waktu, dia pengen sendiri.", carel menghela nafas kasar, kemudian kembali duduk seperti semula, menuruti apa yang dikatakan oleh dirga.

___☆___

Aras membuka pintu rumah dengan emosi, ia melempar jaket dan tas sekolah nya dengan asal,

Kemudian, langkahnya terhenti, sosok tinggi berdiri di ruang tengah, di dalam kegelapan tanpa lampu, sosok itu terlihat mengepalkan kedua tangannya,

Aras sangat tahu siapa itu.

"Berani sekali kamu melukai anak saya!!", laki-laki paruh baya itu berjalan mendekat, hingga pencahayaan mengenai wajah nya, sosok itu terlihat sangat jelas.

Dia, ayah dari aras samudera.

"Sekali-kali kamu harus diberikan pelajaran, supaya tidak gila seperti ibumu."

"apa anda tidak punya kaca, lihat diri anda disana , anda hanya bajingan yang tidak tau diri."sahut aras tanpa rasa takut.

"BERANI SEKALI KAMU!!"

Bugh!!!

Pukulan langit membuat aras terlempar ke sebuah kaca, langit memang sekuat itu, tidak heran aras mewarisi kekuatan sang ayah.

Aras meringis kesakitan ketika beberapa kaca menancap di punggung dan lengan nya, langit tidak perduli, bagi nya aras hanya anak yang tidak tau diri dan harus menderita.

Belum sempat aras bangkit, langit langsung menyeretnya menuju gudang,

Aras diikat di sebuah kursi, dipukuli tanpa ampun dan dicambuk terus menerus hingga punggung nya semakin terluka parah..

Darah mengalir ke lantai, aras sudah hampir tidak bisa membuka matanya..

"Aras juga anak papa.. bukan cuma dia"lirih nya, langit berhenti sejenak kemudian malah memukul dada aras menggunakan kayu.

"Sakit pa.. sakit.. aras ngga kuat.."lirih nya mulai terisak, ia kesakitan terlebih pada hati nya, sosok yang seharusnya menjadi contoh dalam hidup nya justru membuat nya hancur setiap saat.

"Memang seharusnya kamu mati."ujar langit tersenyum sinis.

"Aras punya salah apa?"tanya aras berusaha tetap sadar, ia beberapa kali memuntahkan darah, dada nya terasa sesak dan nyeri karna pukulan yang disebabkan kayu beberapa saat tadi.

"Salah kamu adalah terlahir di dunia ini."

"ARAS NGGA PERNAH MINTA UNTUK DILAHIRIN!!"Teriak aras frustasi, ia mengerahkan seluruh tenaganya, aras terus menangis tetapi langit sama sekali tidak perduli, laki-laki paruh baya itu justru meninggalkan aras sendirian setelah mengunci gudang.

ARAS / On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang