Mozaik 2

3 1 0
                                    

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu, ...."
___PERMAINAN LANGIT___
@almiraana_31

Terik matahari kali ini cukup menyengat. Keringat mulai bercucuran di dahi Hilda. Sedari tadi dirinya terus berjalan sembari melihat ke arah ruko ruko, siapa tahu ada tulisan 'dibutuhkan karyawan'. Sudah 3 jam namun Hilda belum mendapatkan perkerjaan sama sekali. Apalagi dirinya cuma lulusan SMA. Akan lebih susah untuk dapat pekerjaan yang layak.

Hilda beristirahat sebentar di bawah pohon rindang. Dia duduk di kursi yang di sediakan oleh taman. Tangan kanannya ia kibas kibaskan agar bisa menghasilkan angin. Matanya sedikit menyipit.

Dari arah belakang terlihat seorang lelaki dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi berjalan menghampiri Hilda. Rambutnya sedikit gondrong, menambah kesan kedewasaanya. Namanya Bari Abdul Jalil. Dia adalah sahabat kecil Hilda. Dari jaman TK sampai SMA, Bari selalu satu sekolah dengan Hilda.

"Hayooo,, bengong mulu. Ntar kesambet baru tau rasa lo." Suara Bari membuat Hilda terperanjak kaget sampai kaki kirinya terangkat.

Hilda memegang dadanya. "Aduh Barr, gak pernah mau berubah ya, selalu aja ngagetin orang. Kalau baru dateng itu salam kek, permisi, atau apa gitu."

Dercakan Hilda hanya dibalas cengiran khas oleh Bari.

"Nih" Bari menyodorkan sebotol aqua ke Hilda. Hilda menerimanya, ia segera membuka tutup botol lalu meminumnya.

"Mikirin apaan sih? Serius banget kayaknya." Tanya Bari sembari membenarkan posisi duduknya.

"Gue tuh lagi nyari kerja. Tapi dari tadi belum dapet."

"Kerja? Buat apa? Lo lagi butuh uang? Kenapa ga bilang sih, kan bisa pake uang gue dulu. Lo butuh berapa?" Bari mengeluarkan dompetnya dari saku celana.

Hilda menatap Bari lekat lekat.

"Bar, gue emang lagi butuh uang. Tapi gue udah ga mau ngerepotin lo lagi. Udah cukup lo pinjemin uang ke gue." Tolak Hilda.

"lo kan tau sendiri, Ibu gue udah ga ada. Sekarang gue yang jadi tulang punggung keluarga. Gue ga bisa terus terusan ngandelin lo." Lanjutnya

"Iya sih, apa yang lo bilang ada benernya juga. Terus sekarang gimana? Jadinya mau kerja apa?"

"Tau lah bar, gue bingung." Hilda mengangkat kedua pundaknya, kemudian mengusap gusar wajahnya.

"Atau lo mau kerja di warung gue aja?" Tawar Bari

Hilda yang sedang meminum air pun tersedak mendengar tawaran dari Bari.

"Enggak enggak. Gue gak mau ngerepotin keluarga lo"

Pandangan Hilda mengedar ke penjuru taman. Tak sengaja mata Hilda menangkap sebuah objek dimana seorang pemulung yang tengah memungut botol plastik di tong sampah. Sebuah ide ekstrim muncul dari kepala Hilda.

"Gue pergi dulu ya. Makasih minumnya. Daaa, assalamualaikum." Hilda berlari menjauh dari Bari.

"Loh loh, Hil, mau kemana?"

"Ish, kebiasaan deh si Hilda, selalu aja main nyelonong pergi." Dercak Bari Kesal akibat sifat buruknya sang sahabat.

Hilda bergegas menuju tempat daur ulang botol plastik. Matanya melihat seorang lelaki berpakaian rapi tengah mencatat sesuatu kemudian memberikan beberapa lembar rupiah kepada pemulung. Tak salah lagi, itu pasti bosnya. Hilda berjalan mendekat kearah orang itu.

PERMAINAN LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang