Semewah apapun gaya hidup kita, kelak tanahlah tempat kita kembali.
___PERMAIANAN LANGIT___
@almiraana_31Matahari tampak berbaik hati hari ini. Cuaca di siang hari tidak terlalu panas. Hanya ada awan putih, dan sebagian sudah berubah menjadi abu - abu. Angin berhembus pelan, membuat dedaunan yang berada di ranting pohon bergerak seolah menari. Daun yang sudah kering pun ikut berguguran karena diterpa olehnya.
Alunan kalimat toyibah La Ilaha illallah terus terdengar sepanjang proses pemakaman. Semuanya kompak memakai pakaian berwarna hitam.
Terlihat seorang gadis muda berusia 18 tahun tengah menenangkan anak kecil yang baru menginjak kelas satu sekolah dasar. Tangan kanan gadis itu mengelus elus kepala anak kecil. Sedangkan tangan satunya lagi tengah membekap hidung dan mulutnya agar tak bersuara keras. Sesekali ia mengusap air matanya. Di sampingnya berdiri seorang anak perempuan kelas 9 SMP dengan kedua tangan yang membawa bunga tabur. Laki laki yang sedikit lebih tua darinya merangkul pundak anak perempuan itu. Ia berusaha untuk menenangkan serta memberi kekuatan.
Semua orang bersahut sahutan mengucapkan kata 'Aamiin' saat pak ustadz mulai membacakan doa.
Seusai membaca doa. Satu persatu orang mulai kembali ke rumah masing - masing. Seorang Ibu - ibu yang merupakan tetangga terdekat keluarga menepuk pundak gadis itu, soalah mengatakan "yang kuat ya nak, sabar." Gadis itu menoleh sekilas dengan senyum yang di paksakan. Memang benar, kematian bisa datang kapan saja, dimana, dan bagaimanapun keadaannya.
Tangan mungil dengan kulit bersih meraba nisan yang bertuliskan nama Lina Sarina Binti Wahid. Air matanya tak kuasa ia tahan.
"Jujur, berat bibir ini untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Ibu. Tapi ternyata Allah jauh lebih sayang sama Ibu. Sekarang Ibu sudah tidak merasakan sakit lagi." Ia menjeda kalimatnya.
"Bu, Begitu banyak kenangan yang telah kita tulis selama ini. Sekarang tinggal Hilda, Ajeng, sama Nabila. Terima kasih karena selama ini Ibu sudah memberikan banyak pelajaran yang berharga di hidup kita. Maafin Hilda ya Bu, Hilda udah gagal buat Ibu sembuh. Hilda janji Hilda bakal jaga Ajeng sama Nabila dengan baik. Sama seperti yang sudah Ibu lakukan selama ini ke kita. Ibu yang tenang ya, Ibu baik - baik saja disana. Kita semua janji bakal selalu doain Ibu. Kita semua sayang sama Ibu."
Kini gantian anak kecil yang meraba tanah yang sudah bertabur bunga. "Bu, Nabila janji, Nabila nggak akan nakal lagi. Hiksss....... Nabila bakal nurut sama kak Hilda dan kak Ajeng. Hikss...... Nabila janji, bakal jadi anak yang sholihah. Nabila sayang banget sama Ibu."
Gadis remaja pemilik nama lengkap Hilda Asyifa Ramadhani itu memeluk erat adek ke duanya yang bernama Nabila Widiartha. Hilda mencoba untuk tegar. Berkali kali dirinya mengucapkan kalimat istighfar. Kematian sang Ibu seakan membuat dunianya runtuh. Gelap seketika. Satu satunya orang tua yang dia miliki kini sudah pergi untuk selamanya. Benar adanya, bahwa kematian adalah rahasia Tuhan. Dan semua yang hidup akan mati.
Dunia hanya sebagai tempat persinggahan maupun penginapan untuk menunggu hari akhirat. Tak seorang pun mengetahui datangnya kematian, termasuk Rasulullah SAW juga tidak mengetahuinya.
Karena kematian itu bak 'Alif Lam Mim' ayat pertama surat Al-Baqarah, yang berarti hanya Allah yang tahu, tidak memandang usia, jabatan, paras, dan waktu.
Kematian pula yang akan menjadi pemutus segala kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan di dunia. Kehidupan di akhirat adalah abadi. Sementara, tidak ada yang abadi di dunia ini.
Mungkin hari ini kita masih di sini, tapi besok belum tentu. Maka jalanilah hidup ini dengan benar. Semoga kalimat terakhir yang terucap dari kita adalah La Ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERMAINAN LANGIT
Fiksi Remaja"Kenapa dokter seringnya berjodoh dengan dokter juga?" "Karena dosisnya sama!" . . . . Dari pada gaje disini, mending langsung aja yuk baca ceritanya. Lets see what will happen ... Baca, dan jadilah pembaca yang setia yang baik yang suka vote yan...