Part 1

11.5K 1.5K 109
                                    

"Baiklah anak-anak! Rentangkan tangan kalian, jangan sampai mengenai wajah teman kalian hahaha."

Arshad dan Raja menatap datar kearah guru olahraga mereka yang terkenal dengan sebutan Mr. Alien, sebenarnya namanya adalah Taegar Pramudya, orang teraneh sejagat raya. Tapi kebanyakan murid di SMA Harapan Bangsa menyebutnya Mr. Alien.

"Dasar guru alien, gaje banget sih." celetuk Raja.

"Diem ja, kalau anak-anak cewek pada denger bisa-bisa kita berdua di eksekusi." Arshad berbisik di telinga kanan Raja.

Raja berdecak kesal.

"Modal tampan doang, anak SMA di samain sama anak TK." Raja menatap penuh permusuhan kearah pak Taegar yang sedang memberikan intruski kepada murid-murid perempuan.

"Daripada lo gak modal, dasar buluk cih. Berani ngatain pak Tae gue kebiri lo ja."

Arshad dan Raja menatap kaget kearah Mona yang sedang menatap membunuh kearah mereka berdua.

"Mona! Kondisiin mata lo sebelum gue colok."

"ITU YANG DI BELAKANG! KALAU MAU NGOBROL DI DEPAN AJA! BIAR SAYA YANG PINDAH KE BELAKANG."

"BOLEH DI COBA PAK!" Raja.

"GANTENG BOLEH PAK, TAPI BEGO JANGAN!" Oji.

Tet! Tet! Tet!

Semua murid laki-laki bersorak ria karena bel istirahat sudah berbunyi sedangkan murid perempuan menghela nafas mereka, karena kecewa waktu dengan pak Taegar sudah habis.

"Kantin kuy!"

Pengumuman kepada seluruh murid SMA Harapan Bangsa, karena akan di adakannya rapat. Kelas free sampai bel pulang, terimakasih atas perhatiannya.

Raja mengikuti langkah Arshad, niat mereka yang awalnya ke kantin malah berbelok ke arah gerbang, setelah mendengar pengumuman.

"Shad mau kemana sekarang."

"Gue balik aja, lagipula gurunya rapat sampai jam pelajaran terakhir jadi balik aja dah."

Raja mengangguk dan langsung mengambil tasnya dan juga tas milik Arshad. Melihat tas Arshad di bawa oleh Raja, teman-teman sekelasnya segera menghadangnya dan menanyakan Arshad.

"Arshad mana ja?" tanya Oji, khawatir jika tidak melihat wajah Arshad. Bagi Oji Arshad sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.

"Di culik banci."

Plak

"Yang bener setan, jangan bikin panik." 

Raja memegang pipinya yang di tampar oleh Oji, seketika wajahnya berubah sedih.

"Tega kau ji, jahat sekali saudara Oji. Anak siapa sih."

"Anaknya pak Sujono." jawab Oji.

"Oh, gue kira anaknya bapak Sugiono! Haha." Raja langsung melarikan diri setelah mengatai Oji.

Arshad menunggu dengan perasaan kesal, Raja sangat lama. Arshad mengira pasti anak itu membuat masalah dan ujung-ujungnya selalu menyebut namanya saat di introgasi, benar-benar menyebalkan.

"Mianhae lama bro."

"Miane-miane lo curut, gue hampir lumutan." kesal Arshad lalu mengambil tasnya di tangan Raja.

"Mianhae shad, bukan miane." Raja mengoreksi sehingga Arshad semakin kesal.

"Bacot anj-"

"ARSHAD ARDEZA! DI LARANG BERKATA KASAR! MAU SAYA KASIH KARTU MERAH!" ucap sang kepala sekolah yang ternyata sedang patroli di luar ruangan.

"Eh? Pak bihun."

Buk

"Pak Jaedun dodol." Raja berucap sambil memukul kepala Arshad.

"Ngatain saya lagi! Mau saya kasih dua kartu merah sekaligus." ancam pak Jaedun sambil melotot kearah Arshad dan Raja.

"Eh! Pak yang lain rapat di dalem, bapak malah keluyuran. Apa gak malu pak."

Pak Jaedun menatap Arshad.

"Kamu juga sama, yang lain di kelas kenapa kamu malah di depan gerbang hah!" sentak pak Jaedun.

Arshad gelagapan.

"Eh! Pak lihat belakang, awas pak ada bola!" pekik Arshad tidak membuat pak Jaedun percaya.

"Udahlah shad, bapak gak akan kenaaduuuh!"

Dugh!

Benar saja ada bola volly yang mengarah ke kepala pak Jaedun. Arshad dan Raja tertawa lebar melihat pak Jaedun kesakitan.

Tidak menunggu lama. Mereka berdua langsung kabur.

"Arshad! Raja! Awas ya kalian berdua, besok bapak sunat kalian!" ancamnya.

Arshad dan Raja berlari melewati jalanan tanpa fokus ke depan sehingga mereka menabrak beberapa pejalan kaki, dan juga para preman yang sedang asik memalak seorang pelajar SMP.

Bruk

"Shad, bahaya anjir, kabur shad kabur."

Raja sudah kabur terlebih dahulu sedangkan Arshad masih diam di tempatnya, dan menyuruh pelajar SMP tersebut pergi.

"Berani juga lo bocah!" sarkas premen tersebut.

Bugh

Bugh

Arshad menyentuh sudut bibirnya yang berdarah lalu tersenyum mengejek.

"Percuma punya badan gede kalau beraninya sama bocah." Arshad memancing kemarahan preman-preman tersebut, tanpa takut balasan yang nanti akan di dapatnya.

"Ngatain gue lo bocah, sini lo gue timpug pake sepatu, sekarat lo."

"Yoi! Anda maju saya kabur!"

Arshad segera berlari meninggalkan komplotan preman yang sedang berusaha mengejarnya. Banyak gang sempit yang di lewatinya sehingga dia dapat dengan cepat sampai di dekat rumahnya.

"Udah aman kayaknya." gumam Arshad.

Arshad menghela nafasnya lega, kemudian berjalan santai sambil bersiul pelan. Saat sampai di depan rumahnya, dia terserentak kaget melihat jajaran mobil hitam yang terparkir dan pintu rumahnya yang terbuka.

"ANJIR! SIAPA YANG BERANI MALING DI RUMAH GUE HAH!" ucapnya sambil berlari masuk ke dalam.

Arshad bahkan mengabaikan jajaran pria berpakaian hitam yang sedari tadi menatap intens dirinya. Tentu saja, dirinya jadi pusat perhatian. Penampilannya yang kacau dan lebam di wajahnya terlihat sangat mencolok di mata mereka.

"Bienvenidos."

Tubuh Arshad menegang mendengar suara yang pernah dia dengar di televisi, kedua tangannya bahkan mengepal erat saat melihat sosok tersebut.

Bajingan Castillo.

Marcello Azegar Castillo, kepala keluarga Castillo. Pemilik perusahaan terbesar dan pemimpin Mafia terbengis di dunia. Sikap angkuh dan arogannya membuat semua orang menyeganinya, tatapan mautnya mampu membuat semua orang merinding termasuk Arshad.

Kedatangannya menjadi sebuah kutukan bagi Arshad.

Tbc

Bienvenidos [selamat datang]

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang