Part 3

11.2K 1.4K 99
                                    

Di sebuah kamar yang sangat luas, dengan nuansa angkasa. Seorang remaja laki-laki mengerjapkan kedua matanya pelan, sambil menggeliat. Saat kesadarannya sudah pulih sepenuhnya, dia terlonjak kaget dan segera turun dari temapt tidur. Sampai suara gesekkan terdengar cukup nyaring, saat dia menoleh ke bawah. Ternyata kedua kaki indahnya di rantai.

"WOI SIALAN! SIAPA YANG BERANI MASANG BENDA LAKNAT INI DI KAKI GUE HAH!"

Suara Arshad begitu menggelegar, sampai ke enam orang yang sedang berada di ruang penyiksaan terserentak kaget, tapi mereka tetap memasang eskpresi datar andalan mereka.

Arshad berdecak kesal sambil bergerak-gerak, mencoba melepaskan rantai di kedua kakinya. Sampai pintu kamarnya terbuka dan menampilkan ke enam Iblis Castillo.

"Tua bangka! Pasti lo yang udah ngerantai gue, sialan pasti lo juga yang udah bakar rumah gue dan sekarang lo culik gue, mau lo apa sih anj-"

Arshad berhenti berbicara saat Marcello menodongkan revolver ke arah dadanya. Pria yang berstatus ayahnya itu segera mendekat dan menatap datar kearahnya.

Tuk

Marcello menyeringai sambil mengtukkan ujung revolver ke kening Arshad. Ke lima putranya tersenyum mengerikan saat melihatnya. Arshad sendiri membatin dan mencoba bernafas tenang saat ujung revolver milik Marcello bertengger manis di keningnya.

"Jangan takut shad! Jangan takut, ini bapak lo gak mungkin bunuh lo.... Em, tapi kalu dia bunuh gue. Gimana dong."

Marcello terkekeh pelan, melihat raut wajah Arshad.

"Ah, lihatlah wajah ketakutan ini. Benar-benar menghibur."

Arshad kembali tegang saat Marcello mengarahkan revolver ke dadanya, dan memainkannya di dada Arshad.

Dor

"ARGH! MAMA!!!" pekik Arshad sambil berjongkok dan memegang dadanya.

Arshad yang awalnya menutup rapat-rapat dadanya, segera membuka dan melihatnya. Tidak ada darah yang merembas keluar, bahkan Arshad juga tidak merasakan sakit.

"Cih, lemah." celetuk pria yang berada di belakang Marcello.

Carlos, putra ketiganya memegang revolver dan melepaskan tembakan ke sisi tubuh Arshad, dan arah tembakannya adalah dinding di belakang Arshad.

Marcello menarik kasar tubuh Arshad agar berdiri. Tatapan matanya begitu dingin, meneliti setiap inci tubuh Arshad. Sampai tatapannya berhenti di leher Arshad, dia tersenyum miring lalu menembak leher Arshad.

Dor

Tembakkan yang di lakukan Marcello adalah tembakkan bius, bukan tembakkan peluru sehingga Arshad tidak terluka. Anak itu hanya pingsan di pelukan Marcello.

2 jam kemudian, Arshad terbangun di kamarnya. Dia meraba lehernya yang terasa sakit, saat dia duduk dan menoleh ke kanan. Dia melihat cermin besar yang menampilkan pantulan dirinya, saat melihat bagian lehernya. Arshad sangat terkejut karena di lehernya terdapat tato bergambar bunga.

"MARCELLO SIALAN! GUE SANTET MATI LO SIALAN."

Arshad langsung berbaring kembali.

"Ma, Arshad harus gimana? Papa nemuin Arshad." gumam Arshad sambil menatap langit-langit kamarnya yang di hiasi oleh lampu-lampu kecil berbentuk bintang.

Flashback

Arshad kecil menatap ibunya dengan tatapan polosnya. Sesekali dia tersenyum kecil saat Catalina memasang raut wajah lucu untuk menghiburnya.

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang