Part 4

10.6K 1.4K 113
                                    

"Mulut lo jahat banget sih." ucap Arshad.

Marcello menatap dingin kearah Arshad.

"Dia hanya ayah tiri mu. Aku Papa mu Arshad Ardeza Castillo."

Arshad bungkam saat mendengar ucapan Marcello. Arshad lupa, jika Marcello adalah ayah biologisnya.

"Kenapa? Kau tidak percaya, apa Papa perlu melakukan tes DNA."

"Apa sih, ribet banget kudu tes DNA segala." tatapan sinis Arshad membuat Marcello terkekeh pelan, benar-benar menggemaskan.

"Oh benarkah, jika seperti itu panggil aku Papa." senyuman licik tercetak jelas di bibir Marcello dan hal itu membuat Arshad kesal.

Arshad menjulurkan lidahnya kearah Marcello lalu duduk di samping Reyes.

Yang dia rasa baik dan tidak berbahaya hanyalah Reyes seorang. Padahal Reyes adalah orang yang berbahaya, jika saja Arshad tahu bahwa Reyes telah membunuh puluhan orang sejak usianya 5 tahun, Arshad pasti tidak sudi dekat-dekat dengan Reyes.

"Em... Lo. "

Reyes menoleh dan menatap datar kearah Arshad.

"Reyes Novare Castillo, abang kelima mu."

Arshad menatap Reyes, ternyata pria di sampingnya ini adalah saudara ke limanya. Arshad termenung, seorang kakak yang dia impikan sejak kecil sekarang ada di hadapannya, bukan hanya satu. Melainkan lima, jika Arshad menerima mereka ibunya di atas sana pasti kecewa, tapi jika Arshad menolak mereka dan tetap memegang janji ibunya, dia sama saja menyakiti dirinya sendiri.

Walaupun di dalam hati kecilnya dia selalu mengatakan jika dia sangat menginginkan kehadiran seorang ayah dan saudara ada di dalam hidupnya, hanya saja Arshad gengsi jika harus mengakuinya.

"Kenapa?"

Arshad terlonjak kaget lalu menatap salah satu saudaranya yang sedang memainkan belati perak.

"Carlos Rodrige Castillo, abang ketiga mu. Jadilah anak baik, jika tidak ingin belati ini bersentuhan dengan kulit mu itu." suara rendah Carlos membuat tubuh Arshad menegang, seperti ancaman dari Psychopath kepada korbannya.

"Caesar Martez Castillo, abang kedua mu." suara yang sangat tenang, namun dingin membuat tubuh Arshad semakin panas dingin.

"Delmar Lex Castillo, abang keempat mu. "

Arshad menatap pria berkaca mata itu dengan takut, karena melihat seringaian yang membuatnya ingin bersembunyi saja di dalam lemari pakaiannya.

"Rafael Elazar Castillo. Abang pertama mu." nada dingin itu begitu menusuk kedua telinga Arshad, mata bening Arshad bersitatap langsung dengan kedua mata kelam milik Rafael, tatapan dingin yang terpancar dari Rafael membuat Arshad lemas.

Arshad menoleh kearah Marcello, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi bibirnya terasa kelu untuk berbicara. Seakan tahu, Marcello langsung bertanya.

"Ada apa?"

"Em.... Papa." panggil Arshad dengan suara yang sangat pelan, tapi karena ruangan tersebut sangat hening. Mereka semua bisa mendengarnya dengan jelas.

"Yes, baby."

Seketika Arshad mual mendengar panggilan mengerikan dari Marcello, benar-benar membuatnya merinding.

"PAPA JELEK!"

Setelah mengatakan itu, Arshad segera berlari menaiki tangga.

"Arshad Ardeza Castillo! Berhenti berlari di tangga, kau bisa terjatuh!" tegur Rafael, tapi Arshad tidak mendengarkan dan terlanjur sampai di depan kamarnya.

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang