Part 2

11.4K 1.4K 200
                                    

"Mau apa lo datang ke rumah gue."

Marcello duduk tenang sambil meneguk sedikit demi sedikit wine di tangannya. Fokusnya mungkin mengarah ke gelas di tangannya, tapi kelima pemuda di sampingnya dan beberapa anggota Mafia yang di bawanya melihat dengan jelas ekor mata Marcello mengarah ke arah Arshad.

"Kenapa dengan wajah mu itu."

Arshad berdecih.

"Bukan urusan lo bajingan."

Marcello terkekeh pelan, mungkin di mata kaum hawa Marcello terlihat sangat tampan, tapi bagi Arshad. Marcello seperti iblis jahat.

"Lucu sekali keturunan Castillo yang satu ini."

Arshad menatap dingin kearah Marcello yang menatapnya datar. Melihat senyuman miring di bibir pria itu membuat Arshad panas dingin.

Benar saja.

Kelima pria yang berada di samping Marcello langsung berdiri dan berjalan menghampiri Arshad yang perlahan-lahan mundur ke belakang.

"JANGAN DEKET-DEKET SETAN!"

Arshad mundur dan mereka mendekat. Arshad benci saat dirinya terpojok, seperti sekarang ini. Jumlah orang-orang yang di bawa oleh Marcello terlalu banyak sehingga Arshad sulit melawannya. Berbagai macam cara Arshad pikirkan, sebelum dirinya tertangkap oleh raja iblis dan pasukannya itu.

Arshad mendadak merinding saat melihat senyuman pria yang berstatus sebagai ayahnya, Marcello bajingan itu adalah ayah biologisnya.

"Dasar iblis." gumam Arshad.

"Ah, jadi Catalina sudah mati ya, tadinya aku datang untuk membunuhnya, sayang sekali." Marcello mengucapkannya dengan sangat santai.

Arshad mengepalkan kedua tangannya, dia paling tidak suka ada orang yang membahas tentang ibunya.

"Arshad Ardeza Castillo. Nama yang bagus bukan."

"Cih, Castillo gak sudi gue." tatapan permusuhan Arshad perlihatkan kepada Marcello.

Bukannya marah, Marcello malah tertawa mengerikan. Baru kali ini ada orang yang berani menatapnya dengan tatapan seperti itu, bahkan seorang pemimpin Mafia sekalipun tidak ada yang berani langsung menatap matanya, kecuali Richard De Angelo.

Arshad terserentak kaget melihat Marcello berdiri dan berjalan pelan kearahnya. Arshad berhitung di dalam hati untuk kabur secepat mungkin.

"Selamat tinggal bajingan."

Arshad mengangkat jari tengahnya dan mengarahkannya ke arah Marcello, kemudian berlari keluar secepat mungkin. Anggota Demon King tidak ada yang bergerak satupun, tentu saja karena perintah dari Marcello langsung.

"Isac." panggil Marcello.

"Iya tuan."

"Bakar rumah ini." Marcello menatap datar ke depan.

Isac mengangguk sambil tersenyum miring, inilah yang dia tunggu-tunggu. Melihat kekejaman seorang Castillo mampu membuat darahnya berdesir panas.

Kelima pemuda di samping Marcello hanya diam dengan tatapan datar dan dingin. Masing-masing dari mereka berjalan ke luar dan masuk ke dalam mobil mewah mereka. Marcello hanya menatap datar kelima putranya yang pergi.

"Bersiaplah, besok Papa akan menjemput mu boy. "

Marcello hanya memiliki satu wanita yaitu Catalina, ibu dari kelima anaknya dan sekarang bertambah satu menjadi enam. Masing-masing dari putranya membenci Catalina, Tentu saja karena Marcello dengan sengaja menanamkan kebencian di hati anak-anaknya terhadap seorang wanita.

ARSHADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang