8. Bukan Ayah dan Anak

363 45 0
                                    

Berakhir sudah liburan semester ini yang artinya kelulusan sudah semakin dekat. Tidak ada yang spesial dari liburan kemarin, Zea hanya di apartementnya saja, para sahabatnya tentu saja berlibur ke negara lain. Jaemin sempat mengajaknya untuk berlibur tetapi Zea menolak seperti biasa alasannya tidak ingin merepotkan keluarga Jaemin.

Jaehyun tidak tahu kemana, Zea tidak peduli dan tidak mau tau juga ia kemana. Karena setelah dari pemakaman itu, Jaehyun tidak pernah terlihat lagi.

"Ze di panggil ke ruang BK" ujar ketua kelas.

Zea yang sedang asik mengobrol dengan Yuma langsung beranjak menuju ruang BK yang terletak di seberang kelasnya.

Perasaan gugup menghantui Zea, Zea tau pasti mereka akan membicarakan soal beasiswa di universitas agar Zea bisa lanjut kuliah.

Zea membuka pintu dengan sedikit gemetaran, terlihat hanya ada satu guru di sana yang sedang memeriksa berkas-berkas siswa.

"Permisi bu"

"Sini nak duduk"

"Ibu mau membicarakan soal beasiswa, apakah kamu sudah memikirkannya untuk lanjut berkuliah?"

Zea menatap berkas-berkas di depannya, tidak berani untuk menatap gurunya "Saya masih bingung bu"

"Beasiswanya full sampai kamu lulus, ini kesempatan kamu untuk bisa kuliah. Dipikirkan lagi ya nak nanti"

Zea mengangguk "Tapi beasiswanya hanya untuk biaya kuliah, tidak untuk biaya hidup saya bu"

"Orang tua Jaemin bukannya membantu kamu selama ini?" kata Ibu dengan entengnya.

"Saya tidak mau merepotkan mereka lagi bu"

Air mata Zea mulai terbendung di matanya.

"Mungkin saya akan kerja dulu untuk mengumpulkan uang"

"Kalau begitu tolong dipikirkan lagi ya Zea, ini kesempatan bagus untuk kamu lanjut kuliah"

Zea mengangguk "iya bu, nanti saya pikirkan lagi"

"Ya sudah kembali ke kelas ya"

"Iya bu, terima kasih"

▫️▫️

Malam ini Zea sedang bersenandung dengan gitar di tangannya, sudah lama ia tidak memainkan gitar mendiang ayahnya. Duduk seorang diri di rooftop apartement dengan beberapa minuman soda yang ia bawa dari kamarnya.

Setelah ia lelah bernyanyi ia merebahkan tubuhnya di kursi lounger, ia menatap langit malam yang sedang tampak bintang-bintang.

"Ze, apa kabar?"

Zea sangat terkejut kala suara bariton yang tiba-tiba muncul. Ia menengok ke samping, di sana ada Jaehyun yang sedang tersenyum menatapnya.

"Om Jae"

"Apa kabar? Ngapain di sini sendirian?"

"Baik, ngga ngapa-ngapain lagi pengen nyari udara segar aja"

"Saya tau kamu di sini dari Johnny"

"Johnny?"

"Katanya tadi ketemu kamu di lift"

Zea baru ingat, tadi saat ia ingin pergi ke rooftop ia bertemu seorang laki-laki bertubuh tinggi di lift yang sedang membawa paper bag makanan.

"Ooh iya tadi ketemu tapi ngga nyapa, soalnya ngga kenal"

"Kamu ngga kangen saya? Kemarin saya dua minggu ke Amerika loh" Jaehyun menanyakan itu dengan sedikit semangat.

Zea mengerutkan dahinya "Kenapa harus?"

"Biasanya ayah sama anak begitu" Jaehyun nyengir tanpa dosa.

"Kita kan bukan ayah sama anak"

"Yaudah, sekarang jadi anak saya"

"Apa deh ngomongnya ngelantur gitu"

Setelah itu hening tidak ada lagi pembicaraan, Zea yang hanya menatap air kolam yang tenang dan Jaehyun bingung harus mengobrol tentang apa.

"Ze ikut saya yu"

Jaehyun bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di sebelah kursi Zea.

"Kemana?"

"Roomnya Johnny yang juga roomnya saya"

"Ngga mau, takut"

"Takut kenapa? Johnny baik ko kayak saya"

Zea memutar bola matanya, kenapa ia ditemukan dengan manusia yang pedenya tingkat dewa.

Tanpa berlama-lama Jaehyun menarik tangan Zea agar ikut dengannya dan tidak bisa menolak. Zea udah seperti kambing yang di tarik menuju ladang rumput untuk makan.

Saat Zea masuk ke apart Johnny, terlihat Johnny yang sedang menonton netflix dengan sekotak kue pastry di sebelahnya.

"John kenalin, Zea anak gue"

"Zea emang mau jadi anaknya Jaehyun?" tanya Johnny.

Zea cuma diam terus ngelirik ke Jaehyun, dia bingung mau jawab apa.

"Kamu duduk dulu di situ, saya mau ke kamar sebentar"

Zea duduk di sebelah Johnny, agak canggung sebenarnya, mereka baru ketemu dua kali dan baru kali ini berkenalan.

Tidak lama Jaehyun keluar kamar dengan membawa satu koper yang entah apa isinya dan beberapa tas yang bertuliskan brand ternama.

"Ze buat kamu"

Jaehyun memberikan koper dan tas yang di bawa Jaehyun dari kamarnya.

"Buat saya?"

Johnny yang duduk di samping Zea terkejut ketika melihat barang-barang yang diberikan Jaehyun untuk Zea segitu pedulinya Jaehyun dengan anak perempuan itu. Setiap malam ketika sedang santai Jaehyun selalu membicarakan Zea, bagaimana cara mengadopsi anak, bagaimana jika Zea menjadi anaknya, pertanyaan itu selalu Johnny dapatkan dari Jaehyun.

Terdengar aneh memang laki-laki 37 tahun ingin mengadopsi anak perempuan berusia 17 tahun. Tapi Jaehyun benar-benar meanggap Zea seperti anak kandungnya.

"Iya, itu oleh-oleh dari Amerika"

Zea tidak tau harus bereaksi seperti apa, barang-barang branded satu koper dan masih ada lagi yang di luar koper.

"Tapi ngga perlu sebanyak ini"

"Ze kamu tau ngga cinta pertama anak perempuan itu ayahnya" ujar Jaehyun.

"Tapi kita kan bukan ayah sama anak"

Jaehyun berdecak kesal "yaudahlah pokonya kamu terima aja ini semua, gratis ko ngga perlu bayar"

Johnny tidak menghiraukan perdebatan anak dan sahabatnya itu ia hanya fokus menonton dan memakan kue.

"Makasih om"

Johnny terkekeh ketika mendengar Zea memanggilnya om "Jae lo tau ngga sih lo udah kayak sugar daddy yang ngasih barang ke babynya"

"Kurang ajar tu mulut, anak gue ini"

Zea tidak tersinggung sama sekali dengan perkataan Johnny, ia tau itu hanya bercanda.

"Udah jam 10 saya mau pulang" Zea beranjak dari duduknya dan ia menaikkan gagang kopernya agar bisa di seret.

"Pamit ya om Jae, om Jo"

Johnny mengangguk tersenyum.

"Ngga mau tidur di sini aja?" tawar Jaehyun.

Zea menggeleng.

"Yaudah saya antar, saya bawain kopernya"

TBC

Wanna Be My Daughter? [Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang