001.

754 97 13
                                    

Menjadi orang kuat memang tidak mudah, karena setiap orang mempunyai batasan atas kendali tubuhnya. Namun bagaimana jika semesta yang meminta hal itu? meminta untuk selalu kuat juga ikhlas atas hidup. Arka Adhiyaksa, Lelaki yang dulu tepatnya setahun lalu mendapat musibah yang beruntun, mulai dari Kehilangan kedua orang tua, abang, juga kendali atas tubuhnya.

Setahun sudah arka melakukan perawatan baik fisik atau psikis. Angga yang ada disampingnya, tak jarang dahulu Revan dengan radit, namun sekarang tidak lagi, kedua anak itu sudah memilih jalur hidupnya. Radit dengan kuliahnya di luar negri, juga Revan yang mulai menyibuki pekerjaan ayahnya, walaupun tak jarang Revan mendatangi Arka hanya untuk sekedar menanyakan kabar.

Setahun setelah kejadian itu, ia hidup sendirian dirumah megah ini, aset aset yang Ferdi miliki perlahan-lahan habis sebab tidak ada lagi yang mengelolanya. Dan kemarin lusa Arka sempat mendatangi Tante nya, adik dari ferdi untuk bertanya juga penawaran untuk perusahaan itu, jujur saja diumur nya yang terbilang muda ini ia belum sanggup mengelola sebuah perusahaan, untuk itu ia memyerahkannya pada sang tante dari pada harus terbengkalai begitu saja.

"Loh kak angga, Ayo masuk" Ucap Arka seraya membukakan pintu selebar-lebarnya untuk menyambut kehadiran Angga.

"Ada apa kak?" Angga tertawa santai melihat ketegangan yang Arka tunjukan.

"Aelah ka, santai aja kali" Arka ikut tertawa hambar sambil mengusak tengkuknya.

"Okeoke, jadi ini ada resep baru yang saya dapatkan dari dokter yang mengurusmu setahun ini, berhubung obat ini sedang kosong di rumah sakit itu, jadi gapapa kan saya cuma sampaikan resepnya untuk kamu ambil di rumah sakit cendekya itu?" Arka menerima uluran selembar kertas itu dan mulai membaca tulisan tulisan yang sangat sulit untuk dibaca baginya.

"Nanti arka pikirin deh ya kak, Arka lagi pokus buat kerja dulu, dan syukur nya udah dapet jadi nanti uangnya bisa arka beliin obat" ujarnya sambil mengantungi kertas yang angga berikan tadi.

"Kakak disini kalo kamu ada kesulitan dalam hal apapun, jangan merasa sendiri okay boy?" Arka tersenyum hangat begitu mendengar angga berucap demikian, Jiwa abangnya dulu seolah tertular dan kini berada pada sosok dihadapannya.

"Arka jadi kangen abang liat kakak kayak gini" Ujarnya tiba-tiba.

"Kakak yakin, sesuatu yang pergi karena pelampiasan itu pasti bakalan kembali setelah ada ketenangan, untuk waktunya tuhan meminta kamu untuk sabar" Ucap Angga kemudian diangguki oleh si lawan bicara

"Makasih ya kak, udah mau nemenin masa-masa sulitnya arka dulu, bahkan disaat arka sekarat" Bibir tipisnya menyunggingkan senyuman begitu saja, tak ingin membuat semua suasana berlarut angga memilih bangkit untuk pulang.

"Kakak sebentar!" Cegahnya setelah angga hendak berlalu begitu pamitan.

"Mau peluk.. sekali ajaa, janji! Arka kangen abang.. " Tanpa gugup ataupun ragu, hal itu arka lontarkan pada Angga.

Sejujurnya, bukan hal yang mengejutkan untuk Arka yang meminta hal demikian, namun sangat disayangkan, Angga membenci hal ini. Hal dimana ia harus kembali melihat arka terjatuh dilubang yang sama juga keterpurukan yang sama.

"Lain kali ya ka? Kakak sibuk nih.. nanti malam mungkin kesini lagi" Penolakan sederhana itu cukup membuat senyum itu luntur begitu saja. Padahal biasanya angga selalu saja memberikan hal itu.

"O-oh.. okay, hati-hati" Langkah Angga melebar begitu saja hingga memandang pagar dengan tatapan  kosong lah yang menjadi kegiatan arka.

"Padahal kangen abang.. " Gumamnya.  

🌸🌸

Disisi lain dari kediaman adhiyaksa, tepatnya di sebuah Apartemen mewah dikota besar ini, seorang penghuni itu sedang berkutat dengan laptopnya juga beberapa note kecil dimeja. Yaa, orang yang tadi dirindukan seseorang. Joshua.

After RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang