Hidup itu indah jika kita menikmatinya, dan hidup juga akan lelah jika kita tak menikmatinya. Jalan kehidupan, ikuti saja. jika harus belajar untuk ujian, lakukan. itu adalah loncatan.
—Arka.Tiga hari setelah kejadian dimana arka berjumpa dengan joshua, anak itu kini sudah kembali ceria, walaupun dua hari kemarin ia dibayangi oleh ucapan kakak nya sendiri. Pembunuh! Kata itu, juga penekanan yang joshua lontarkan yang selalu terngiang pada pikirannya. Seharusnya, jika memang ia tak merasa ia dapat dengan mudah melupakan hal itu, namun lain hal nya jika yang mengucapkan itu adalah kakak nya sendiri.
"Ada pembukaan perusahaan baru di jalan Cipto, kita dibanjiri pesanan hari ini tapi driver kita malah bolos, kira-kira siapa disini yang bisa bantu buat nganterin ini?" Keempat pegawai yang berada didapur itu saling bertatapan hingga sebuah gelengan dari keempatnya lah yang menjadi jawabannya.
Arka menoleh lalu tersenyum manis, langkahnya mendekat seraya melipat lap dan menaruhnya di atas meja. "Biar Arka aja Mas, kebetulan udah selesai bersih-bersih nya" Ujarnya menawarkan, Manager dari kedai Jay itu mengangguk setuju dan memberikan kuitansi pembayarkan pada arka.
"Hati-hati bawa motor nya ya ka, itu cukup banyak" Arka mengacungkan ibu jari nya begitu selesai memakai helm berwarna hitam tersebut. Ah, ngomong-ngomong sudah sangat lama rasanya ia tak lagi menunggangi kuda besi ini, terakhir adalah kala ia duduk di bangku SMA dulu, setelahnya ia tak lagi mendapat izin untuk membawa kendaraan sendiri.
Entah karena terlalu bersemangat atau bagaimana, hingga arka tak menengok kanan kiri ketika keluar dari tikungan. Sebuah sepeda motor lain berhasil menabrak sisi motor yang arka kendarai, tidak kuat hanya saja cukup membuat kedua motor itu terjatuh. Pengendara itu berdecak dengan omelan pedas tak lupa juga cacian yang dilayangkan pada arka.
"Maaf pak, saya ngaku salah ngga liat-liat dulu. maaf sekali lagi" Tubuhnya membungkuk 90° namun arka merasakan hal lain. Perut bagian kirinya terasa nyeri juga berdenyut tak karuan. Bibir ranum nya mendadak pucat dengan keringat yang membanjiri wajah manisnya.
"Akh.. " Arka meraba dimana sakit itu timbul dan dengan gerakan yang bisa dibilang lamban rabaan itu kini sudah berubah menjadi sebuah cengkraman yang sangat kuat. Pengendara tadipun sudah dibuat kaget dan meninggalkan arka begitu saja.
"Y-yatuhan.. " Bibir bawahnya sudah digigit hingga terlihat bercak darah, entah apakah sesakit itu?
Sebenarnya tadi saat kejadian itu, setir motor bapak tadi berhasil menubruk perut bagian kiri nya tepatnya lambungnya. Dan arka tak tahu jika ini akan meminbulkan sakit yang luar biasa seperti ini.
Perlahan orang-orang yang berlalu lalang pun mendekat menghampiri arka yang nampak mengenaskan, wajah tampannya kini sudah pucat pasi. Bagai tak ada aliran darah pada tubuh itu.
"Ini di minum dulu mas" Arka menurut saja, mengikuti setiap pergerakan yang orang berikan, fokusnya kini hanya satu 'bagaimana caranya agar sakit ini cepat hilang dan ia bisa mengantarka pesanan itu dengan tepat waktu'
"Gimana mas? udah enakan?" Lelaki manis itu mengangguk, sejujurnya sakit ini masih sama. tapi begitu melihat tatapan prihatin yang orang berikan arka agak sedikit muak. benci sekali jika orang menatapnya dengan lemah.
"Gapapa pak, terimakasih pertolongannya. Kalo gitu saya pamit ya pak? Sekali lagi terimakasih" Dengan sedikit paksaan pada tubuhnya arka beranjak, berlalu dengan motor itu dan kembali membelah jalanan menuju tempat pembeli.
Sekiranya mungkin kurang dari satu jam, arka baru bisa sampai diperusahaan itu. kini mentari sudah berada tepat diatas kepalanya, pun dengan jam makan siang yang sepertinya sudah terlewatkan, arka yakin ini akan berakhir buruk, terlebih dengan beberapa makanan yang rusak.
"Pak, saya mau mengantarkan pesanan atas nama Ibu Rosemary" Satpam itu kini malah menatapnya dari atas hingga ujung kakinya.
"Kok berantakan dik?" Arka tersenyum seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Biasa pak, ada kendala sedikit. Ini pak, ini kuitansi nya tolong disampaikan ya? saya tunggu di bawah pohon itu" Telunjuknya menunjuk sebuah pohon rindang yang berada ditepi jalanan.
Satpam itu mengangguk dan segera melanggang masuk menyampaikan hal tersebut, Arka bisa melihat jika bangunan ini adalah bangunan lama yang kini mulai beroperasi kembali. Namun kini sudah terlihat lebih terang dan bersih, tak nampak seperti gedung lama.
"15 menit tiduran gapapa kali ya.. "Gumamnya dengan mata terpejam, walaupun sedari perjalanan arka menahan nyeri, namun kini arka bersyukur karena ia telah kuat hingga bisa sampai di tempat tujuannya.
"Heh! Bangun kamu!" Arka terperanjat dan segera berdiri dihadapan wanita itu.
"Ada apa ya bu?" Tanyanya hati-hati
"Bagaimana kamu ini, makanan rusak kayak gini kenapa masih diantarkan? sungguh menjijikan, bagaimana jika ini sampai ditangan bos saya? mau dikata apa saya membelikan nya makanan seperti ini hah?!" Arka memejamkan matanya begitu wanita itu meneriakinya dengan sangat kuat.
"Saya minta maaf atas itu bu, biar saya ganti dengan yang baru ya? saya balik lagi ke kedai unt—" ucapannya dipotong begitu saja oleh wanita dihadapannya
"Gak usah! nafsu saya sudah habis karena melihat hal seperti ini, tidak akan lagi-lagi saya memesan makanan ke kedai ini! camkan itu!" Arka dibuat terkatup oleh wanita itu. Err.. apakah dia sedang datang bulan? kenapa aura nya sangat macan sekali.
"Sekali lagi saya ucapkan maaf bu.. " Wanita itu berdecih dan berlalu tanpa membayar sepeserpun, arka yang melihat itu pun segera berlari mengikuti wanita itu.
"Ibu maaf, bagaimana dengan makanan yang benar nya? bahkan itu sudah ke tangan karyawan"
"Tidak akan saya bayar!" Kedua mata arka membola
"Ngga bisa gitu dong bu, saya juga sama-sama kerja disini setidaknya ibu bayar makanan yang sudah mereka terima"
Nyatanya perdebatan itu tak kunjung mereda bahkan hingga 30 menita terlalui, wanita itu sama kerasnya dengan arka. Tenaganya sampai terkuras hanya untuk hal ini, tapi bagaimana? apa yang harus ia katakan pada jay nantinya jika seperti ini?
"Seti— akhh!" Sialan, sakit itu kini kembali menguasi dirinya, kecelakaan itu ternyata berefek samping untuk luka nya setahun silam.
Merasa menjadi tontonan tanpa adanya bantuan, Arka berlalu begitu saja dari pandangan wanita itu, namun belum sempat ia melangkah lebih jauh, ada sebuah bahu besar yang menabrak pundaknya hingga membuat arka jatuh tersungkur.
"Shh— S-sakit.." Gagal, arka kehilangan kendali atas tubuhnya. Sakit itu terasa nyata bahkan hingga meyesakan.
"S-sakit hiks.. tolong" Namun, alih-alih memberikannya sebuah pertolongan lelaki itu malah menatapnya dengan dingin.
Pandangannya yang mengabur perlahan mendongak untuk menatap lelaki dihadapannya, tangan yang semualanya ia gunakan untuk meremat perutnya kini beralih untuk meraih kaki itu.
"S-sakit bang.. "
Hwhwhw, gaje kan? wkwk
jangan lupa vote sama komen
nya yaa!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
After Regret
FanfictionTeruntuk renjana yang sekarang entah berada dimana, aku yakin pergimu hanya sebuah pelampiasan semata, dan rumah mu akan tetap sama, yaitu aku si adik yang dulu kau buat terluka. "Abang.. " "Aku tidak mengenalmu, siapa kau?" Renjana itu kembali t...