The Supper

144 17 0
                                    

Malam ini akan menjadi malam yang panjang. Felicia menghela nafasnya berat. Dia mengeratkan pegangan pada gaun di lututnya, menenangkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Elden tidak yakin apa alasan Felicia mengundang Mia pada makan malam itu, dan dia sudah menduga kedatangan Mia tidak sendirian.

Di mata Elden, Kevin dengan sengaja menarik kursi untuk Mia dan mempersilahkan gadis itu duduk. Memuakkan melihat sepasang sahabat yang sama sekali tidak kelihatan seperti sahabat. Jelas-jelas mereka lebih dari itu.

"Terima kasih udah memenuhi undanganku,"kata Felicia, sebagai sambutan pada tamu mereka yang baru saja duduk.

"Nyebelin banget jadi orang munafik kan,"celetuk Kevin sembari melepaskan kancing di pergelangan tangan kemudian menekuk ujung lengan kemejanya dengan rapi, "langsung aja bilang alasanmu ngundang Mia kesini, kita sama-sama tahu hubungan kita nggak baik,"

Elden memajukan tubuhnya hendak menyerbu celetukan Kevin. Tapi dengan lembut Felicia menyentuh tangan Elden dan seolah meredakan emosi laki-laki itu. Felicia tahu Elden tidak menyukai Kevin. Bukan hanya karena Kevin suka bicara sembarangan, melainkan lebih karena Kevin selalu menjadi bayang-bayang Elden selama ini.

"Itulah kenapa aku mengundang Mia kesini,"kata Felicia, "aku ingin kita baikan,"

Kevin mengekerutkan kening sementara Mia berusaha mengatur ekspresi wajahnya setenang mungkin. Mia tanpa sengaja saling pandang dengan Elden. Dalam beberapa detik itu Mia tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Elden dan Felicia. Kalau begitu, makan malam ini bukan tentang berbaikan.

"Bukannya sekarang kita semua udah hidup baik-baik aja, makan malam ini malah bikin kita semua ga nyaman,"kata Kevin tajam.

Felicia menatap Kevin dengan tatapan yang menurut Kevin sebuah keangkuhan. Kevin membatin, ada sesuatu yang telah terjadi sehingga Felicia memiliki keberanian yang lebih tebal mulai malam ini. Sepasang mata itu berbeda dari yang dia ingat milik kasir minimarket 5 tahun lalu.

"Nggak bermaksud kasar, tapi kamu sebenarnya nggak diundang jadi bisa jangan banyak ngomong?"tanya Felicia.

Kevin mendecih kesal. Dia yakin benar-benar ada sesuatu.

"Kevin benar, kamu melakukan ini bikin kita nggak nyaman,"kata Mia.

Elden diam-diam menghela nafas kesal. Dia benci ketika mendapati dirinya merasa senang dapat mendengar suara Mia lagi secara langsung, setelah selama ini hanya dapat di dengarnya di tv dan internet. Pertemuan ini terasa semakin tidak benar bagi Elden ketika harum parfum Mia menyeruak menyapa indra penciumannya. Dia tidak menyangka, Mia masih memakai parfum yang sama seperti yang pernah dihadiahkannya pada ulang tahun Mia yang ke tiga belas. Tentunya parfum yang itu sudah habis, tapi Mia masih membeli aroma dan merk yang sama setelah itu.

"Kalau kamu nggak nyaman kenapa kamu datang?"tanya Felicia.

Mia memutar bola matanya dengan malas. Dia merasa Felicia sedang bermain-main. Mungkin baginya ini menyenangkan, tapi Mia tidak merasa senang sama sekali. Ini seperti membuang waktu. Jadi, Mia menatap Felicia dengan tajam dan berkata, "kalau kamu cuma mau main-main, aku bakal pulang sekarang,"

"Kamu datang karena penasaran kan,"kata Felicia, "apa yang ingin aku bicarakan, apa yang akan terjadi di acara makan malam,"

Mia hendak menjawab tapi seorang pelayan datang menyela untuk mengantarkan makanan pesanan mereka. Mia dan Kevin memang belum sempat memesan apapun, tapi ternyata si pemilik acara telah memesankan mereka makanan. Kevin mencibir dalam hati, apakah Elden sekarang sudah begitu miskin sampai tidak berani membiarkan Kevin dan Mia memilih makanan mereka sendiri. Melihat penampilan Felicia dari ujung rambut sampai ujung kaki malam ini, Kevin beranggapan Elden telah menghabiskan banyak uang untuk menyulap itik buruk rupa menjadi seekor angsa jadi-jadian. Kevin menoleh kearah Mia dan memuji sahabatnya dalam hati, seekor angsa anggun yang asli.

You Messed This UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang