Kelas Online

12 0 0
                                    

Inspired from a novel Confessions by Kanae Minato.

~~~

Terima kasih kalian semua sudah hadir di Kelas Online ini. Tapi sekarang Ibu tidak akan mengajarkan kalian pelajaran matematika. Melainkan, Ibu ingin mengajarkan kalian tentang betapa pentingnya menghargai hidup sesama manusia.

    Pertama-tama saya ingin mengatakan kepada kalian kalau Ibu akan berhenti mengajar di SMK C ini. Ya, kalian sudah bebas dariku. Jangan disembunyikan senyum manismu itu, Renita. Kau boleh tertawa, Hadi, tidak usah ditahan. Usap air matamu, Randina, itu menjijikkan.

    “Terus buat apa kita mengadakan Kelas Online ini kalau Ibu hanya ingin memberitahukan kami hal itu saja?” Tanyamu? Rusdhi, kau pintar sekali.

    Ibu hanya ingin mengingatkan kalian tentang perbuatan yang telah kalian lakukan. Ibu sudah mengunci semua peserta dalam Zoom Meeting ini, jadi yang sudah bergabung tidak bisa Leave Meeting. Tenang, Ibu tidak akan meretas akun kalian atau semacamnya, Abizar.

    Kalian mungkin sudah tahu kalau salah satu murid di kelas 10 TKJ 2 ada yang terinfeksi virus Itu, dan dia meninggal. Berita mengatakan bahwa dia meninggal karena virus tersebut. Namun kenyataannya dia meninggal karena bunuh diri di kamarnya sendiri. Ups, sepertinya kalian sedang berdiskusi di kolom Chat, ya? Salah satu dari kalian salah memilih penerima dari satu orang saja ke semua orang. Ya, teman kalian, Dimas, pergi mendahului kita semua yang ada di sini.

    Omong-omong, kalian sudah menerima paket yang Ibu kirimkan ke rumah kalian masing-masing? Syukurlah. Itu adalah hadiah perpisahan dariku. Coba kalian buka dan perlihatkan ke kamera kalian masing-masing. Ya, isinya hanya sekotak susu UHT berukuran satu liter, cukup untuk keluarga kalian juga. Maaf ya, hanya itu yang bisa Ibu berikan. Ibu juga membelinya untuk Ibu sendiri. Lihatlah, sama kan? Bagaimana jika kita meminumnya bersama, untuk memperingati kepergian Dimas. Silahkan kalian ambil gelas kalian masing-masing.

    Oh, halo Ibunya Meylani. Saya membagikan susu untuk anak Ibu, diminum ya, Bu. Tapi maaf, sekarang kita sedang mengadakan Kelas Online. Bisakah Ibu tidak ikut sebentar? Baik, terima kasih. Maaf ya, Bu.

    Baiklah, sudah ambil gelas kalian semua? Wah cantik sekali gelasmu, Putri. Sudah dituang susunya? Kita minum bersama dalam hitungan ketiga, ya? Satu. Dua. Tiga.

    Nikmatnya. Meminum susu di pagi hari itu penting untuk kesehatan kalian, meskipun kalian sudah SMK. Karena terdapat zat kalsium dan… zat lainnya yang tidak aku ketahui, tapi bagus untuk kalian di masa pandemi ini.

    “Alasan Bu Mul ingin berhenti mengajar karena apa?” Tanyamu?

    Seperti yang kalian ketahui, saya ini hidup sendiri. Saya pernah punya anak, namun ia telah meninggal mendahuluiku. Ayahnya, meninggalkan anaknya saat masih dalam kandunganku. Dia ternyata tidak puas dengan satu perempuan saja. Jadi, kami bercerai. Sejak itu, saya mencari pekerjaan selagi hamil.

    “Bu Mul sedang hamil berapa bulan waktu itu?” Terima kasih sudah bertanya, Ramdhan.

    Ibu sedang mengandung lima bulan waktu itu. Ibu menikah muda, yang Ibu pikir akan menyenangkan namun nasib berkata lain. Di kota D ini, dulu sangat sukar untuk mendapatkan pekerjaan. Akhirnya Ibu hanya bekerja di sebuah warung makan. Dengan gaji yang pas-pasan ini, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Tidak cukup untuk biaya persalinan. Ibu mencoba mendaftar di SMK C ini, Ibu akan menerima pekerjaan apapun itu asalkan cukup untuk biaya persalinan anakku.

    “Anak Ibu namanya siapa?” Waktu itu Ibu belum terpikirkan sebuah nama, karena tidak tahu dia berjenis kelamin cowok atau cewek.

    Awalnya saya hanya bekerja mencuci piring dan mengantarkan berkas-berkas guru. Sampai suatu ketika ada keributan di kantor para guru. Bu Ami, guru matematika pada saat itu, mengundurkan diri sambil berteriak-teriak. Saya tidak tahu alasannya mengapa. Beberapa hari telah berlalu, mereka—para guru—tidak menemukan guru pengganti untuk mengajar pelajaran matematika itu. Suatu ketika, saya menawarkan diri untuk menjadi guru matematika. Saya menjabarkan penjelasan tentang trigonometri dan semacamnya. Akhirnya sayapun menjadi guru matematika di SMK C ini sejak saat itu sampai detik ini.

    Gaji saya akhirnya cukup untuk membayar biaya persalinan dan membeli perlengkapan bayi. Hanya anak saya yang saya punya di dunia ini. Tibalah saat anak saya sekolah, mungkin dia seumuran dengan kalian. Lalu, terjadi hal yang sangat menyakitkan untuk saya. Bahkan masih menyakitkan jika saya ceritakan sekarang.

    Itulah sebabnya saya cukup perhatian dengan Dimas, dia mirip anak saya. Namun nasibnya sama malangnya seperti anak saya.

    Ibunya melihatnya menggantung pada kipas angin di langit-langit kamarnya. Dia memeluknya meskipun tahu kalau anaknya terinfeksi virus Itu.

    Oh iya. Apakah kalian tahu kalau virusnya bisa menyebar lewat mana saja? Sentuhan langsung, nafas, air liur, darah, minuman, makanan dan udara. Tapi saat ini belum dipastikan bisa lewat udara atau tidak.

    Anak saya, bunuh diri karena teman-teman kelasnya merisaknya. Saya melihat ponselnya dan saat itu ada beberapa pesan penyemangat yang berbunyi: ManusiA iTu hebat sekalI. KAU pasti bisa, DIMAS! Yang jika kalian gabungkan huruf kapitalnya maka akan menjadi: MATI KAU, DIMAS! Dan beberapa pesan mengerikan lainnya yang dikirim oleh teman-temannya, yaitu kalian.

    Ingat sesuatu? Apakah kalian tidak pernah sadar bahwa dia sangat pendiam di kelas. Apakah tidak ada yang tahu siapa orangtua Dimas. Bahkan saat rapat wali muridpun orangtuanya tidak datang. Karena yang sedang berdiri di podium itulah orangtua sekaligus wali kelasnya. Kalian dengan tanpa dosa, merenggutnya dari saya dengan cara merundung anak saya yang sedang berjuang melawan infeksi virus Itu. Yang dia inginkan hanya teman yang bisa menyemangatinya. Jika kalian bertanya-tanya kenapa dia tidak pernah memanggil saya “Mama” ketika sedang bertanya pelajaran di sekolah, karena saya memberitahu Dimas saat pertama masuk SMK C ini untuk tidak menganggap saya sebagai Ibunya jika sedang di sekolah.

    Ingat bahwa virus itu bisa menular lewat darah? Saya mengambil darah Dimas lalu menyuntikkannya di kotak susu kalian semua. Saya menyuntikkannya di bagian lipatan kardusnya agar tidak terlalu mencolok. Memangnya kalian tidak merasakan rasa susunya aneh? Rasa seperti logam barang kali?

    Ibu harap, dengan ini kalian semua bisa merasakan apa yang Dimas rasakan waktu itu. Dan jangan lupa untuk saling menyemangati dan menghargai hidup kalian masing-masing, ya. Dengan ini Kelas Online saya bubarkan. Semoga kalian bisa mengerjakan ulangan kenaikan kelas minggu depan. Selamat berjuang.

The StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang