*ﺑِﺴۡـــﻢِ ﭐﻟﻠّٰﻪِ ﭐﻟﺮَّﺣۡـﻤَـٰﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِـــﻴْﻢ*
*۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞*
🦋🦋🦋
Rinai hujan di malam hari terus berjatuhan membasahi bumi disertai angin kencang yang mematahkan ranting-ranting pohon. Rasanya memang tidak ada yang lebih melelahkan daripada menunggu sebuah kabar, hal yang selalu Kanaya lakukan setiap hari apalagi ketika waktu malam hari. Yah, itu sudah menjadi rutinitas bagi Kanaya. Meski kadang ketika ia teringat pada sosok dia, dadanya menjadi terasa sesak, teringat bagaimana pedihnya dan merasa sia-sia setiap waktu yang Kanaya keluarkan, membuatnya sering kali tersadar dan berpikir, haruskah ia mengakhirinya sekarang? Haruskah semuanya Kanya cukupkan sampai di sini saja? Oh, ayolah! Rasanya ia sudah tidak tahan lagi berada dalam kepura-puraan ini.
Menjadi sosok yang jauh dari dirinya yang dulu, sungguh-sungguh melelahkan, di mana sekarang ia harus pura-pura baik-baik saja dan selalu menampakkan wajah ceria di depan semua orang. Tetapi karena paksaan dari keadaan saat ini membuat Kanaya terlampau sulit untuk lepas dan perlu kalian tahu ia sudah merasa nyaman seperti ini, menjadi sosok orang lain dalam ceritanya sendiri.Jari Kanaya kembali menekan tombol Power untuk menyalakan Handphone yang sebelumnya sempat mati. Tak perlu berpikir lama ia langsung membuka aplikasi WhatsApp, membuka room chat lalu segera mengirimkan pesannya.
Assalamualaikum. Aya, kangen ... kangen banget pengen ketemu.
Seperti itulah pesan yang Kanaya tulis dan langsung buru-buru ia kirim. Pesannya memang tidak panjang namun memiliki arti yang begitu dalam untuk Kanaya di mana setiap kali ia mengirimkan pesannya desiran sakit dihatinya selalu terasa dan setiap kali setelah mengirim pesan yang Kanya dapatkan hannyalah sebuah centang abu yang tak pernah kunjung membiru.
Kanaya tersenyum getir memandang foto seseorang yang menjadi sebuah foto profil WhatsApp tersebut. Ah, sudahlah esok Kanaya harus bangun pagi-pagi baiknya ia segera tidur.
Kanaya mencoba berusaha menutup matanya dengan dadanya yang sesak, matanya pun terasa panas ingin menangis tapi ia tak mau jika butir bening itu harus kembali jatuh, malam ini ia harus tidur tenang.
Bahkan ketika matanya terpejam raut sedih itu masih terlihat jelas di wajahnya, ia pun rasanya sudah lupa kapan terakhir kali ia bisa tertidur dengan tenang dan bangun dengan raut bahagia.
****
Desir angin terasa menyentuh setiap pori-pori. Baskara yang tampak cerah sudah menampakkan warna indahnya di pagi hari membuat siapa saja yang menikmati pagi ini mengucap syukur kepada sang pemilik alam semesta. Sama halnya seperti si gadis Kanaya, tiada henti gadis berkerudung putih menjuntai dan seragam SMA yang longgar tersebut berkali-kali mengucap syukur pada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
“Alhamdulillah, Yaa Rabb. Pagi ini hamba masih diberikan kesempatan untuk menghirup segarnya udara pagi. Sebuah nikmat dari-Mu yang begitu besar nan indah untuk hamba.” Kanaya menunjukkan lengkungan manis di bibirnya pertanda bahwa ia begitu bahagia dan bersyukur.
Kanaya mengamati pantulan dirinya di cermin. Tak terasa air matanya menetes terharu dengan kasih sayang Rabb kepadanya. Bahkan sudah banyak sekali kenikmatan yang benar-benar terasa untuknya membuat gadis itu semakin semangat ingin lebih dekat lagi bersama sang pencipta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Hijrah
Teen FictionTidak mendapatkan didikan khusus dan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tua tak menjadikan alasan Kanaya salah dalam memilih pergaulan. Berbagai pengalaman pahit telah ia rasakan. Semua hal yang menyakitkan di dalam hidup ia jadikan cambuk bag...