5. Waktu Tidak Berubah

433 4 0
                                    

Farel kembali berpakaian, ia melirik malas pada seorang wanita yang sedang terlelap tanpa pakaian di atas tempat tidurnya.

Wajah Farel sedikit kecewa ketika ia tahu wanita yang ia setubuhi kali ini sudah tidak perawan.

Tapi, tidak masalah karena pelayanan seks yang ia berikan pada Farel tadi malam benar-benar gila dan menggairahkan. Farel cukup puas dengan kinerja wanita berumur 30 tahun itu.

Ia beranjak meninggalkan apartemen dini hari, karena pagi ini ia ada penerbangan ke Greece atau yang lebih dikenal dengan nama Yunani. Karena ada hal penting yang harus Farel lakukan di Athena.

***

Tiga hari berbisnis di Athena. Farel yang sejak kecil tinggal di luar negeri sudah terbiasa dengan corak kebudayaan Eropa.

Musim dingin kali ini, terasa bersahabat dengan hati Farel yang telah beku. Sakit hati yang ia alami nampaknya tidak akan semudah itu bisa disembuhkan.

Meskipun sudah dicampakan terang-terangan. Anehnya, Farel masih memikirkan Eca. Wanita itu, masih sangat berharga baginya.

Farel tahu, Eca sudah bahagia dengan kehidupannya. Tapi, apakah wanita cantik itu tahu, bahwa seorang Farel hampir gila karena Eca?

Farel mengecek jadwal yang dikirimkan sekretaris barunya di email pribadinya.

Ia merasa lega ketika urusannya telah selesai di Yunani. Sebelum kembali ke Indonesia, Farel sudah lebih dulu memesan tiket ke Antalya, Turki.

Meski jarang terdengar, namun ibukota turki itu tidak kalah daripada Istanbul yang hampir di kenal semua orang.

Kebetulan negara setengah asia dan eropa itu berbatasan dengan Yunani. Jadi, Farel bisa berkunjung dulu ke sana selama beberapa hari. Sebelum ia memutuskan untuk benar-benar kembali ke Indonesia.

Mungkin negara yang terkenal akan kebabnya itu, bisa membantu Farel untuk menyembuhkan luka di hatinya.

Namun, ia terlanjur rapuh.

***

"Altair!" ucap Ziya menyadari kehadiran sang adik yang entah bagaimana bisa menerobos rumah sahabatanya, Dicle.

Ziya hari ini mengambil waktu liburnya dari berjualan bunga. Karena, Dicle meminta tolong pada Ziya untuk merawat beberapa tanaman hiasnya.

Yup, Dicle diketahui adalah seorang penyuka tumbuhan dan bunga yang fanatik. Bahkan, ruangan kecil yang wanita itu tempati sudah terlihat seperti sebuah tanam.

Saat ini, tanaman hias nan berharga milik Dicle tidak lagi penting. Kehadiran Altair membuat Ziya ketakutan.

Bisa dikatakan rasa suka sang adik pada dirinya, berujung obsesi gila.

Yang Ziya tahu, sang adik itu sudah kembali ke Istanbul sejak semalam. Namun, melihat kehadiran Altair hari ini, terlebih di rumah orang lain benar-benar hal gila.

Tubuh Ziya menegang ketika Altair memojokannya, lalu tangan kekar Altair bergerak menelusuri tubuhnya.

"Altair, hentikan! Sampai kapan kamu akan memperlakukan aku seperti ini." Ziya masih waras, ia menepis kasar tangan sang adik lalu menjauh dengan cepat.

"Apa Kak Ziya tidak tahu kalau Kakak itu sangat menggoda? Setiap kali, melihat kamu... aku jadi ingin menyetubuhimu."

"Lancang kamu!" Ziya menampar Altair dengan keras. Ia tidak ingin melakukan hubungan badan dengan Altair lagi. Sudah cukup! Terlebih, ini tempat tinggal orang lain.

"Aku tidak keberatan meskipun kamu memukulku. Aku tetap mencintaimu, Kak."

"Altair, eumhhpp ...," ucap Ziya tertahankan ketika bibir Altair dengan kejam menyambarnya tanpa ampun.

Pria itu menggigit bibir Ziya hingga berdarah dan terbuka, lalu menulusuri seluruh ruang mulut sang kakak. Dengan memainkan lidahnya sangat nakal di sana.

Ziya berontak, namun tubuhnya lemah ketika Altair memojokannya ke dinding.

Tangis Ziya pecah ketika Altair merobek kasar pakaiannya.

Ini salah!

Dan ia sudah tidak sanggup lagi dengan perilaku kurang ajar Altair.

Ziya menggila. Ia mencoba meraih sesuatu dengan tangannya secara asal. Entah, benda apa itu Ziya tidak dapat melihat dengan jelas.

Di tambah rumah Dicle yang memiliki lampu remang-remang.

"Arghh!" Altair merintih kesakitan ketika Ziya memukur kepalanya dengan sebuah pas bunga.

Berhasil meloloskan diri dari Altair, Ziya buru-buru membuka pintu dan kabur.

"Kak Ziya!!" teriak Altair sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia tercengang melihat bercak darah di tangannya.

Ziya kabur tanpa alas kaki dengan kondisi berantakan. Ia berlari keluar dan sejauh mungkin sebelum Altair menemukannya.

Farelziya - Marry with a pregnant girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang