6. Aku Butuh Bantuan

452 6 0
                                    

Farel berkemudi dengan tenang di jalan Antalya yang tenang dan bersalju. Malam ini, butiran-butiran salju turun dengan cukup banyak.

Saat musim dingin jalanan lebih sepi, karena orang-orang malas beraktivitas di luar ruangan apalagi di saat salju turun dengan cukup lebat seperti saat ini.

Bruk!!

Farel buru-buru menginjak pedal rem. Ia tidak menduga ada seorang wanita bodoh yang tiba-tiba lari ke jalan.

"Apa barusan gue nabrak orang?" tanya Farel gugup. Mengingat salju cukup lebat. Mobilnya susah untuk berputar arah, lagipula ia tidak bisa kabur setelah menabrak orang di negara orang.

Bisa-bisa karier yang telah Farel bangun selama hancur berkeping-keping. Ditambah penjara.

Dengan yakin, ia turun dari mobilnya untuk mengetahui apakah ia benar-benar menabrak orang atau cuman halusinasinya.

Jantung Farel berdegup kencang ketika menyadari seorang wanita tidak berdaya terlihat mencoba bangkit meski tertatih.

"Are you okay?" tanya Farel lega, karena wanita berambut hitam legam itu terlihat masih hidup.

Wanita itu mengangguk, Farel pun bergerak mendekat dan membantunya bangkit.

"Help me, please ...." Wanita itu terlihat waspada sambil menarik lengan Farel seolah meminta pertolongan.

Farel menatap sekujur tubuh di depannya, yaitu seorang wanita berwajah khas wanita Turki.

Namun, bukan itu. Farel cukup kaget melihat kondisi memprihatinkan wanita itu, ditambah sisa-sisa darah kering yang menempel di tangannya.

Jujur, Farel ragu ingin menyelamatkan wanita itu atau tidak. Bisa saja, dia seorang penipu dengan modus baru.

Anehnya, hati nurani Farel tergerak. Dari dulu, ia tidak bisa melihat wanita rapuh. Termasuk Eca, dan bahkan wanita malang satu ini.

"Bagaimana aku menolongmu?"

"Bawa aku pergi dari sini, sejauh mungkin."

Cuaca dingin, tidak ada waktu berlama-lama di luar.

"Ayo, masuk mobil!"

***

Farel meraih satu tote bag berisi pakaian wanita yang berada di kursi belakang mobilnya. Lebih tepatnya, itu adalah pakaian milik wanita yang ia cumbu dua jam yang lalu.

"Pakai ini, dan bersihkan dirimu!"

Wanita cantik itu meraih tote bag itu lalu membuka isinya, ada sebuah dress dan sweeter tipis.

"Haruskah aku mengenakannya di sini?" tanya wanita bernama Ziya itu canggung.

Farel melirik tanpa minat.

"Aku bahkan melihat kondisimu hampir telanjang tadi. Bercerminlah, dirimu berantakan. Dan, aku juga tidak akan mengintip."

Ziya mengerti, ia berbalik memunggungi Farel. Buru-buru ia memanggalkan kaus yang setengah sobek itu, lalu mengenakan dress berwarma biru malam yang nampak pas di tubuhnya.

"Terima kasih." Ziya buka suara, ia tidak tahu siapa pria asing yang menyelamatkannya malam ini. Tapi. Ia bersyukur.

"Jadi, kamu mau aku antar ke mana?" tanya Farel.

Ziya lupa satu hal. Kini, ia tidak punya tempat tujuan. Jika ia pulang ke rumah Hande, itu sama dengan bunuh diri. Altair pasti akan menemukannya.

"Kamu tahu surga di mana?" tanya Ziya meracau, pikirannya sudah sangat tidak stabil malam ini.

"Hah?"

"Aku mau ke surga, aku lelah dengan semuanya." Ziya menatap Farel, merasa iri dengan cowok itu. Ia terlihat kaya dan bahkan menolong orang lain.

Sementara, Ziya saja sudah kesulitan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri.

"Ahh, aku ingat. Tidak ada surga untuk wanita hina sepertiku." Tatapan mata Ziya terlihat kosong, ia makin meracau.

"What do you talking about?" tanya Farel tidak paham.

"Stop. Aku berhenti di sini," jawab Ziya.

Farel menghentikan mobilnya. Ia tidak mengerti mengapa wanita itu ingin berhenti di sebuah tempat yang cukup sunyi dan jauh dari keramaian. Hanya ada jalan utama, dan sekekelingnya nampak dipenuhi pohon dan hamparan putih salju.

Ziya turun dari mobil Farel, ia melangkah menjauh. Berjalan dengan langkah berat tanpa alas kaki di dingin dan tebalnya salju malam ini.

"Tuh orang sudah gila? Dia mau bunuh diri?" tanya Farel cemas sendiri. Mengingat cuaca malam ini membekukan, dan pakaian yang wanita itu jelas tidak sepadan jika harus bertarung dengan dinginnya salju.

"Persetan dengan itu, gue nggak peduli!" batin Farel menyakinkan tekatnya, kepalanya lurus ke depan siap melanjutkan perjalanan.

Namun, tiba-tiba Farel mendengar suara dan benar saja. Wanita itu, terjatuh di hamparan salju.

Tanpa membuang waktu lebih lama, Farel langsung berlari dan menghampiri wanita itu, membawanya kembali masuk ke dalam mobilnya.

Wanita itu benar-benar pucat dan tidak sadarkan diri.

Farelziya - Marry with a pregnant girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang