"Ini semua karena ayahmu! Dia akar permasalahannya! Asal kamu tau itu! "
"Kenapa aku? Ini semua tak akan terjadi jika kau tak membesar-besarkan masalah. Semua masalah kecil selalu kau besar-besarkan! "
"AKU GAK PEDULI! Aku gak butuh pembenaran dari kalian! Atau validasi apapun. Kalian sampah! " Teriak Chaewon sambil menahan tangisannya lalu berlari masuk kamarnya.
Chaewon mengunci pintu kamarnya lalu berjongkok. Ia menangis mengeluarkan semua emosinya karena sudah tak kuat menahan. Kedua tangannya juga ia gunakan untuk menutup kedua telinganya karena mendengar suara pukulan berkali-kali.
She's just a broken piece.
Chaewon memutuskan untuk mencoba tidur. Kini ia sudah berbaring di kasurnya. Namun suara perkelahian orang tuanya sangat terasa dan terdengar jelas di telinganya. Mempersulit Chaewon yang sedang mencoba untuk tidur.
'God, I'm just trying to calm down and sleep, please' Ucap Chaewon dalam hati.
Entah bagaimana caranya, namun beberapa menit kemudian Chaewon sudah terlelap dan tidur dengan pulas. Ia terlihat sangat lelah dan air mata terus mengalir keluar dari matanya yang bahkan sudah tertutup.
Sejak Chaewon kecil, hubungan keluarganya memang sudah sangat renggang. Setiap bulan, setidaknya pasti ada satu kali orang tuanya bertengkar. Dari sudut pandang orang lain, pasti terdengar aneh dan tak nyata. Tapi memang kenyataannya begitu.
Chaewon selalu berangan-angan, kapan ayah dan ibunya berpisah. Ia sudah sangat muak menghadapi kedua makhluk itu. Namun setiap kali ia meminta hal itu, ia akan segera menerima tamparan dan omong kosong belaka.
Karena hal itu, ia tak mengerti apa arti pernikahan. Ia tak menemukan alasan yang mendukung jika pernikahan adalah suatu hal yang menguntungkan. Ia tak tertarik dengan suatu hubungan, ataupun untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Ia tak pernah menyukai seseorang, satu orang pun tak pernah. Walau banyak yang menyatakan perasaan padanya. Bisa dibilang ia mempunyai ketakutan untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Takut jika hal yang terjadi pada orang tuanya kembali terulang di hubungannya. Intinya ia tak tertarik sama sekali dengan hal seperti itu.
Chaewon kini sudah memakai seragamnya. Ia mengambil make-up nya dan mulai merias wajahnya untuk menutupi lukanya yang terlihat. Sudah selesai dengan itu, ia akhirnya merapikan dasinya dan seragamnya sekali lagi lalu keluar dari kamarnya.
Tanpa berpikiran untuk sarapan, ia langsung turun dan keluar dari 'rumah terkutuk' tersebut. Lagi dan lagi ia harus memasang wajah datarnya, bukan wajah ekspresif.
Sesampainya di halte bus, ia menghela napasnya karena melihat seseorang yang berterus terang mengejarnya. Ia pun duduk berjauhan dengan orang tersebut tanpa menaruh peduli.
"Oh, Chaewon unnie! " Teriak orang itu lalu pindah ke sampingnya.
Diluar dugaan Chaewon, orang tersebut merangkul lengannya lalu menyandarkan kepalanya di lengan Chaewon. Ia merasakan desiran dan jatungnya yang berdebar. Karena terkejut dengan hal itu, Chaewon pun mendorong badan orang itu untuk menjauh. Orang tersebut menatapnya, namun ia tak berani menatap balik orang tersebut.
"Jangan pernah lakukan hal itu lagi padaku" Ucap Chaewon lalu berdiri dan masuk ke dalam bus.
Sesudah duduk, ia langsung meminum air dari tempat minumnya karena masih shock. Ia juga mengatur napasnya juga detak jantungnya yang sempat berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
izone one shots
FanfictionA compilation of izone one shots and their random ship.