1

4 0 0
                                    

"Cepetan!"

"Bentar ih,"

"Lama bangettt!"

"Ya Allah, sabar dong,"

Aludra sibuk mengemasi barang bawaannya di kopernya, salahkan adiknya yang tidak memberitahu sejak tadi kalau mereka akan berkemas hari ini.

Orangtua nya sudah berangkat ke duluan ke rumah yang baru, jadi Aludra dan Ellgar menyusul. Tapi memang dasarnya adiknya ini plin plan, diajak buat sekalian berangkat bareng, gak mau. Katanya mau nyusul nanti, dikira Aludra, mereka akan menyusul sore nanti. Pas Aludra lagi rebahan santai, dia malah ngajakin berangkat, sekarang Aludra juga yang kerepotan.

"Salah sendiri gak siap-siap, udah tau mau berangkat," ucap Ellgar dengan tampang bosannya sambil bersilang tangan di depan pintu.

Aludra memasukkan beberapa buah buku bacaannya ke totebag nya dengan malas, "Lo mendadak."

"Makanya bu, kalau udah tau mau pindah, disiapin dari tadi malam," Ellgar menarik koper Aludra yang sudah selesai dan membantu kakaknya itu membereskan beberapa barang.

"Nah gitu kek dari tadi, dibantuin. Bukannya ngomel," celetuk Aludra.

Ellgar menarik kopernya dan koper Aludra menuju mobil, Aludra menyusul dan mengunci pintu rumah lamanya dan memasukkan kunci itu ke kantong celananya. Ellgar membuka ponselnya dan menerima pesan dari Ayahnya, "Gue gak tau area rumah baru, jadi kita ikutin alamat yang dikasih Papa. Karena gue gak familiar sama daerah nya, jadi jangan marah kalau nyasar."

"Terserah deh, gue ngikut aja," sahut Aludra. Ellgar terkekeh, "Gak nyambung."

30 menit perjalanan dari rumah baru dan rumah lama, keduanya memasuki area perumahan dan disambut dengan deretan rumah berpagar. Aludra melihat-lihat nomor rumah yang ada, mencari dengan teliti nomor rumahnya.

Bosan, Aludra mengedarkan tatapan ke luar mobil dan melihat gerombolan para remaja, ada cowok dan cewek di sana. Mereka semua berkumpul di depan rumah seseorang dan duduk di atas motor masing-masing.

Ellgar juga melihat mereka dan sepertinya tidak tertarik, atau mungkin memang tidak tertarik. Berbeda dengan Aludra yang terus memperhatikan mereka, entah apa yang menarik.

Para gerombolan itu memandang mobil ketika Aludra dan Ellgar melintas di jalan depan rumah itu, salah satu dari mereka menarik perhatian Aludra. Cowok yang memakai jaket abu-abu dan duduk di atas motor dan tertawa kecil setiap mendengar guyonan dari teman-temannya. Ia hanya melirik sebentar pada mobil Ellgar dan Aludra, kemudian kembali berbincang dengan teman-temannya.

"Itu siapa?" tanya Aludra pada Ellgar ketika mereka sudah melintas di depan remaja-remaja itu. Tapi adiknya itu hanya mengangkat bahu, tidak tahu.

"Lo biasanya tau circle kayak mereka"

"Gak tau, gue bukan cenayang,"

Aludra maklum, Ellgar memang jarang bicara padanya, jarang merespon setiap ucapan Aludra. Aludra hanya menghela napas pasrah, pasrah dengan sikap adiknya yang sok dingin itu.

Mobil kemudian berhenti di depan sebuah rumah bercat abu-abu, ini pastilah rumah baru mereka, karena mobil ayah nya ada di parkiran rumah itu. Aludra keluar duluan dari mobil dan membuka bagasi, lalu mengeluarkan kopernya sendiri. Ia mengedarkan pandangan karena penasaran dengan lingkungan baru rumah nya.

Tak jauh dari rumah baru mereka, Aludra bisa melihat kumpulan tadi. Ternyata rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari tempat berkumpulnya mereka. Pandangannya terputus ketika ibunya memanggil dan menyuruh cepat masuk.

"Mobilnya taruh di parkiran," ia berbicara pada Ellgar, yang kemudian dituruti Ellgar. Sementara Aludra mengikuti ibunya sambil membawa barang-barangnya. Mungkin Aludra bisa melihat mereka setiap hari, kalau itu tetap jadi base camp mereka.

~~~[end].

dua tiga tutup botol
hey all.

God! i wish kalian semua suka dengan ini.


DRARIONWhere stories live. Discover now