CHAPTER 5

33 2 0
                                    

Indonesia, Musim Panas  2003

“Ayo Eun woo..” paksa Nyonya Lee pada anaknya.

EUN WOO kecil menatap tak suka pada rumah di hadapannya. “Shirheo!” tolaknya, tolakan kesekiannya sejak ibunya mengatakan mereka akan berkunjung ke rumah salah satu kerabatnya di Indonesia.

“Sebentar saja nak, ayolah.” Tak bosan Nyonya Lee membujuk anaknya.

“Sudahlah eomma, kalau dia tidak mau biarkan saja. tinggalkan dia disini.” Jin mulai gusar melihat tingkah adiknya yang begitu keras kepala. Apa susahnya hanya masuk dan memperkenalkan diri, berbasa-basi sebentar, pikirnya.

EUN WOO kecil menatap noona nya malas, cerewet. Keluhnya dalam hati.

“Eun woo, kali ini saja.” giliran Tuan Lee yang angkat suara, EUN WOO kecil tak dapat lagi menolak kalau ayahnya yang sudah berbicara.

Keluarga Lee memasuki rumah bertingkat dua dengan arsitektur minimalis yang begitu asri. Di muka pintu mereka disambut oleh seorang pelayan yang berumur sekitaran 40an. “Welcome Mr and Mrs Lee, please come in.” katanya ramah. Tuan dan Nyonya Lee membalasnya dengan anggukan dan senyuman.

“NONA SENJA BERHENTI BERLARI NANTI GAUN ANDA AKAN KOTOR…”

‘Brakkkk’

“Nona..”

Gadis manis bergaun biru pucat dengan potongan sederhana itu menabrak EUN WOO kecil dengan cukup keras, membuat keduanya jatuh terjungkal. Rambutnya yang diikat dua tinggi menutupi wajah EUN WOO. “Mwoya!” sentak EUN WOO kesal, dia menyingkirkan rambut panjang kecoklatan beraroma manis yang menutupi wajahnya.

“Oh, maaf.” Pengasuh Senja yang sedang memegangi pita segera membangunkan Senja, Senja kecil meringis menyadari lututnya yang sedikit sakit. Dia menatap keempat orang asing bermata sipit yang baru dilihatnya itu. mata bulatnya berkedip beberapa kali, dia juga memiringkan kepalanya. “Bundaa!!.” Teriaknya kencang, dia menoleh dan mendapati kedua orang tuanya sudah berdiri di belakangnya.

“Welcome to Indonesia Mr and Mrs Lee, and I’m sorry about my daughter.” Ujar Tuan Arnold, ayah Senja yang berperawakan tinggi tegap dengan senyum ramah yang tersungging di bibirnya.

“Ah, never mind.” Tuan Lee mendekat dan memeluk sahabat lamanya itu. Nyonya Lee juga melakukan hal yang sama pada ibunda Senja, nyonya Widya.

“I really miss you Widya, it’s been long time since we met.” Katanya, aksen bahasa inggris Nyonya Lee cukup bagus dan terdengar jelas. Begitu pun Tuan Lee.

“So do I, are they your son and daughter?” Tanya nyonya widya begitu melihat Jin dan EUN WOO yang berdiri di belakang Nyonya Lee.

Nyonya Lee mendekati anaknya. “Well yeah, she is Lee Gyuwi and you can call her Jin. And he is Lee Eun woo.”

Nyonya widya dan Tuan Arnold tersenyum melihat kedua anak keluarga Lee, yang satu sangat cantik dan yang satu begitu tampan. “Senja perkenalkan dirimu nak, she is my daughter, come on Senja.”

“Pakai bahasa yang waktu itu bunda suruh aku hapalin?” Tanya Senja polos, pengasuhnya sudah memakaikan pita biru di rambutnya dan membenarkan gaunnya yang berantakan.

Nyonya widya mengangguk. “Depannya apa bunda?”

“Annyeong.”

Senja mencerna ucapan ibunya, berpikir sejenak. “oh, annyeonghaseyo Senja imnida.” Katanya dengan lambat dan sedikit kaku.

LOVE HURTSWhere stories live. Discover now