Pantai dan bulan :02

214 163 216
                                        

                                    
Happy reading

Sorry kalo ada typo

Jam sudah menunjukan pukul 19.44 Prima dan Arsya akhir nya sampai juga di pantai. Prima turun lebih dulu, lalu Arsya mengikuti dari belakang. Keduanya berjalan ke tepi pantai.

Prima tersenyum melihat pemandangan pantai yang menyejukkan baginya, ditambah dengan pemandangan bulan diatasnya. Perlahan Prima pun memejamkan matanya menikmati udara yang melewati wajahnya.

Sungguh . Prima sangat menyukai suasana seperti ini. Ini sangat menenangkan, semua beban pikirannya seketika lenyap begitu saja.

Sementara Arsya, ia hanya memperhatikan Prima dari samping, ia sedikit menghembuskan nafasnya lega. Senyumnya mengembang saat melihat betapa damai nya wajah Prima saat ini, Arsya pun perlahan memejamkan wajahnya menikmati angin pantai yang menyejukkan.

Sudah 15 menit sejak Prima dan Arsya memejamkan matanya. Akhirnya keduanya membuka mata secara bersamaan

"Disini aja ya Sya,"

"Yakin mau di sini aja? Gue ambil karpet dulu ya lu tunggu sini."

"Gausah. Gini aja," tolak Prima.

"Nanti celana lu kotor, kalo ga pake alas,"

"Gapapa"

Arsya hanya menghela nafas pasrah, ia hanya bisa mengalah. Prima itu keras kepala, kalau dia sudah bilang ngga ya ngga gabisa di bantah lagi.

"Yaudah,"

Keduanya pun duduk di sisi pantai, disini sangat sepi tapi sangat menenangkan. Sedari tadi pandangan Prima tidak lepas dari bulan, bulan purnama itu sangat indah dan bersinar terang.

"Sya."

"Hmm,"

"Gw Kangen ayah," lirih Prima. Arsya yang mendengarnya hanya terdiam.

"Tapi kayanya dia nggak deh,"

"Jangan ngomong gitu. Ayah Lo juga pasti kangen sama lo,"

"Boleh ga sih gue benci sama ayah? Haha tapi kayanya gue gaakan bisa,"

"Prima."

"Gue sebenernya sayang sama dia, tapi gue kecewa banget. Gue yakin lo paham sya,"

"Iya gue tau dan gue paham," jawab Arsya.

"Pengen ngerasain di peluk ayah,"

"Beruntung banget mereka bisa dapetin kasih sayang ayah yang seharusnya buat gue,"

Arsya masih terdiam ia sudah biasa dengan situasi ini. Jika Prima sudah mengeluh tentang ayah nya, ia hanya bisa menjawab seadanya.

"Makasih ya Sya. Udah mau jadi sahabat gue,  gue gatau lagi kalo gaada lo di hidup gue bakal kaya gimana ceritanya, gue gatau bakal ngeluh dan cerita ke siapa kalo gaada lo. Gue gaberani cerita sama bunda, gue juga gamau nambahin beban pikirannya, "kini air matanya sudah menetes membasahi pipinya.

"Prim udah berapa kali si gw bilang sama lo. Jangan bilang makasih! kita itu sahabat lo udah gue anggap kaya adek gue sendiri, udah yah jangan nangis lagi. lo tuh jelek kalo nangis," Jelas Arsya menenangkan prima.

Melihat Prima yang tidak berhenti menangis ia pun membawa tubuh prima kedalam pelukannya.

"Waktu gue kecil ayah suka bawa gw ke pantai malem-malem kaya gini, karena ayah tau kalo gw suka banget liat bulan,"

"Dan sekarang lo punya gue yang akan bawa lo ke pantai kapan pun itu," ucap Arsya.

"Makasih ya Sya lo udah ngingetin gu sama ayah gue yang suka bawa gue ke pantai malem-malem kaya gini. Sorry gue jadi bahas ayah kaya gini,"

ArsyarareyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang