Episode 1

194 10 3
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakattuh ...

* * *


Tepat pukul tiga subuh, seorang gadis dengan wajah yang ditutupi selembar kain tipis berwarna hitam, terbangun dari tidurnya. Ia langsung pergi ke sumur umum khusus akhwat, yang ada di pesantren tempat dia mondok. Ia segera mengambil wudhu, setelah itu ia melangsungkan sholat tahajudnya, yang diakhiri dengan lantunan ayat suci Al-qur'an.

Setelah ia menyelesaikan rutinitasnya tersebut, ia segera membangunkan teman-teman satu asramanya, berhubung sebentar lagi waktu subuh akan segera tiba.

"Siti, Hanum, Fatimah! Ayo bangun, sebentar lagi adzan subuh berkumandang," titah gadis tersebut. Ia terus mencoba membangunkan ketiga sahabatnya itu, dengan menggoncang tubuh ketiga gadis yang masih terlelap tersebut.

Ya, dia adalah Zahidah Fathiyah Ufairah. Salah seorang santriawati dipondok pesantren, tepatnya di kota bandung.

"Em ... Zahidah, sebentar lagi dong, masih ngantuk ini," jawab Hanum. Ia kembali menenggelamkan wajahnya di bantal.

"Kalian beneran, tak ingin cepat bangun?" tanya Zahidah kepada ketiga sahabatnya itu. Namun tidak ada respon apapun dari ketiganya.

"Baiklah, kalau tidak bangun aseef (maaf) ya, Zahidah ambilin air dulu," ucap Zahidah segera beranjak dari duduknya, untuk mengambil segelas air di atas meja.

Lagi-lagi tetap sama, tak ada jawaban dari ketiganya.

kali ini Zahidah benar-benar mengambil satu gelas air putih, dengan menggunakan tangannya, ia mulai menciprati air tersebut, kewajah ketiga gadis yang tengah terlelap itu.

"Banjir ...!" teriak Fatimah. Ia langsung terduduk seketika dari posisi tidurnya. Begitu juga Siti, dan Hanum yang ikut terduduk saat merasakan dingin di permukaan wajahnya.

Mereka kini tengah mengumpulkan kesadarannya, sambil mengucek dan mengerjapkan kedua matanya. Setelah sadar, mereka melihat sosok Zahidah yang tengah berdiri seraya tersenyum jahil di hadapan mereka, dengan kedua tangannya memegang segelas air putih.

"ZAHIDAH!" teriak ketiganya bersama-sama. Sedangkan Zahidah, sekarang ia sudah berlari kebelakang sambil menutup telingannya menggunakan telapak tangan.

* * *


Setelah menunaikan sholat subuh, dan bertadarus. Keempat gadis tersebut berbegas pergi menuju dapur umum, mereka akan membantu para hajjah, dan akhwat yang tengah memasak makanan untuk sarapan pagi.

Zahidah dengan cekatan, mulai mengerjakan beberapa pekerjaan di sana.

"Zahidah! Tolong, ya, ambilin Ummi kecap di sana," teriak ummi Risa yang tengah bergulat dengan wajan.

Ummi Risa merupakan anak, dari Kyai sepuh pemilik Pondok Pesantren ini.

"Ini, Ummi," kata Zahidah. Sambil memberikan sebotol kecap kepada ummi Risa.

"Makasih, ya, Nak," jawab Ummi Risa sambil meraih botol kecap itu.

"Sama-sama, Umm," balas Zahidah.

Kini di dapur umum itu, tinggalah beberapa santriawati saja yang tersisa di sana. Karena sebagian santriawati yang di dapur tadi, kini telah pergi untuk membagikan kotak sarapan kepada para santri yang lain.

Zahidah berkeliling mencari ketiga sahabatnya, yang tak ia lihat di dapur umum sejak tadi, lama mencari namun tetap saja tak kunjung terlihat. Setelah berkeliling hampir memutari seluruh pelosok dapur umum, Zahidah mendengar suara seperti seseorang yang tengah bercengkrama, dengan langkah gontai Zahidah berjalan menghampiri arah suara itu.

Ketiga temannya tak menyari kedatangan Zahidah, saat itu mereka tengah sibuk mencuci piring sambil asik menceritakan salah satu santriawati yang menurut mereka sok cantik, dan sok pintar.

Zahidah hanya menggelengkan kepalanya, saat mendengar topik apa yang menjadi bahan ceritaan oleh ketiga temannya itu.

'Astaghfirullahalladzim,' ucap Zahidah dalam hati

"Assalamualaikum warrahamatullahi wa barakattuh," Zahidah mengucap salam dengan suara yang agak ditekan.

"Astaghfirullahaladzim, Zahidah! Suka banget ngagetin, deh," teriak ketiganya.

"Hehehe, aseef," ucap Zahidah. Dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Zahidah yaampun ...! Kalau begini terus kita bisa kena serangan jantung tau ngga," ucap Siti sambil mengkerucutnya bibirnya.

"Iya nih, Zahidah kebiasan, deh," kata Hanum menimpali ucapan Siti.

"Tau ah! Zahidah mah gitu," sahut Fatimah.

"Kalian belum jawab salam ana loh barusan, antuna tau engga kalau seorang muslim tidak menjawab salam sesama muslim, maka kalian akan menda-" ucapan Zahidah terpotong.

"Mendapat dosa!" sahut ketiganya. Mereka menatap malas Zahidah, pasalnya Zahidah itu bawel kalau berbicara pasti akan panjang kali lebar.

setelah itu mereka menjawab salam Zahidah tadi.

"Waalaikumssalam warahmatullahi wabarakattuh Ibu hajjah," jawab mereka kompak.

Zahidah hanya tersenyum geli, saat melihat tingkah ketiga sahabatnya itu.

"Antuna tadi lagi cerita apa hayo? Saking asiknya, sampai tidak sadar kalau ada ana di sini," ucap Zahidah.

"Eh! En--engga ko, kita gak cerita apah-apa, Zah," kata Fatimah sambil melirik kepada Hanum, dan Siti.

"Hem ... kalian taukan, balasannya kalau kalian berbohong, kalian akan mendapat sebuah do-" lagi-lagi ucapan Zahidah terpotong.

"Dosa!" jawab ketiga teman Zahidah itu.

"Hehehe, antuna sudah pada pintar rupanya," kata Zahidah sambil tersenyum di balik cadarnya.

"Udah ayo! Kalau kita di sini terus, bisa-bisa kebawelan Zahidah meningkat jadi, 90°C," kesal Siti.

Lalu mereka memutuskan untuk segera membawa cucian piring yang sudah bersih tersebut, menuju dapur umum.

Setelah menyusun pirig-piring tersebut pada tempatanya, gadis-gadis tersebut segera pergi meninggalkan dapur umum. Untuk menyantap sarapan paginya, sebelum mereka berangkat sekolah nanti.

"Alhamdulillah," ucap ketika gadis tersebut, setelah menyelesaikan sarapan paginya.

"Aku kenyang banget, nih," ucap Siti seraya mengusap perutnya.

"Hehehe ... biasanya, kamu kurang, Sit," ucap Hanum setengah meledek Siti.

"Iya, akupun heran, Num," sahut Siti.

"Udah-udah, mendingan kita semua segera mandi, sebentar lagi kita harus pergi ke sekolah," ucap Zahidah.

"Ya, udah. Siapa duluan, nih, yang mau mandi?" tanya Fatimah.

"Aku terakhir aja, deh," sahut Siti.

"Aku ketiga, ya," ucap Hanum.

"Kamu, Zah?" tanya Fatimah kepada Zahidah.

"Anty aja duluan, Fat, nanti baru ana," sahut Zahidah.

"Oke, kalau gitu aku duluan, ya, yang mandi," ucap Fatimah, lalu di angguki oleh ketiganya.

Bersambung ....

* * *

Terimakasih yang sudah mampir, jangan lupa komen dan vote cerita ini ya.

Happy Reading❤

MY ICE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang