Episode 4

64 6 2
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabbarakattuh.

* * *

Mendengar ucapan terima kasih terucap dari bibir sang abah, Zahidah sangat tak suka.

"Abah apaan, sih, Zahidah nda sebaik yang Abah katakan," ucap Zahidah merendahkan dirinya.

"Hisam, keluarkan!" perintah Pak Bima kepada putranya.

Hisam merogoh saku celananya, dan mengeluarkan kotak berwarna biru.

'Bissmillahirrahmanirrahim,' ucap Hisam dalam hati.

"Zahidah Fathiyah Ufairah, maukah engkau menerima lamaranku, dan maukah engkau menjadi istriku untuk menemani hidupku di kala susah maupun senang?" tanya Hisam. Suaranya sangat tegas, namun tetap terkesan serius.

"Zah! Jawab dong!" seru Fatan. Menyadarkan Zahidah dari lamunannya.

"Eh!" Zahidah tersadar dari lamunannya.

"Na'am, ana bersedia, Kak," jawab Zahidah dengan suara lembutnya.

"Alhamdulillah," terdengar ucapan syukur dari semua orang

Cincin dipasang di jari manis Zahidah oleh Uminya.

Setelah sesi pertunangan itu, mereka sepakat untuk mempercepat pernikahannya. Mereka langsung membicarakan soal penentuan tanggal yang baik di minggu depan. Tak lama kemudian adzan isya berkumandang, lalu mereka semua bergegas untuk menunaikan sholat isya berjama'ah.

Setelah sholat isya, mereka semua memutuskan untuk makan malam bersama, mereka makan dengan keadaan hati yang bahagia. Berbeda dengan Zahidah, dan Hisam yang kini tengah bimbang dengan perasaan mereka masing-masing.

Setelah usai makan malam, Pak Bima dan putranya Hisam segera pamit untuk pulang.

"Tuan kenapa tidak menginap saja dulu di sini," tawar abah kepada Pak Bima.

"Iya, Paman. Menginaplah dulu di sini," ucap Fatan yang juga ikut menawarkan.

"Terima kasih banyak loh, Sam, Nak, Fatan. Tapi maaf kami tidak bisa, kebetulan kami sudah memesan hotel terdekat di sini, sekalian besok pagi kami ada urusan bisnis tentang kebun yang di bagian timur sana loh, Sam," jelas Pak Bima panjang lebar.

"Oh, baiklah kalau begitu! Kalau ada apa-apa, segera hubungi kami ya, Tuan," ucap abah.

"Tentu, Sam. Sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, bukan lagi sebatas teman," kata Pak Bima.

"Sampai ketemu satu minggu lagi Sam, di acara pernikahan anak-anak kita," pamit Pak Bima.

"Hati-hati, Tuan!" seru abah.

"Iya, Paman, hati-hati!" seru Fatan, seraya mencium tangan Pak Bima, dan merangkul pundak Hisam.

Begitu juga Hisam yang mencium tangan Abah Samsul.

"Assalamualaikum," pamit Pak Bima dan Hisam.

"Waalaikumssalam," jawab abah dan Mas Fatan.

****

Sedangkan di kamar, Zahidah kini tengah melaksanakan sholat Tahajjud, dalam do'anya ia meminta yang terbaik kepada Allah SWT, atas semua rencana perjodohan yang dilakukan abah dan umi nya itu.

Dalam sholat Tahajjudnya, Zahidah selalu berdo'a dan memohon kepada Allah SWT, agar kelak ia diberi jodoh seorang lelaki yang baik akhlak, dan juga imannya.

Kini Zahidah berserah diri kepada Allah, mungkinkah lelaki bernama Hisam yang melamarnya beberapa jam yang lalu, adalah jawaban dari do'a-do'anya selama ini. Zahidah akan berusaha ikhlas, dan menerima semua ketentuan-Nya dengan setulus hati.

MY ICE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang