Episode 5

64 5 1
                                    

Setelah dua hari berlalu. Hari ini adalah hari pernikahan Zahidah dan Hisam.

"Zah kamu cantik banget! Meskipun tertutup begini. Suami kamu pasti akan terpesona nanti, setelah dia melihat wajah kamu yang cantik dan manis itu. Mbak jadi iri deh, sama kmu," ujar Mbak Mira memuji Zahidah.

"Syukron ya, Mbak, tapi Astaghfirullah untuk rasa iri Mbak itu. Ingat, Mbak! Kita tidak boleh merasa iri kepada sesama manusia apa lagi soal fisik semata, kita hanya boleh iri terhadap kebaikannyanya saja, contohnya jika seseorang tersebut memiliki ahklak yang baik, dan begitu taat pada Allah SWT, baru boleh Mbak iri," jelas Zahidah.

"Masya Allah, anak Umi ini," kata umi yang baru saja masuk ke kamar tempat Zahidah dirias.

"Iya Zah, Mbak salah!" kata Mbak Mira.

"Umi!" seru Zahidah. Sambil meraih tangan sang umi dan bergelayut manja di sana.

"Kurang-kurangin manjanya dong Nak! Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri, kasian suamimu nanti, Zah," ujar umi seraya mengusap pucuk hijab Zahidah.

"Iya, Umi. Afwan, ya." Sahut Zahidah lembut.

"Umi, sepertinya keluarga mempelai prianya sudah datang deh," ucap Mbak Mira.

"Iya ... sepertinya begitunya deh, Mir," kata umi.

"Assalamualaikum ... Umi, Mbak Mira, dan Zahidah yang cantik," sapa ketiga gadis yang baru saja masuk ke kamar Zahidah saat itu.

Mereka adalah ketiga sahabat Zahidah di pondok, yang sengaja Zahidah oleh undang.

"Waalaikumssalam ... ya, ampun, bahagia sekali rupanya gadis-gadis ini," ucap umi.

"Hehehe ... na'am Umi, kami bahagia melihat Zahidah yang akan segera menikah ini," ucap Fatimah. Umi Zahidah tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat putrinya itu.

"Umi kami ke sini untuk memberi tahu Umi, Mbak Mira, dan Zahidah. Bahwa keluarga calon suami Zahidah, sudah datang Um," ujar Hanum.

"Ya, sudah ... kalau gitu, Umi dan Mbak Mira ke depan dulu. Umi titip Zahidah, ya." Beliau melangkah pergi bersama Mbak Mira.

"Na'am, siap Umi!" sahut ketiga gadis itu.

Setelah kepergian Umi dan Mbak Mira dari sana. Ketiga gadis tersebut, mulai berbincang-bincang hangat.

"Zah! Kamu beneran cantik banget hari ini," ujar Siti dengan mata berbinar.

"Jadi, maksud antuna, Zahidah tidak cantik di hari-hari sebelumnya, ya?" tanya Zahidah sambil menatap Siti.

"Hehehe ... bukan gitu Zah! Maksudnya Siti itu, hari ini kamu berbeda Zah, dari hari-hari sebelumnya, kecantikan kamu makin bertambah," ucap Hanum menjelaskan.

"Kalian apaan, sih, Zahidah cuman bercanda loh," kata Zahidah, seraya tertawa senang ketika melihat temannya yang salah tingkah tadi.

"Zah! Ini adalah hari pernikahan mu loh, jahilnya disimpan sementara bisa 'kan, Zah!" ucap Fatimah kesal.

"Eh! Sepertinya do'a kita terkabul deh," ujar Siti sumringah.

"Do'a? Do'a apa yang kamu maksud?" tanya Hanum pada Siti.

"Ituloh ... kalian ingat nda, sih? Semasa kita di pondok waktu itu, aku sempat mendo'akan semoga Zahidah yang menikah duluan," jelas Siti.

"Oh, iya! Aku ingat," kata Fatimah.

Zahidah hanya tertawa menamggapi perkataan sahabatnya itu.

"Oh, iya, Zah ... aku penasaran deh, wajah calon suami kamu itu, dia tampan nda Zah?" tanya Fatimah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY ICE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang