Episode 3

73 6 2
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakattuh ....

* * *

Setelah menunaikan ibadadah sholat magrib secara berjamaah, mereka bergegas menuju ruang tamu.

"Zahidah, Nak!" panggil ummi kepada Zahidah.

"Na'am, Ummi, ada apa?" tanya Zahidah.

"Kamu ganti baju dulu sana, berpakaian yang rapih, dan sopan ya, Zah," ujar ummi.

"Ummi sebenarnya ada apa sih ini, Zahidah bingung deh. Tadi di meja makan, Masya Allah ... banyak banget makanan yang disiapkan Mbak Mira, nda seperti biasanya," ucap Zahidah bingung. Sedangkan yang lain hanya tersenyum, menanggapi ucapan Zahidah.

"Udah, Zah ... sana! Nanti kamu tau sendiri ko," ujar ummi lagi, seraya mengelus pundak Zahidah.

"Iyah, nih, Kak Zahidah bawel, deh," ujar Rio.

"Hehehe ... aseef, yaudah Zahidah kekamar dulu, yah," ucap Zahidah, sambil menampilkan senyum manisnya.

Setelah kepergian Zahidah dari ruang tamu, mereka kini tengah membahas perjodohan itu.

"Abah! Ummi takut deh, kalau Zahidah nanti marah sama kita," ucap ummi dengan raut wajah cemas.

"Udah Ummi tenang aja! Abah yakin semua akan baik-baik saja," ujar abah menenangkan.

"Ummi percayaain aja semuanya sama abah, In Sya Allah semuanya akan lancar mi," ucap Fatan ikut menenangkan sang Ibu.

"Bener kata abah, dan Mas Fatan, Ummi ... lagian, Zahidah 'kan, anaknya penurut, dia pasti bisa menerimanya kelak, ya walaupun semuanya memang memerlukan waktu," ucap Mbak Mira, seraya menggenggam tangan mertuanya.

Sedangkan ummi hanya mengangguk, seraya berusaha menenangkan suasana hatinya saat ini.

Perbincangan mereka terhenti, saat mendengar suara ketukan dari arah pintu.

"Biar, ummi aja yang buka," kata ummi segera beranjak dari duduknya.

"Assalamualaikum," sapa orang tersebut.

"Waalaikumssalam," jawab semua anggota keluarga Zahidah.

"Tuan Bima!" sapa ummi seraya tersenyum.

"Tuan sudah datang, mari silahkan masuk di gubuk kami ini!" seru abah. Mempersilahkan Tuan Bima dan putranya, untuk masuk.

"Rumah bagus begini ko dibilang gubuk, kenapa kau ini, Sam ... selalu memanggilku tuan, aku ini adalah temanmu," ujar Pak Bima seraya bersalaman dengan abah, dan Fatan. Sedangkan ummi, dan Mbak Mira menyatukan kedua telapak tangannya di dada, begitu juga dengan Hisam.

Ya, Bima adalah sahabat Abah Samsul sewaktu masih sekolah dulu, dan sekarang Bima telah menjadi pengusaha sukses. Bima sangat berjasa bagi kampung tempat abah Samsul tinggal ini, banyak lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh Bima untuk masyarakat di sini.

"Tidak, Bima, bagaimanapun sekarang kamu adalah, tuan kami," ucap abah pada pak Bima

"Terserah kau saja lah, Sam! Sejak dulu kau memang tidak pernah mendengarkan ku," ucap Pak Bima kesal. Sedangkan abah hanya tertawa menanggapinya.

"Oh, iya! Perkenalkan ini putraku, Sam, namanya Gerald Aidil Hisam Al Azhar," ujar pak Bima. Abah tersenyum kearah Hisam.

Malam ini Hisam sangat tampan menggunakan setelah jas hitam dan baju kemeja putih, terlihat dewasa dan berwibawa. Namun ekspresi wajahnya, sangat dingin seperti es, rasanya sulit untuk Hisam tersenyum.

"Nak Gerald, berapa umurnya?" tanya abah pada putra Bima.

"Sam! Panggil saja dia Hisam," ujar Pak Bima menjelaskan.

MY ICE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang