Hapred.
"Ingat ya, pokoknya lula harus menghindari siswa bernama Arkan dan teman-temannya." Ucap Cia.
Saat ini mereka sedang berada di kantin, karena pelajaran pertama dan kedua telah usai.
"lo udah bilang lima kali." Sahut Rere.
"Enam kali sama tadi." Ucap Nana.
Alula tersenyum kecil saat mendapat kan kelas yang tepat, mereka tidak membedakan kasta. Mereka semua menganggap kalau mereka adalah keluarga. Ternyata tidak seburuk yang di bayangkan.
"La, Lula denger gak, sih Cia ngomong?" tanya Cia sambil berdecak kecil.
Alula terkekeh kecil, "Alula dengar, kok." Jawabnya.
"Denger, kok gak ngejawab?" tanya Cia lagi.
"Orang tadi Lula nanya terus, Arkan siapa? Eh, lo malah bilang, 'pokoknya Lula jangan dekat-dekat sama mereka, apalagi cari masalah.' dan lo bilang itu lima kali berulang." Jawab Rere.
"Cia gak nanya Rere, dodol." Ucap Cia sinis.
Alula tertawa kecil melihat perdebatan antara Rere dan Cia, sedari tadi mereka terus saja berdebat.
"Gue bukan dodol, bego." Jawab Rere dengan nada kesal.
"Kalian gak mau makan?" tanya Nana.
Ya, memang mereka belum pesan makanan satupun. Setelah datang ke kantin Rere dan Cia terus saja berdebat tentang masalah Arkan.
"Mau, Nana yang pesan ya." Jawab Cia.
"Iya, pesan apa?" jawab Nana malas.
"Gue bakso sama teh manis sama air putih," Jawab Rere.
"Cia juga, samain kayak Rere." Ucap Cia.
"Cih, gak kreatif banget ikut-ikutan." Ucap Rere.
"Suka-suka Cia dong, ribet banget." Sahut Cia dengan nada ketus.
"Bacot kalian, lo?" tanya Nana terhadap Alula.
"Lula ikut Nana aja, nanti Nana bawanya susah." Ucap Lula mengikuti langkah Nana.
Setelah memesan makanan, Nana dan Lula kembali ke tempat Rere dan Cia. Namun kesialan melanda Lula yang tengah membawa empat teh manis itu tumpah saat bertabrakan dengan seorang siswa.
"Maaf, Lula gak sengaja." Ucapnya membuat Nana menghentikan langkahnya.
"Lo gak punya mata?" Tanya lelaki itu sarkas.
Lula mengambil beberapa tisu yang berada di meja samping ia berdiri dan meletakkan teh manisnya.
"Biar Lula bersihkan, maaf Lula gak sengaja." Ucap Lula lagi sambil membersihkan baju lelaki yang terkena teh manis.
"Lo pikir, tisu kering ini bisa bersihkan baju gue?" Ucapnya dengan sedikit membentak dan menepis tangan Alula.
"Lo budek? Dia bilang gak sengaja." Ucap Nana terkesan dingin.
"Gue gak ada urusan sama, lo." Ucap lelaki itu membuat Lula menundukkan kepalanya.
Hey, Lula gak mau bermasalah selama sekolah disini. Karena Lupa sadar dia hanya seorang siswi beasiswa. Melakukan satu kesalahan fatal bisa membuat nya kehilangan beasiswa, itu yang Alula takutkan.
"Tapi yang Lo bentak itu, teman gue." Jawab Nana lagi dengan nada sinis.
"Lo gak ada sopan-sopan nya sama kakak kelas." Celetuk teman laki-laki yang di tabrak Lula.
"Bacot." Jawab Nana membuat laki-laki itu kicep, "Ayok," Ucapnya sambil menarik tangan Lula menjauh dari sana.
Tapi belum sempat membawa Lula pergi, tangan Lula sudah di tarik oleh laki-laki tadi.
"Lo mau kemana? Tanggung jawab baju gue kotor, bangs*t." Ucapnya sedikit membentak.
"Tapi kan, kak. Lula gak sengaja." Jawab Lula dengan suara pelan.
"Lo anak baru ya?" tanya laki-laki itu dengan senyuman sinis.
"Mau dia anak baru atau bukan, gada urusannya sama lo." Ucap Nana sambil berusaha menarik Alula.
"Oh, rupanya si anak panti yang dapet beasiswa, heh." Ucap laki-laki itu.
"Skip, gak penting." Ucap Nana sambil menarik Lula mencoba membawa nya pergi.
Byurr
Satu gelas es teh manis tiba-tiba saja mengotori seragam Alula, membuat Alula dan Nana tersentak kaget.
"Anggap aja balasan dari gue," Ucap laki-laki itu sambil pergi meninggalkan Alula dan Nana.
"Lula bakal berurusan sama, kak Arkan?" batin Alula.
"Lo gapapa?" tanya Nana saat tiba di meja Rere dan Cia.
"Emang, Lula kenapa?" tanya Cia yang di angguki oleh Rere.
"Nabrak." Jawab Nana singkat.
"Gapapa, cuman baju Lula basah, sama teh kalian tumpah. Lula ganti ya." Ucap Alula dengar nada bersalah.
"Gak usah, ada air putih." Ucap Nana sambil memakan baksonya.
"Rere tadi mau teh manis, Cia juga. Lula beliin lagi ya." Tawar Lula lagi.
"Gak usah, air putih doang gak papa kok." Jawab Rere yang di setujui Cia.
Setelah itu mereka makan dengan damai, kecuali Rere dan Cia, tentunya.
"Btw, siapa yang Lula tabrak?" tanya Cia dengan mulut penuh dengan bakso.
"Arkan." Jawab Nana.
Uhuk uhuk
"Air, gue butuh air." Ucap Rere sambil meminta minum.
"KAK ARKAN?" tanya Cia spontan.
"Iya," Ucap Nana membuat Lula menghentikan kegiatannya yang sedang membantu Rere minum.
"Kak Arkan?" gumamnya.
"Lo gapapa kan?" tanya Rere.
"Gapapa, cuman baju kak Arkan basah." Jelas Lula.
"Kok bisa? Eh tapi baju Lula juga basah, kenapa?" tanya Cia membuat Lula mengerutkan keningnya.
"Arkan balas." Celetuk Nana.
"wah keterlaluan, harus Cia kasih pelajaran nih." Ucap Cia sambil menggulung baju lengannya.
"Kayak yang berani aja lo. mending ke kelas, yok bentar lagi masuk." Ucap Rere sambil bergegas kembali ke kelas.
"Lain kali kalo Lo di ganggu kak Arkan lawan aja, gak usah takut." Ucap Cia.
"Emang lo berani?" tanya Rere yang sedang makan permen karet.
"Ya, enggak sih." Jawab Cia sambil tertawa kecil.
Bukk
"Gue gak mau tau, besok baju gue harus udah bersih dan lo sendiri yang ngasih ke gue." Ucap seseorang yang melemparkan sebuah seragam tepat di muka Lula. Ya, Arkan.
"Eh?" ucap mereka spontan.
"Gue gak ngomong sama kalian." Ucap Arkan sambil melirik ketiga teman Alula.
"Lo denger gak, gue bilang apa?" tanyanya dengan wajah interogasi.
"Eh? Besok aku kembalikan?" Jawab Lula sedikit gugup.
"Gue bilang harus bersih, bukan kembalikan!" ucap Arkan dengan intonasi yang lebih tadi sebelumnya.
"Kalo udah bersih, gak perlu di kembalikan ya?" tanya Cia dengan wajah polosnya.
"Ck, tol*l banget jadi manusia." Sarkas Arkan sambil berjalan meninggalkan mereka.
"Tapi ka- TUNGGU!"
•••
TBC...Makin gak jelas ya? Huhu, mohon di maklumi.
Berikan vote dan jejak jika kalian suka^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Alula {On Going}
Teen FictionAlula adalah seorang anak panti yang kebetulan mendapatkan beasiswa ke sekolah yang di tempati anak-anak orang kaya semua. Awalnya sekolah nya berjalan dengan lancar, tapi setelah ia dengan salah satu siswa di sana, ia menjadi sering mendapatkan bul...