As Expected.

6.7K 917 210
                                    

( Ada adegan berbahaya dan jangan ditiru untuk yang masih di bawah umur.. Btw, dosa di tanggung masing-masing. )

•••

Part four = Seperti yang di harapkan, kita memang tidak bisa bersama.


•••

- To me, loving you is like walking through an endless desert. You, are the oasis that keeps me alive. And your heart, it's a sandstorm that makes me die. -

•••




Takemichi duduk diam sembari menatap ke arah jendela, melihat Anak-anak yang menggunakan baju rumah sakit bermain di taman. Takemichi sudah tiga hari berada di rumah sakit, namun tidak ada yang menjenguknya. Hanya Chifuyu yang sekali-kali datang untuk melihat keadaannya.

Takemichi tidak bisa kembali kemasa lalu saat ini, sungguh di sayangkan bahwa rumah sakit tidak memiliki benda tajam di dalam kamar pasien.

Krieettt-!!

Suara pintu terdengar cukup nyaring, Takemichi menoleh melihat siapa yang datang. Tubuhnya langsung menengang saat tau siapa yang memasuki ruangannya.

Dia tersenyum untuk menutupi ketakutannya. "Ka-kau datang, Mikey-kun."

Manjirou berdiri disana, sebelum menghela nafas dan berjalan ke arah nya. Dia duduk di bangku yang sudah di siapkan di sisi tampat tidurnya. "Bagaimana keadaanmu?" suaranya pelan, dan lembut.

Takemichi menelan saliva dengan susah payah, dia merasa tenggorokannya tiba-tiba kering. Dia tersenyum. "A-aku baik."

Manjirou menunduk, wajahnya tampak pucat. "Maafkan aku." dia terdengar begitu menyesal dan putus asa. "Aku tidak tau bagaimana caranya.. Apa yang harus aku lakukan agar kau--"  Dia tampak penuh dengan penyesalan.

Takemichi menatap Manjirou yang terlihat lemah dan frustasi, dia menggigit bibirnya. "Kenapa? Kenapa aku?"

Manjirou menatapnya dengan penuh kesedihan. "Karna hanya kau yang aku--" dia lagi-lagi terhenti di tengah kalimat, membuat Takemichi memandangnya bingung.

"Jangan membenci ku, Michi." mohonnya, dia benar-benar tampak berantakan.

Takemichi menggeleng. "Aku hanya tidak mengerti, kenapa harus aku?" dia menunduk, tidak tau harus berkata apa lagi.

Baginya, alasan mengapa dia yang di pilih oleh Manjirou adalah sebuah misteri. Karna itu, dia ingin tau.

Manjirou berdiri dari duduknya, tangannya terulur dan mengusap pipi Takemichi lembut. "Kenapa? Karna aku mencintaimu."

Mata Takemichi melebar, dia menatap mata Manjirou yang penuh dengan kejujuran. Dia tidak percaya, dia dicintai? Bagian mana darinya yang pantas untuk di cintai? Bahkan saat Hinata menyatakan perasaannya, dan mulai berpacaran dengannya, gadis itu harus mendapatkan penghinaan karna berpacaran dengan sosok sepertinya.

Hal itu masih menyakitinya hingga saat ini.

Manjirou mengusapnya dengan lembut di pipi, dengan alasan apa dia harus merasa begitu nyaman? Rasanya seperti bebannya tersapu setiap jemari itu mengusap lembut pipinya. Takemichi memejamkan matanya dalam kenyamanan.

Manjirou yang melihat Takemichi terpejam perlahan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Takemichi.

Sapuan itu lembut, Takemichi bisa merasakannya di bibirnya. Lembut dan penuh kehati-hatian. Seolah, ciuman itu adalah kejujuran yang Manjirou salurkan kepadanya.

Madness [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang