Eps - 25

1.5K 246 9
                                    

Bintang nya jangan lupa yahhh😆
.
.
.
.
.
°×°×°×°×°

🎨🐾
Part kali ini 1699 kata😅



01.45 AM

Cklek!

Jihoon membuka pintu kamarnya yang terletak di lantai dua sebuah rumah megah di Seoul. Kali ini bukanlah kamar di asramanya. Melainkan rumahnya. Rumah yang ia tinggali sedari kecil.

Sudah lama sekali dia tidak mengunjungi rumah itu. Terdapat banyak kenangan buruk disana, tapi entah kenapa dia merindukannya.

Bugh!

"Huft..." Jihoon membanting tubuhnya ke atas ranjangnya. Dan langsung terlintas wajah Karin dipikirannya.

Semakin lama dia memikirkannya, semakin dia merasa menyesal karena mengabaikan Karin tadi.
Ya, dia merasa sudah bersikap kekanak-kanakan.


CLTAK!

suara sesuatu dari luar kamarnya. Jihoon langsung bangun dari tempat tidurnya. Segera dia memastikan ada apa diluar kamarnya.

Matanya menjelajah keseluruh sudut rumah. Untuk sesaat Jihoon berfikir untuk mengabaikannya. Namun tiba-tiba...

"AAARRRGGGHHH!!!" Jihoon teriak sekuat-kuatnya di tengah heningnya rumah itu.

"Enggak..... Ayah..... Jangan yah...." Jihoon berhalusinasi melihat ayahnya dengan wajah pucat dengan tali yang mengikat lehernya, membuatnya tergantung di atas sana, di pagar tangga lantai dua rumah itu.

"Hiks.... Ayah.... Jangan...." Jihoon tetus-terusan menangis gemetaran sambil memegangi kepalanya.

"Tuan kenapa?!, Duh ayok kita bawa kerumah sakit aja!"

"Coba kita kasih obat penenangnya dulu. Ada di laci obat disana" kedua asisten rumah tangga dirumah Jihoon gelagapan begitu mendapati Jihoon dengan PTSDnya yang kambuh.


🎨🐾


"Ayah...." Jihoon masih meringis, tapi dia sudah membaik berkat obat penenangnya. Kini Jihoon terbaring diatas ranjangnya sambil menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Dan lagi-lagi wajah Karin terlintas dipikirannya. Dia merasa benar-benar harus bicara dengan Karin. Tanpa pikir panjang, Segera dia bangkit dari tempat tidurnya.

"Loh? Tuan mau kem-" salah satu asisten rumahnya terdiam bingung didepan pintu kamar Jihoon dengan nampan beserta segelas teh hangat di tangannya.

"Teh nya di minum dul-!" Teriak asistennya itu, namun Jihoon terus berjalan dan sama sekali tak menghiraukannya

"Udah lah... Biarin aja..." Asisten yang lain menghampiri.

"Huft... Kasian dia... Setiap dateng kesini PTSD nya pasti kambuh..."

"Setiap orang punya porsi kebahagiaannya masing-masing... kalau keluarganya gak bisa bikin dia bahagia, Pasti dia punya alasan yang lain buat bahagia..."

[END] COLOUR - JIHOON • HYUNSUK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang