20. Memilih Tujuan 🎈

16 4 5
                                    

Hidup memang memaksa kita memilih, baik buruk tetap itu menjadi pilihan. Seperti melepaskan atau mempertahankan.

_Arian Sultan_

🎈🎈🎈

Happy Reading
.
.
.
.


"Kenapa harus Nia, Cek?"

Ari hanya tersenyum perih menatap keponakannya yang biasanya selalu ceria menagis selama dua jam di dalam kamar hotelnya.

"Kenapa dia harus milih Nia? Kenapa gak yang lain? Nia gak mau!" Nia terus meraung menayangkan kenapa hidupnya menjadi begini.

"Nia gak mau! Nia benci semua, aaa!" Nia menjadi histeris.

Ari dengan sigap memeluk tubuh Nia menenangkan Nia yang menagis tersedu-sedu.

"Cecek gak tau jawaban apa yang bisa Cecek kasih ke Nia, yang bisa Cecek bilang. Ini bukan salah siapa-siapa ini jalan hidup Nia."

Nia terus menagis di pelukan Ari, setidaknya dirinya tidak sendiri masih ada Adrian dan juga Ari disampingnya.

"T-tapi kenapa harus Nia? Nia tau Nia gak berguna tapi kenapa itu semua malah di tumpahin ke Nia? Nia tau Nia gak sepinter Bang Adrian. Tapi, Nia tetap gak mau dinikahin sama kakek-kakek! Nia mau kehidupan sendiri!"

Tubuh Nia menyerosot tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya karena dirinya sekarang benar-benar tidak ada tenaga, tenaganya terkuras abis untuk menagis selama dua jam.

"Nia harus kuat! Cecek gak bakal biarin itu semua terjadi," ucap Ari juga tidak sanggup melihat keponakan yang menangisi dirinya sendiri.

"Nia dengar Cecek! Masih ada satu kesempatan lagi buat Nia." Ari mengangkat kepala Nia untuk menatapnya.

Dengan wajah yang sembab dan bibir bergetar Nia menatap penuh harap kepada Ari.

"A-apa?" tanyanya.

"Nia harus punya calon suami."

"Hiks, gak adaaa, aaaaa!" Bukannya tenang Nia malah semakin menagis.

Gimana mau ada calon suami, jika mas crush saja gak punya! Bener-bener.

"Kok makin nagis, Cecek udah kasih solusi, loh! Kata Kek Yusuf, dia bakal mundur kalo Nia udah punya Calon suami, dia juga bakal ikhlas sama hutang kakek, asal calon suami kamu itu benar-benar bertanggung jawab!"

"C-cecek bercanda? Siapa yang mau jadi calon suami Nia? Hah? Pohon?"

Ari menggaruk belakang kepalanya bingung sendiri sekarang, Ari mencoba mengasah otaknya agar Nia terlepas dari persyaratan konyol yang dilakukan kakeknya dulu.

Disaat begini pikiran Ari malah buntung di tambah dengan Nia yang menagis tidak diam-diam. Akhirnya secercah harapan muncul di otak Ari, walau peluangnya sangat tipis.

"Nia sekarang suka sama siapa?" tanya Ari setelah beberapa menit berfikir keras.

"Kenapa Cecek tanya gitu?" tanya Nia balik merasa bingung.

"Jawab aja!" tegas Ari.

Nia semakin merasa bingung dan juga malu, menurutnya ini sesuatu yang private jika soal hati.

"Nia...," tegur Ari lagi.

Tidak ada jawaban dari Nia, akhirnya Ari memilih melakukan tindakan.

"Rian, kan?"

"Hah?!" Nia terperanjat mendengar penuturan Ari.

"Nia suka sama Rian, kan?" tanyanya lagi walau sebenarnya Ari sudah tahu jawabannya.

Almet Biru Story (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang