.・*:。≻|02

408 65 9
                                    

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
i think i'm in love
╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝

✩.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。✩
makan (v) adalah kegiatan favoritnya.

AKU baru mengetahui bahwa Osamu itu hobi makan. Sebulan sejak mengenalnya aku jadi tau bahwa selain voli Osamu juga sangat suka makan. Jadi, aku mencoba untuk membuatkannya bekal, semoga saja dia menyukainya.

"Osamu" dia menoleh, "Ada apa, [Name]?" tanyanya.

"Apa kamu mau makan siang bersama? Bekalku terlalu banyak" tawarku. Saat itu aku dapat melihat bahwa mata kelabunya memancarkan antusias, dia mengangguk lalu membalikkan kursinya menghadap ke arahku.

Aku mengeluarkan bekal yang ku bawa, lalu membukanya. Isinya nasi kare dalam jumlah yang lumayan banyak, tapi aku tidak tau apakah Osamu menyukai nasi kare atau tidak.

"Apa kamu menyukai nasi kare?" tanya ku sambil memberi sendok kepadanya. Dia mengangguk, "Aku suka makanan apa saja. Boleh aku cicip?" aku mengangguk.

"Bagaimana rasanya?" tanyaku saat dia sudah menyendokkan nasi kare kedalam mulutnya. Matanya terpejam sambil mulutnya terus mengunyah.

Dia membuka matanya lalu memberikan jempolnya, "Enak sekali. Boleh minta resep?"

Aku tertawa pelan, lalu mengangguk. "Terima kasih pujiannya. Nanti akan aku tuliskan resepnya" jawabanku menambah binar dimatanya. Ya tuhan, dia sangat menggemaskan rasanya aku ingin memeluknya sekarang.

Dan waktu istirahat itu habis kami gunakan untuk membahas tentang resep makanan.

Bel pulang sudah berbunyi sejak satu menit yang lalu, dikelas hanya tersisa murid yang mendapat jadwal piket salah satunya aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sudah berbunyi sejak satu menit yang lalu, dikelas hanya tersisa murid yang mendapat jadwal piket salah satunya aku.

Setelah kurang lebih dari lima belas menit, aku sudah menyelesaikan bagianku lalu pamit kepada teman yang masih menyelesaikan bagian mereka.

"Aku sudah selesai, aku pulang duluan ya" pamitku sambil melambaikan tangan dan aku berjalan menuju loker sambil bersenandung kecil.

Sesampainya di loker aku dikejutkan oleh Osamu yang sedang berdiri tidak jauh dari lokerku. Bel pulang sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu, kenapa dia masih di sini? Seingatku hari ini tidak ada jadwal latihan klub voli.

"Osamu? Kenapa belum pulang?" tanya ku sambil membuka loker, lalu menganti sepatuku.

"Aku menunggumu" jawabannya saat itu membuatku terkejut, kenapa dia menungguku?

"Kenapa?" aku bertanya heran.

Dia menghela napas lalu berkata, "Aku ingin mengajakmu pulang bersama. Cepatlah" katanya sambil berjalan mendahului.

Mau tidak mau aku berlari kecil untuk menyamai langkahnya. "Tumben sekali kamu ngajak pulang bareng" kataku saat sudah menyamai langkahnya.

"Hanya ingin saja" jawabnya sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

Setelah itu terjadi keheningan, sepanjang perjalanan baik aku atau Osamu tidak ada yang membuka pembicaraan, hingga kami sampai di depan apartemen tempat aku tinggal.

"Aku sampai disini. Aku tinggal disini" kataku sambil menunjuk bangunan apartemen itu.

"Kau tinggal di apartemen?" Osamu bertanya sambil matanya menatap bangunan apartemen itu.

Aku mengangguk, "Ya. Orang tuaku tingal diluar negeri, jadi aku tinggal sendiri di sini"

Osamu mengangguk paham. "Kalau begitu, terima kasih sudah mengajakku pulang bersama" kataku sambil sedikit menundukkan badan, lalu berbalik.

"Tunggu!" cegat Osamu, tangannya mengenggam tanganku.

"Ada apa?" tanyaku berusaha untuk tidak terlihat gugup.

"Besok.....Bisa kau bawakan aku bekal lagi?" pinta Osamu, dari nada bicaranya sepertinya dia malu.

"Kenapa nada suaramu kecil begitu?" tanya ku berusaha menahan tawa.

"Anu....Aku malu" jujurnya. Membuatku tertawa pelan, "Santai saja. Kalo kamu mau, aku bisa membawakanmu bekal setiap hari" jujur aku mengatakannya dari lubuk hatiku yang paling dalam.

"Benarkah?" binar matanya seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah permen. Aku mengangguk, "Beneran!"

"Kalau begitu, terima kasih!" dia melepaskan tanganku lalu membungkukkan badannya.

"Kan sudah ku bilang santai saja, tidak perlu membungkuk seperti itu" kata ku sambil menepuk pundaknya.

Dan untuk pertama kalinya, aku melihat senyumannya. Senyumannya begitu tulus membuatku mematung. Rasanya aku ingin menghentikan waktu agar bisa menikmati senyuman itu untuk waktu yang lama.

Miya Osamu, lagi-lagi kau membuatku jatuh lebih dalam.

Miya Osamu, lagi-lagi kau membuatku jatuh lebih dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FAP; 𝐇𝐈𝐑𝐀𝐄𝐓𝐇, miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang