AGARISH

2 0 0
                                    

"emm sumpah demi apapun ge gue selalu tergila gila dengan yang namanya bakso pok siti nih. Rasanya seperti gue sedang memakan salju di negri orang, adem sekali"

Gea berhenti memakan bakso nya seketika ia menatap aneh sahabat erornya itu

"bakso lo rasa es batu ci sampe segala adem kek di salju,"

"yaelah ge gue kan cuman ngadi ngadi doang, ya lagian mana ada bakso adem.  Dimana mana bakso tuh anget anget ngangenin. Kek"tak  sengaja matanya menangkap satu cowok di pojok ujung kantin yang tengah duduk dengan aerphone di telinganya dan juga buku di tangannya

"AJEGE itu dia si keren!"ujar cici histeris

Ia sontak menggebrak meja kantin dimana membuat orang di meja kanan dan kirinya terkejut termasuk seseorang di depannya tepat nya sang sahabat yang tengah melahap nikmat baksonya

Brak!

Gea mengelus ngelus dada nya sabar melihat tingkah laknat sahabat nya itu.  Ingin emosi tapi ia sadar diri ia tidak berani dengan si cici

"ge lo tunggu disini ge. Gue harus menyelesaikan urusan yang belum selesai sebentar oke.  Jangan kemana mana lo.  Tetep disini. Oke!"

Gea mengangguk nganggukkan kepalanya saja.  Masabodo lah dengan si cici yang ingin kemana ia sudah malas melihat tingkah gadis itu.  Yang sialnya adalah sahabat sepengertiannya

"awas lo ge kalo sampe kemana mana gue colok mata lo pake sendok semen!"

Gea mengelus kembali dadanya dengan sabar

"btw ci yang lo todongin ke muka gue itu sendok garpu bukan semen"

Cici sontak menatap apa yang di pegangnya lalu ia terkekeh menatap gea
"santai buk ini cuman maen maen aja"

"udah lah ci sonoh pergi lo pusing gue liat tingkah lo"

"sihalan lo" setelah mengatakan itu cici langsung melenggang pergi meninggalkan gea yang seperti mengeluarkan api dari kepalanya

Gea langsung melotot tak terima halan adalah nama sang ayah tercintanya. Memang sahabat tak ada gizi. Kampret sekali

"cici budiman anjing lo!"

Cici tidak memperdulikan itu ia lebih memilih fokus kepada satu titik di ujung sana. Herannya ia selalu menemukan cowok itu di pojok pojok tempat

Cici mengusap peluhnya yang sedikit mengucur hebat di permukaan wajahnya
"cape juga ya jalan dari sono ke sini"

Ia kembali menatap ke arah cowok berkacamata yang ia tolong tadi pagi tepatnya ia yang di tolong. Mungkin. Ah entah lah ia sendiri pun bingung dengan kejadian tadi pagi

Astaga lihat lah cowok itu sama sekali tidak menyadari keberadaanya. Serius sekali ia membaca buku itu

Cici melihat judul buku yang di baca cowok berkacamata itu.  Ia cukup tersanjung ketika melihat cowok itu membaca sebuah buku tebal bernuansa angka angka yang cukup membuat otak dan matanya tidak sanggup untuk melihat.

"woy! Serius amat lo awas copot tuh mata hahaha"

Seketika cici berhenti tertawa ketika melihat cowok berkaca mata itu beralih fokus menatap dirinya dengan sorot yang begitu tajam,  setajam silet

"ga lucu!"

Cici menyengir kaku seraya menggaruk garuk kepalanya yang tiba tiba gatal

"ngapain"

"lo emang begitu ya"

"apa"

Cici menghembuskan nafas nya lalu membuang nya begitu terus sampai ketiga kali, ia kembali menatap cowok di sampingnya

"ngomong yang panjang kek. Biar jelas,  kalo perlu kasih mimik and gestur. Sekalian berirama. Biar kaga kaku kaku amat"cerocos cici dengan tampang sebalnya

"gue ngomong bukan ngepuisi"

"iya gue tau lo ngomong.  Gue kan cuman memberi saran supay-"

BRAK!

Cowok itu menaruh kasar bukunya di atas meja seraya menatap cici dengan wajah galaknya

"mau lo apa!"

Seketika ia tersadar akan perbuatannya ia melihat cewek cerewet di depannya ini hanya diam saja. Ia beralih menatap sekitarnya yang kini tengah menatap ke arah dirinya dan si gadis cerewet ini. Tidak boleh ada yang curiga akan tingkahnya maka ia memutuskan untuk pergi dari sana dengan menarik tangan gadis cerewet ini untuk ikut dengannya.  Setidaknya ia akan menanyakan. Apa yang di inginkan gadis ini

"eh eh gue mau di bawa kemana. Jangan jangan sentuh aku bang aku masih suci. Aku tidak ingin di nodai. Jangan bang jangan"

Astaga dirinya benar benar muak mendengat bacot gadis itu yang sangat sangat menggelikan di telinganya

Ia menarik kasar tangan gadis itu dan menghempaskan nya untuk masuk kedalam gudang kosong dimana tempatnya berdiam diri untuk sekedar meroko

"awsss kasar sekali kau cowok cupu!  Yang sialnya keren"ujar cici seraya mengelus ngelus pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman manja dari cowok berkacamata itu

"lo mau apa"

Cici tersenyum lembut menatap cowok di depannya
"ga mau apa apa kok gue cuman mau kenalan. Soalnya tadi pagi gue belum sempet nanya nama lo.  Oh iya gue cici paramisa panggil aja cantik. Itu pun kalo lo bersedia jadi sahabat gue. Mungkin sahabat dulu lah.  Nanti kalo gue udah merasa nyaman sama lo. Kita bakal negoisasi buat merubah status. Dari kenalan.  Terus nyaman nyamanan.  Terus calon gebetan." cici tertawa hambar menatap cowok di depannya yang kini tengah menatap nya dengan raut yang sulit di artikan. Kan ia jadi takut bercampur gerogi" Terus ah ya lo tau lah ya selanjutnya apa hehehe" cici menyodorkan tangannya kehadapan cowok tersebut dengan tampang smilenya

"cici"ujarnya lagi

Cici jadi heran dengan cowok di depannya ini tidak ada kah ekspresi lain selain menatapnya dengan sorot tajam dan terbilang sangar.

"agarish" ujarnya tanpa membalas jabatan tangan mulusnya ini

Cici tersenyum pilu menatap sedih tangannya yang cantik ini padahal ia selalu rajin mencuci tangan dengan sabun. Tapi kenapa cowok itu tidak membalas jabatan tangannya ah sudah lah tak apa. Yang penting ia sudah di beritau nama nya kan. Lagian ia juga heran ada apa dengan dirinya ini. Dan ada apa dengan cowok berkacamata ini. Kenapa cowok ini selalu menjadi bahan pikirannya. Padahal sebelum ia bertemu cowok ini ia tidak pernah memikirkan cowok manapun.  Tapi sungguh berbeda ketika dengan yang satu ini.  Ya sungguh tidak terpikirkan apakah ia jatuh cinta pandangan pertama. Ah lagi lagi ia memikirkan hal hal yang tidak mungkin.

"nama lo keren sama kek orangnya. Gini ya aga gue gatau gue kenapa. Dan gue gatau kenapa dengan diri gue kenapa dengan kepala gue kenapa dengan mulut gue. Dan kenapa dengan kaki gue. Diri gue, kepala gue.  Mulut termasuk kaki gue ini.  Selalu kepikiran lo terus selalu pengennya ngeliat lo terus selalu pengen ketemu lo terus. Mungkin gue terlalu terkesima ketika melihat lo mukulin si rega tadi. Ga mungkin kan kalo tiba tiba gue suka sama lo. Ketemu aja baru tadi. Kenapa gue langsung kepikiran lo terus.  Bahkan gue ngebet banget pengen tau nama lo."

"apa iya ini yang di namakan cinta pandangan pertama"

MY SADIS BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang