Bab 6

22 7 0
                                    

Pagi sekali Ana gadis itu sudah ada di area sekolah, ini hari pertama dia piket kelas. Ana menyelesaikan seorang diri. Dari membersihkan kaca, menyampu, mengepel, membuang sampah, bahkan menyiram tanaman yang ada di depan kelas.

"Ck. Bersih juga ternyata." ucapnya dengan bangga.

"Cape juga sih bersih-bersih sendiri. Mana temen piket aku belum pada dateng lagi, dasar ngaret." gerutunya dengan sebal.

Ia memutuskan untuk masuk kedalam kelas untuk duduk dan membaca novel yang seding ia bawa di dalam tasnya.

"Widihhh udah bersih aja nih." ujar seseorang yang baru saja datang dan di susul oleh dua teman lainnya.

Ana gadis itu mendongkakan kepalanya dan mengguk. "Duh Ana, maaf ya aku terlambat datang jadi kamu bersih-bersih sendiri."

Vita iya kalo tidak salah Ana berkenalan saat pembagian piket kemarin.

Ana pun terseyum, "Gak apa-apa ko lagian aku suka beres-beres."

"aku janji nanti kalo piket lagi gak akan kesiangan biar kamu gak cape."

"iya, Vita santai aja."

Vita gadis itu langsung duduk di bangkunya sedangkan Ana melanjutkan membaca novel yang sempat tertunda.

Satu persatu teman-temannya pada datang, kelas yang tadinya hening menjadi ramai.

"iya Irne, udah sepuluh kali kamu berbicara seperti itu." ucap Ana gemas soalnya dari semalam gadis itu terus bercerita tentang salah satu drama korea yang di tontonnya. Katanya pemainnya pada ganteng dan cantik.

Irena pun mendengus kesal, Ana hanya merespon seperti itu. Beda kali ya tontonan mereka, Ana yang senang menonton upin ipin sedangkan Irne yang suka menonton drama korea jadi lah mereka tak nyambung.

"Ck. Beda sih ya yang suka upin ipin mah di ajak ngomong tentang percintaan susah." sindir Irne membuat Ana menatapnya tajam.

"ya gak apa-apa dong, upin ipin juga sama ko," bela Ana pada kartun kesayangannya.

"Sama apanya? Bukannya mereka menceritakan sebuah petualangan ya?" tanya Irena yang bingung.

"Nah kan ternyata kamu juga suka nonton upin ipin. Hihihihi." ucap Ana dengan terkikik geli.

"ya gimana gak tau, ade aku aja tiap hari pulang sekolah suka nonton itu dirumah."

"tuhkan berarti menandakan cerita upin ipin bagus."

"iya deh yang suka banget sama upin ipin." ucap Irne mengalah membiat Ana memekik senang.

"yang aku suka Mail, bukan upin ipinnya tau." ujar Ana dan Irne memanggutkan kepala saja, ia tak mai berdebat lebih panjang dengan gadis di sampingnya ini.

"iya iya tau kan semaleman kamu bercerita tentang Mail yang sikapnya cuek dan dingin sama perempuan tapi dibalik kedinginannya Mail itu sangat care apa lagi sama Mei mei." ucap Irne menirukan ucapan Ana malam itu.

Ana pun terkekeh mendengar penuturan Irne seperti itu, "Ingat juga ternyata jadi aku gak perlu repot-repot cerita ulang."

"adeuhhh si neng,"

Ana dan Irne pun menoleh kearah sumber suara, ia melihat Iwan yang sedang menopang dagunya dengan kedua tangan ditekuk. Ana tebak Iwan pasti sudah lama mendengarkan mereka yang ribut tak beraturan.

"Sejak kapan?" tanya Ana.

"Sejak Irne ngomong upin ipin." jawab Iwan membuat Ana mengut-mangutkan kepalanya.

"Wan..wan..wan.. Lohan jadi maneh dengerin dari tadi?" tanya Irne ulang dan mendapatkan anggukan dari Iwan.

"Iya soalnya urang tertarik aja denger ada yang nyebut-nyebut kepala botak, jadi sekalian aja gitu nguping. Hehehe."

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang