Bab 9

28 3 0
                                    

"Na,"

Aldric memberikan satu paper bag berukuran sedang pada Ana. Ana yang sedang fokus membaca novel pun menyudahi terlebih dahulu.

"Ini apa?" tanya Ana bingung.

Tanpa menjawab pertanyaan Ana, Aldric pun berlalu dari meja Ana dan keluar kelas.

Ana yang bingung pun lantas membukanya, matanya berbinar kala banyak jenis coklat di dalamnya.

Tapi seketika wajahnya cemberut, coklat yang Aldric berikan padanya pasti dari fans fanatik nya.

Sudah 2 bulan Ana menjadi sahabat dekat Irne, Aldric dan kedua teman Aldric pula. Saat Ada orang yang memberikan coklat atau berbagai makanan pasti Aldric memberikannya pada Ana atau pun pada Sadly dan Iwan.

"Apaan tuh?"tanya Irne yang baru saja masuk kelas.

"Coklat," jawab Ana dengan lesu.

Irne tau dengan raut wajah teman sebangunya atau sahabat barunya ini, pasti dirinya tengah sedih.

Ana dan Irne memutuskan untuk menjadi sahabat kala sedikit banyaknya persamaan mereka, jadilah mereka berdua nyaman dan saling terbuka satu sama lain.

"Gak apa-apa, doi masih sendiri gak usah kawatir." ucap Irne seraya mengelus punggung Ana, membuat Ana mengguk dengan cemberut.

Irne tau bahwa Ana gadis itu mempunyai perasaan pada Aldric, Karena saat itu dimana bulpen Aldric habis dan dengan sentiasa Ana memberikan bulpennya. Ana termasuk orang yang sedikit pelit meminjamkan sesuatu barang, dengan alasan pasti yang minjem suka gak tau diri gak mau balikin malah di hak milik.

Tapi beda dengan Aldric, malahan Ana memberikannya pada saat Aldric ingin mengembalikannya pada Ana.

"Kenapa gak ngomong aja sih sama orangnya, kan kalo gini ribet sendiri," ujar Irne memberi nasehat pada sahabatnya ini.

Ana pun menggelengkan kepalanya, Ia mana mau berbicara langsung pada orangnya cukup menggumi dari hati tanpa di utarakan. Pecundang. Memang Ana pencundang meskipun jaman emansipasi tapi tetap saja dirinya tak mau.

Tak apa-apa berteman selagi itu masih dekat dari pada diutarakan, iya kalo di terima kalo nggak kan bikin hati sakit. Itu lah prinsip seorang Anara Aprillya Sheeva.

"Na, Iya aku tau kamu tuh takut kan kalo si Aldric jauhin kamu? Gara gara kamu suka sama dia kan?"

Ana pun mengguk dengan lesu, "Iya, aku gak tau harus bawa perasaan aku kemana,"

"udah ihh jangan galau gini, tenang aja kali doi masih stay single." Ucap Irne dengan mengusap bahu Ana dengan sayang.

"Kamu tau kan Ne, kalo Zira juga deketin Ali lewat aku. Banyak banget yang suka sama Ali." ujar Ana dengan sendu.

Irne pun memeluk tubuh Ana dengan sayang, "Masih cantikan kamu dari pada Zira."

"Apa hubungannya?"tanya Ana menegapkan tubuhnya.

"Iya ada lah, secara Aldric cakep harus dapet yang cakep juga dong kaya kamu contohnya."

Pipi Ana bersemu merah, Irne tersenyum kala melihat pipi Ana memerah seperti tomat.

"Nah gitu dong, kan cantik." ceplos Irne seraya mengunyel-ngunyel pipi Ana.

"Sakittttt Neee..."Rengeknya membuat Irne tertawa.

"Anaaa..." sapa gadis dengan rambut panjang dengan membawa satu kotak peremen coklat di tangannya.

Ana dan Irne pun memandang dengan bingung kala Gadis itu memberikan kepadanya.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang