Krov City

85 15 10
                                    

"Awan itu bentuknya lucu ya Kek," kata Brocodile.

"Mana Broc? Aku tak bisa melihatnya."

"Tuh yang warna hitam dan ada lampu-lampunya."

"Astaga itu awan badai!!! Bahaya! Animus junior, kau pegang kendali Gumpalan. Aku mau ke belakang dulu."

Kakek memeriksa tasnya, lalu mengeluarkan sebuah batang logam berbentuk antena, dan 2 tabung besar yang bentuknya mirip baterai.

"Ikan Mati kemarilah. Kalian bantu lepaskan tabung air di punggungnya. Kita pasangkan alat ini untuk sementara."

Ikan Mati memakai alat itu. Ia tampak seperti serangga yang mau menyelam.

"Hahaha, aku geli melihatmu Ikan Mati."

"Awas kau Pemuda."

"Maaf maaf, jangan menyetrumku ya hehehe"

"Hei Ikan Mati dulu kau bilang kau sendiri adalah petir. Apa kau kenal dengan awan petir yang itu?"

"Hmm, sepertinya kenal. Kalau tidak salah dia awan badai utara yang terkenal ganas."

"Begini rencananya. Kita akan lewat di samping awan itu. Tugasmu Ikan Mati Animus yang tampan luar biasa, adalah duduk di kepala Gumpalan Hoverduck dan menangkap petirnya. Nanti baterai di punggungmu akan terisi."

"Lho tapi Kakek, Aku kan juga punya listrik. Aku bisa mengisi baterai ini."

"Sebenarnya mecha-suit yang kau kenakan dapat mengukur seberapa besar energi listrikmu. Dan menurut perhitungan Kakek, ada saatnya kau akan kehilangan listrikmu. Akan terjadi dalam beberapa minggu."

"Jadi Kakek, aku benar-benar harus melakukan ini?"

"Kalau dia mati gimana Kakek?" Pemuda dan Brocodile mulai menitikkan air mata. Ayah dan Burhan sedang serius main kartu.

"Hei, kalian berdua bisa serius tidak!!" teriak Pemuda.

"Makanya Kakek pilih Ikan Mati. Kan dia sudah mati. Dan keuntungan lainnya, dia tidak punya daging."

"Hmm, skak." Ayah dan Burhan lanjut main catur.

"Hei!!!! Kalian berdua!!! Aaaarggh!!!!!" Pemuda menjambak bulu dadanya sendiri.

"Baiklah Kakek, aku akan melakukannya. Tapi sebelumnya kita makan siang dulu."

Semua berubah anarkis. Mereka menghabiskan seluruh perbekalan. Gumpalan Hoverduck kurus lagi.

"Oke, ketuk kepala Gumpalan dua kali kalau kau sudah siap ya." Kakek kembali memegang kendali Gumpalan.

"Tok tok. Aku siap Kek."

Gumpalan Hoverduck melaju ke arah awan badai. Petir-petirnya menyambar kemana-mana.

"Kwek!"

"Eh siapa itu yang bilang 'kwek'?" tanya Pemuda.

"Eh sori, itu klaksonnya hehehe." Kakek menjawab.

"Hwekk!"

"Itu suara klakson juga Kek?"

"Bukan, itu Burhan lagi muntah di belakang."

"Kalian semua berpegangan pada sesuatu!"

Petir menyambar.

"Aaaaaa!!!" semua menjerit dengan nada dasar F=do.

Antena Ikan Mati berhasil menangkap petirnya. Baterai terisi penuh.

"Ikan Mati, bagaimana kondisimu?"

"Baik-baik saja Kek. Sukses."

"Yeeeeaaah!!!" semua Animus bersorak gembira.

MORTUUS ICHTHYOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang