The Jajan City

125 31 20
                                    

Gumpalan Hoverduck terbang melintasi awan.

Terdengar bunyi riuh gemuruh dari dalam Gumpalan.

"Lapar..."

"Ahaaa!! Ternyata ada!"

"Apa yang ada, Kakek?"

"Roti!"

"Mana? Mana?"

Semua berebutan roti Kakek.

"Kok keras? Dan sedikit bau? Dan topping hijau ini apa?" tanya Pemuda yang sedang memegangi roti.

"Ehm, sepertinya jamur. Rotinya sudah 3 tahun di dalam sini," kata Kakek.

Semua memandangi Burhan yang sedang memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Burhaaan!"

Burhan telah memakan rotinya. Dan kini terkapar lemas.

"Burhan jangan mati dulu. Aku janji tidak akan melarangmu menggosok ketiak."

Ikan mati bersiap-siap dengan petirnya.

"1 miliar volt!!"

"Stop, kau mencuri hatiku! Saya masih hidup! Nih masih bisa gosok ketiak!" kata Burhan panik.

"Hampir saja kau jadi Burhan panggang," kata Ayah.

"Burhan panggang?" Pemuda, Ikan mati, dan Brocodile melihat Burhan dengan tatapan tajam penuh nafsu. Mereka menyiapkan mentega.

"Tolooong," teriak Burhan.

***

"Eh sudah-sudah. Kalian jangan menggigit Burhan begitu. Lihat ada negeri di bawah."

"Kakek, ayo kita turun!!"

Gumpalan terbang semakin rendah, dan hendak melakukan pendaratan yang mulus.

"Kakek, awas!!"

"Whaaat?"

"Ada laki-laki pendek gemuk berkumis Chaplin yang memakai jas longgar dan memakai celana panjangnya terlalu tinggi hingga menutupi dadanya!!!!!!"

Gumpalan berhasil menghindari sosok itu. Untungnya karena terbuat dari karet, Gumpalan baik-baik saja. Tapi penumpang yang ada di dalamnya terguncang hebat.

Mereka berusaha keluar bersamaan, tapi terjepit di pintu keluar.

Akhirnya mereka keluar satu per satu.

"Woi penduduk Jajan City! Lihat di sini ada bebek raksasa buang kotoran!!" kata Pria pendek gemuk berkumis Chaplin itu.

Penduduk Jajan City berhamburan keluar.

"Tolong jangan bunuh kami. Kami masih muda," kata Kakek.

"Siapa yang mau bunuh kalian? Selamat datang di Jajan City. Kalian punya uang?"

"Brocodile, berapa yang kita punya," tanya Pemuda.

Brocodile mengecek saldo di ATM dekat gerbang Jajan City.

"Aduh, kita hanya punya 3 miliar Bigcoin. Kita jatuh miskin huhuhu."

"Woooi itu buanyaaak!!!" teriak penduduk ramai-ramai.

***

"Karena kalian orang paling kaya yang pernah mengunjungi kota ini, kalian kami tawarkan hotel terbaik dengan pelayanan bintang 8. Oh iya, nama saya Jajanix, presiden Jajan City." Pria pendek gemuk berkumis Chaplin memperkenalkan diri.

"Saya Animus, ketua Kakabi, kelompok belajar kakek-kakek biasa, dari Burger Tempe City."

"Kalau itu tidak perlu perkenalan Kek!!!! Dan Burger Tempe pakai "negeri" bukan "city"!!! Pemuda marah-marah.

"Saya Animus Junior, anak satu-satunya Kakek jelek ini."

"Saya Hans, burung hantu ajaib."

"Whoa! Berurutan dong perkenalannya! Namamu juga kenapa jadi Hans?" Pemuda marah-marah.

"Maaf, mereka ini orang aneh. Yang ini Animus Junior Junior, yang itu Ikan Mati a.k.a Animus Junior Junior Junior Junior Junior, dan buaya aneh yang sedang liat sepatu diskon di sana namanya Brocodile a.k.a Anjing a.k.a Animus Junior Junior Junior," kata Burhan lagi.

"Wooi kau yang paling aneh di sini!!" kata Pemuda kesal.

Brocodile selesai berbelanja dan mendekati mereka.

"Yuhuhu, dapet sepatu diskon mbro." Brocodile girang luar biasa.

Jajanix menghela napas panjang. "Mari kita ke hotel. Aku telah mempersiapkan pesta."

***

"Waaah. Banyak makanan!!!" semua menyerbu meja hotel penuh makanan enak. Dengan lahap mereka mengunyah.

Pemuda tersedak, sedangkan Ikan Mati sedang sibuk memandangi ikan goreng di depannya, Ia merasakan kengerian yang amat dalam.

Tiba-tiba terdengar suara musik dari belakang. Melodi musik nan indah. Viky si Laba-laba memainkan gitar, harmonika, dan satu set drum secara bersamaan.

"Waw, tangannya bisa jadi banyak!" kata Ikan Mati.

"Dia kan laba-laba," kata Pemuda.

"Waw, dia punya banyak ketiak. Aku bermimpi punya tangan sebanyak itu." Burhan terharu melihat keindahan ketiak-ketiak Viky.

"Apa kalian tidak mau menghabiskan makanan yang lainnya?" Pemuda menunjuk meja lainnya. Penuh kue dan buah.

"Ikan Mati. Kau tak ikut?" tanya Kakek.

"Lihat... Mereka menggoreng saudaraku."

Kakek memegang pundak Ikan Mati.

"Hei sudahlah, lihat sisi positifnya. Ia mati dan berguna bagi makhluk lainnya. Dan kau? Dari triliunan ikan di bumi, kau terpilih menjadi Animus. Setiap ikan punya tujuan hidup masing-masing."

"Terima kasih, Kek." Ikan Mati memeluk Kakek Animus erat-erat.

Ikan Mati kembali bersemangat. Ia lalu ikut menyusul Animus lainnya di meja makan.

Sementara itu, dengan mata berkaca-kaca, Burhan berlutut di depan Viky si laba-laba. Burhan menunjukkan keahliannya menggosok ketiak. Viky terkesima dan mengajaknya ke balkon untuk menyantap makanan khusus artis.

"Burhan, kau burung hantu yang keren."

"Ah tidak, kaulah yang keren. By the way, Viky kamu kena petir kapan?"

"Sekitar 5 tahun yang lalu. Aku mati terlindas traktor. Lalu, Petir Utara menghidupkanku lagi. Sekarang aku bukan laba-laba lemah seperti yang dulu lagi."

"Wah, kau pasti punya banyak pengalaman hidup."

"Sedikit. Tapi aku punya banyak teman. Seisi kota ini adalah temanku."

Animus yang lain sedang terkapar kekenyangan. Ikan mati tertawa melihat mereka.

***

Di atas menara, dua orang penjahat sadis bertopeng celana dalam beludru ungu sedang mengawasi jendela hotel. Senapan rifle sedang dipersiapkan.

"Kau siap?"

"Tentu. Aku sniper dari negeri Cumibad. Aku selalu siap."

"Bidik dan segera bunuh laba-laba itu!"

MORTUUS ICHTHYOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang