Pengambilan Nilai Renang
Pak Tema adalah guru sekolah gw di SMA, dia memiliki hobi bersepeda jauh dari sebelum maraknya pecinta sepeda dadakan yang kalo lagi konvoi arogannya bisa ngalahin arogannya konvoi moge(motor gede 600cc ke atas) mereka pecinta sepeda dadakan yang membuat saf(barisan horizontal) saat di jalan raya tapi ada juga pemain sepeda lama yang arogan, entah bagaimana bisa mereka berpikir sepeda yang digerakan oleh kaki bisa sama dengan mobil atau motor yang digerakan mesin, apa mungkin mereka menjual otaknya untuk beli sepeda ya di forum jual beli otak di Facebook "jual seken otak, lecet pemakaiaan nego uang bensin, BU (butuh uang) buat beli sepeda" nanti ada yang komentar di postingannya "barang ready?" tapi biasanya yang kayak gitu omdo (omong doang) guru olahraga gw ini ketika LDKS (latihan dasar kepemimpinan sekolah) di Bogor siswa siswinya naik mobil teronton sedangkan gurunya naik mobil pribadi tapi pak Tema naik sepeda tapi gw ga heran si soalnya konon dia bersepeda dari Depok ke Ujung Genteng mungkin bagi dia ke bogor pinggiran bagaikan gw dari rumah ke indomaret, selain hobi bersepeda Pak Tema ini hobi ngambil nilai renang setiap sebulan sekali pasti ada pengambilan nilai renang, biasanya kami berenang di salah satu hotel di kota Depok.
Di waktu mata pelajaran matematika yang diajar oleh pak Bram, suasana siang yang hening hanya suara spidol yang bergesekan dengan papan tulis yang sedang digunakan pak Bram untuk menulis materi yang diikuti dengan suara kipas angin, tiba tiba ada suara bisik bisik dari barisan meja sebelah.
"pan pan...." panggil Daptu "lihat deh pan....".
"apa si..." jawab Irpan yang sedang fokus menulis materi di buku tulisnya (masa iya nulis di buku gambar hoho).
"itu liatt dulu" paksa Daptu "itu kaos kutangnya pak Bram keliatan".
semua laki laki yang denger langsung tertawa termasuk gw juga.
"heiii....." bentak pak Bram sambil masih menulis "ngapain kalian ketawa"
"engga pak" jawab Irpan "ini mukanya si Daptu lucu aja"
"anjir daptu geblek" celetuk gw yang sebenernya masih menahan tertawa.
Jadi pak Bram ini adalah guru matematika yang cukup berumur, gaya berpakaiannya seringkali kelihatan kaos dalamnya seperti tipikal kakek kakek pada umumnya, untung aja beliau bukan guru pemarah, selang beberapa menit ada suara langkah kaki naik tangga dan masuk ke kelas kami.
"permisi Pak" ucap pak Tema "izin menginfokan ke anak anak"
"iya silahkan Pak" jawab pak Bram.
"jadi besok kita pengambilan nilai renang" ucap pak Tema "tempat seperti biasa mulai jam 8 pagi sampai jam 11" saat itu sekolah gw masih menumpang di sekolah dasar yang gw sama temen gw pernah kena cacian dan makian dari anak SD yang kecil dan imut tapi ucapannya seakan pengen gw jual ginjalnya.
"baik pakk..." jawab semua murid di kelas.
"makasih pak Bram" ucap pak Tema "maaf menganggu".
"iya sama sama Pak" jawab pak Bram.
Selang beberapa jam, suara indah dan lantang yang sangat ditunggu para murid berbunyi, yaitu bel pulang hoho, berundinglah kita di parkiran motor.
"jadi gimana besok" ucap Zaqi "kita berangkat jam berapa?".
"pagi aja kali ya jam 8" ucap Bobop "biar nanti istirahat dulu di rumah Irpan".
"besok tungguin dulu ye di parkiran biar bareng masuknya" ucap gw.
"oke dah sip" jawab Irpan.
Setelah berdiskusi di parkiran pulang lah kami ke rumah masing masing (ya masa iya pulang kampung belum lebaran dong hoho).
KAMU SEDANG MEMBACA
Kucing Hitam di SMA
Short StoryMengisahkan lika liku kehidupan saya sewaktu duduk dibangku SMA, cerita ini menyedihkan, sangat cocok untuk anda yang suka ketawa diatas penderitaan orang lain.