BAB 4

29 1 0
                                    

Andai saja....

     Kata orang masa putih abu-abu adalah masa yang indah penuh canda, tawa, dan cinta yang sering tumbuh pada masa SMA ini tapi selain itu sifat labil juga muncul makannya ada celetukan "maklum ABG (anak baru gede) emang labil." Saat gw kelas dua SMA gw tiba-tiba semangat dalam membantu sama lain itu disebakan oleh gw sering kali melihat aksi kegiatan sosial di media sosial, gw melihat banyak orang membantu satu sama lain dari fisik hingga materi hingga di mana gw berpikir untuk transportasi pulang pergi ke sekolah menggunakan jasa transportasi ojek online, gw berpikir bahwa sekarang itu antara ojek dan penumpang sudah hampir tidak seimbang, maka gw yang tadinya pulang pergi ke sekolah menggunakan motor mulai besok akan menggunakan jasa ojek online demi membantu satu sama lain, tapi Nyokap gw berkata lain.

"Tarr..." panggil Nyokap "naik ojek online itu mahal loh!!!"

"Mahh," tegas gw "aku lakuin ini untuk bantu sama lain."

"ya udah terserah kamu, hati-hati di jalan."

"iya mah," jawab gw sambi menaiki motor ojek online.

Di tengah jalan gw merasa gw adalah super hero gw membantu perekonomian negara pokonya gw malaikat penolong lah. Saat itu uang jajan gw lima puluh ribu perhari masuk sekolah bearti kalau libur ya libur juga uang jajannya, dari rumah ke sekolah ongkosnya dua belas ribu, pulang sekolah ada kerja kelompok di rumah temen naik ojek online juga ongkosnya sepuluh ribu, pulang dari rumah temen ke rumah gw dua puluh ribu karena macet, jadi gw cuman ngerasain uang jajan gw delapan ribu. Besoknya mamah gw udah nunggu di depan untuk melihat anaknya berangkat sekolah untuk mastiin bukan berangkat main judi.

"Kamu ngapain ngeluarin motor?" tanya Nyokap dengan heran.

"Ya mau berangkat sekolah," jawab gw "emang mau ngapain lagi? Main judi?"

"Lah katanya mau bantu sesama?"

"Ga jadi, mahal banget."

Ya memang begitu gw belum bisa menjadi seorang idealis orang yang memegang prinsipnya dalam menjalankan hidup.

     Ada perempuan yang deketin gw saat itu dia bernama Nadira, campuran China dan Indonesia, tidak terlalu tinggi, dan kulitnya putih kalau lagi marah kulitnya bisa berubah menjadi kemerah-merahan makannya dia mempunyai julukan yaitu si tomat. Nadira memiliki geng dalam pertemanannya yang terdiri dari beberapa cewek dari setiap kelas yang ada, mereka sangat frontal ga segan-segan mereka melabrak orang seperti yang ada di sinetron-sinetron, dan tempat mereka biasa ngumpul di sekolah adalah di depan tangga tempat yang sangat strategis banget, orang kalo mau ke lantai bawah atau naik ke lantai atas pasti melewati mereka, karena gw ga punya masalah sama mereka jadi gw biasa aja, kecuali lo punya masalah kayak temen gw Zaqi yang pas di sapa mereka Zaqi cuman ngangguk maka emosilah mereka membully si Zaqi dengan beragam cara, dengan cara dikatain dengan sebutan blacky (tapi si Zaqi memang berkulit gelap si), dengan cara fisik yaitu mereka menyandung Zaqi ketika ingin turun atau naik tangga, dan yang terakhir adalah dengan mengadukan segala sesuatu yang salah kepada guru walau kesalahan kecilpun "pak si Zaqi mau loncat dari jendela," itu salah satunya, nasib malang padahal ia ingin mendekatkan dirinya terhadap Tuhan.

     Nadira walaupun ucapannya juga nyelekit tetapi suara dia masih pelan, dia kalau ketawa kayak punya empat alis matanya hilang. Setiap ada acara di sekoah Nadira selalu minta foto bareng sama gw tapi gw selalu menolaknya, temennya Nadira juga menyuruh gw untuk berfoto bersama, bahkan temennya ada yang bilang kalo Nadira sebenernya suka sama gw ditambah saat temannya bilang "Tar ini temen gw suka sama lo minta foto bareng," dia malah tersenyum tanpa membantah, hingga sampai di mana Nadira ga minta foto bareng lagi saat itu sedang perayaan hari Kartini "kemana ya itu anak tumben ga minta foto bareng."

Kucing Hitam di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang