"Maaf, Aku terlambat"
.
.
.
Sebuah suara yang mampu mengalihkan suasana. Dan semua mata pun tertuju padanya.
.
.
.
"Shannon/Shannon." Reflek Sandy dan Alex pun menyebutkan nama itu secara bersama. Dan tentu saja hal itu mengagetkan keduanya.
.
.
.
"Wait... wait.. wait.. Kamu bilang apa barusan?? Shannon?? Kamu kenal dia??"
.
.
.
"Iya, Kami pernah 1 sekolah waktu SMP."
.
.
.
"SMP??? H.I.S??? Kamu anak HIS?? Seriusan??"
.
.
.
"Wait... Jadi, Kamu juga SMP di H.I.S??? Wow, Kamu dikelas berapa ??"
.
.
.
"Awalnya Aku dikelas D, tapi tahun berikutnya masuk ke kelas A."
.
.
.
"Yahh, seandainya aja waktu itu Aku ngga pindah mungkin kita udah 1 kelas dari zaman SMP coz Aku juga anak kelas A."
.
.
.
"Emang kamu pindah kenapa??"
.
.
.
"Biasalah. Udah ngga usah bahas lagi, habis ini kita temuin Shannon."
.
.
.
Dan waktu itu pun tiba. Rapat pun telah usai.
.
.
.
"Shannon!!!!!!"
.
.
.
"Sandy!!??? Aaaaaaaaaa... akhirnya kita ketemu jugaaaaa. Miss uuuuuuu" Dan 2 sejoli itu pun saling berpelukan melepas kangen mereka. "Ya ampun, we haven't seen each other for a long time. How are you???"
.
.
.
"I'm good."
.
.
.
"Hmmm... wait... wait... He is....."
.
.
.
"Haiii, you haven't changed. Stay beautiful and elegant. No wonder so many people admire you."
.
.
.
"You're overreacting, Alex.
.
.
.
"No. That's the reality."
.
.
.
"Guys gimana kalau kita lanjut di kantin??" Sandy pun kembali buka suara.
.
.
.
"Sorry, maybe next time kita ngobrol lebih banyak coz Aku masih ada kelas." Wajah cantik pun terlihat tidak enak karena menolak ajakan salah satu Sahabat baik'nya semasa Junior High School.
.
.
.
"Oke. Nope. Btw, Kamu beneran gabung di IMIC??"
.
.
.
"Iya, of course. Tapi memang Aku jarang ikut rapat coz jadwalnya terkadang berbenturan dengan my class. Awii juga sama."
.
.
.
"What!!! Kamu bilang apa barusan??? Awi gabung IMIC juga??"
.
.
.
"Yapss."
.
.
.
"Tapi,... Aku udah periksa nama Dia dan nama kalian ngga ada di database yang Kak Kiran kasih."
.
.
.
"Kamu yakin udah periksa semuanya. Kami berada di Science Human." Ucap Shannon sambil tersenyum.
.
.
.
"Ohhh Shit.... kaya nya Aku melewatkan sheet belakang. Aishhh." Dan Sandy pun terlihat kesal karena tindakannya yang ngga sabaran saat mencari data Si You Know Who.
.
.
.
"Jadi Awi juga ada di Columbia. Menarik." Ucap remaja tampan itu dalam hati.
.
.
.
Cerita yang sesungguhnya barulah dimulai.
Sosok remaja berkacamata itu masih asyik dengan layar laptopnya. Hari-harinya seakan-akan dipenuhi dengan belajar, belajar, dan belajar. Hingga mereka yang mendekatinya pun merasa sungkan. Sampai akhirnya....
.
.
.
Brukkkk....
.
.
.
Sebuah buku tebal yang dijatuhkan dimejanya, sukses mengalihkan perhatian. Hening. Awi pun masih terdiam melihat apa yang ada dihadapannya.
.
.
.
"Apa!!! Kaget!!!"
.
.
.
"Senang bisa bertemu dengan mu kembali'. Ketua Geng."
.
.
.
Tak ada jawaban. Remaja berkacamata itu masih diam.
.
.
.
"Alex."
.
.
.
"Seperti yang kuduga, kalian saling kenal. Jadi kita langsung aja. Kamu harus bantu 2 Sahabat mu, ini ngerjain tugas. Ingat ya, Daddy Aku udah bantu kamu ngerjain tugas so sekarang gantian. Aku minta imbalan. Aku, perjelas. Aku. Minta. Imbalan."
.
.
.
"Wait..."
.
.
.
"Dan Aku. Ngga. Suka. Bantahan. TITIK. Alex, kameranya udah ready kan??"
.
.
.
"Ya."
.
.
.
"Good. So, kita masuk pertanyaan pertama."
.
.
.
Awi, Dia pun hanya mampu menghela nafasnya. Pasrah.
.
.
.
"Inget, Aku ngga akan mengulang pertanyaan nya jadi dengerin baik-baik. Pertanyaan pertama. Alasan Kamu kuliah di Columbia university??"
.
.
.
"Karena Aku diterima."
.
.
.
"Bisa jawab yang bener ngga!!"
.
.
.
" Kalau Aku ngga diterima di Columbia, Aku ngga mungkin kuliah disini. Memang Aku harus jawab apa. So, pertanyaan kedua??"
.
.
.
"Dasar nyebelin.. Pertanyaan kedua.. Kenapa Kamu pilih jurusan Science Human??"
.
.
.
"Karena Aku suka."
.
.
.
Sandy. Gadis manis itu pun semakin tak bisa membendung rasa kesalnya. "Kamu bisa ngga sih jawab yang bener!! Yang spesifik, detail. Panjang!! Macem Aku nih ya, Aku pilih Jurnalis karena Aku ingin tahu lebih banyak hal dan ingin membagikan nya kepada masyarakat luas. Aku juga ingin tau gimana peranan media terhadap kehidupan ini. Menjadi manusia yang berpikir dari berbagai sudut pandang... terus Aku juga ingin...."
.
.
.
"Apa alasan Kamu kuliah di Columbia??"
.
.
.
Hening. Seketika, kalimat panjang lebar dari gadis cantik itu pun terhenti karena sebuah pertanyaan. Dan....Buggggg.... buggggg..... buggggg.... Lagi. Dengan wajah kesalnya Sandy pun memukul-mukul sosok dihadapannya dengan botol air mineral. "Bisa ngga sih Kamu ngga ngeselin jadi orang, Hah!!! Ngapain kamu tanyain sesuatu yang Kamu udah tau jawaban nya!!"
.
.
.
"Kamu tuh kenapa sih marah-marah terus, ngga takut cepet tua dan kena darah tinggi diusia muda??"
.
.
.
"Apa!!! Kamu bilang apa barusan??? Jadi kamu ngatain Aku tua!! Berani ya kamu!!" Dan pukulan itu semakin menjadi-jadi.
.
.
.
"Stop... stop... damai.... damai.... Kalau Aku amnesia gimana??"
.
.
.
"Kamu dipukul balok aja sehat wal Afiat, cuma botol begini ngga ada apa-apanya buat kamu."
.
.
.
Hahh... Nampaknya keseruan mereka melupakan seseorang. Alex.
.
.
.
"Guyss, bisa kita lanjut??? Matahari akan terbenam, nanti lighting nya ngga bagus kalau gelap."
.
.
.
Mendengar ucapan Sahabat nya itu, Sandy pun menghentikan aksinya. "Ngga. Kita cari narsum yang lain aja. Ayo pergi." Dan dengan wajah kesalnya Sandy pun meninggalkan Awi tanpa melihat lagi kearahnya.
.
.
.
"Sand...tunggu..." Dan dengan terburu-buru Alex pun mengejar Sahabatnya itu.Awi. Remaja berkacamata itu pun, hanya terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan.
.
.
.
.
.
.
.
DoneHaii, terimakasih telah membaca chapter ini. Sampai bertemu di part-part selanjutnya. Maaf jika ada typo karena Admin langsung post.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For ?
Teen FictionCerita ini adalah kelanjutan dari Senandung Masa Remaja.