Chapter 19

384 59 2
                                    

[Chapter 19 : Start]

"...Namamu, kamu tidak tahu namamu."

Suara ayah terasa aneh. Suaranya terdengar seperti sedang menggaruk dasar jurang yang tajam.

Kemudian, paman pengikut berbicara padaku.

"Jadi, Anda benar-benar tidak tahu nama Anda? Umur juga?"

Aku hanya berbisik pada ayahku, bagaimana bisa kamu tahu?

Memalukan.

"Ya..."

Ketika aku mencoba menyembunyikan rasa maluku dan mengangguk, para paman pengikut bergumam.

"Tidak, sampai sekarang..."

"Marquis Tarenka memanggil Anda dengan apa?"

"..."

Aku kehilangan kata-kata.

Dia tidak pernah memanggilku.

Hey, Yang di sana, Kamu.

Aku dipanggil seperti itu.

Tapi dia tidak pernah 'memanggilku'.

Itu seperti menendang batu di pinggir jalan. (T/N : dia menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tidak penting (batu)).

Tidak ada kata untuk mengingatku dan memanggilku.

'Ah, ada kalanya dia memanggilku 'aku'.'

Parasit, Bukti perselingkuhan, Aib keluarga, Anak haram.

"Tidak perlu memikirkan itu."

Sebuah suara dingin memotong pikiranku.

Aku tersentak dan melihat ke atas ke arah pemilik suara.

Ayah menatap para pengikut dengan mata tajam.

'Ini sama.'

Saat aku mengatakan aku tidak mendapatkan bantuan anak.

Lalu dia berkata, "Kamu tidak perlu mengatakan lebih banyak."

Pada saat itu, ayahku membereskan situasi, ia berkata, "Tidak perlu mengatakan apa pun lagi."

Saat itu, aku pikir ayah menyalahkanku...

'Bukan itu.'

Dia berkata padaku bahwa aku tidak perlu memikirkan kenangan menyakitkan itu.

Dari awal dia tidak pernah menyalahkanku.

"Aku, aku tidak tahu namaku, aku tidak tahu umurku, tapi..."

Aku mengibaskan tanganku.

Aku tidak memiliki keberanian untuk mengangkat kepalaku.

"Aku tidak malu. Aku tidak merasa bersalah."

Aku mencoba untuk percaya diri.

Karena—.

"Karena aku punya ayah."

Aku melihat ke arah ayah dan dia memelukku erat.

"Itu benar."

Sentuhan yang menekan kepalaku agak sedikit kasar.

"Siapa yang bisa malu padamu dan merasa kasihan padamu?"

Tapi sekarang aku tahu.

Begitulah caramu membelaiku.

"Hehe."

Saat aku menertawakan ayahku, dia menyentuh pipiku dengan jari telunjuknya.

"Kamu bahkan tidak akan memikirkannya, jika kamu tidak ingin mati."

LBRARFWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang