Azura mengerjakan soal – soal dari buku yang dibelinya, tentunya setelah Daud pergi bekerja
dan dikala waktu senggang. Tapi, kali ini ia harus menyempatkan waktunya untuk ujian tiga
minggu kedepan dan mengatur waktu sebaik – baiknya“Kayaknya satu soal lama banget” ucap Azura secara monolog setelah melihat waktu di
ponselnya“Tapi yang penting aku bisa” sambungnya dengan percaya diri
Namun, berpaling dari soal yang baru saja diselesaikan, ia merasa tidak tahu bagaimana
menyelesaikan soal tersebut, samar – samar ia mengetahui caranya. Tapi, bagaimana?Kemudian ia meninggalkan soal itu dan mencari soal yang ia mengerti terlebih dahulu. Tapi,
setelah dilihat dari lima puluh soal, ia hanya bisa mengerjakan delapan belas soal dan itu tidak
semua benar. Jika seperti ini, bisa – bisa ia tidak lulus ujianAzura diam menatap bukunya dan justru berpaling pada bukunya kemudian memainkan
ponselnya, melihat notifikasi pada ponselnya. Beberapa notifikasi berasal dari toko online-nya,
namun ia malah malas menatap ponselnya, menjatuhkan ponselnya ke sembarang tempat“Atau ikut bimbel?”
***
Melangkah rasanya sangat ragu, bagaimana ia menjelaskan jika Daud mengetahui ini atau
orang rumah yang mencurigai kalau ia sering keluar rumah, terlebih lagi kemarin malam Azura
bertanya – tanya opini Danisha tentang kuliah dan tebakannya juga tepat pada sasaran“Misi, mbak. Kalau mau ikut bimbel untuk persiapan SBMPTN untuk tiga minggu kedepan
bisa gak, yah?” tanya Azura meskipun hatinya ragu, namun jiwanya tetap membara untuk
mengikuti ujian tersebut“Bisa, mbak bisa ikut kelas intensif satu kelas delapan orang”
“Seminggu berapa kali?”
“Dua kali, mbak”
“Kalau diluar jam belajarnya saya boleh tanya – tanya tentang soal gak?"
“Itu tergantung pengajarnya”
“Berapa jam belajarnya?”
“Khusus kelas intensif satu setengah jam, kalau yang reguler satu jam. Kami juga tidak asal
menerima orang untuk masuk bimbel, kami mengadakan ujian tertulis dahulu dan hasilnya
kami umumkan esok harinya, jika diterima bisa langsung membayar administrasinya”“Ujiannya bayar juga?”
“Tidak, kami akan memproses administrasinya setelah dinyatakan lulus dalam ujian tertulis
kami”“Ada waktu untuk belajar sebelum ujian gak, atau harus hari ini?”
“Bisa dipersiapkan dahulu”
“Owh, saya pikir – pikir dulu, yah” ucap Azura yang memikirkan kedepannya ia harus
bagaimana bersikap di rumah jika ia terlihat terlalu sering keluar rumahAzura melangkah dengan lambat setelah keluar dari tempat bimbel, terus berpikir mengatur
semuanya agar ia terlihat seperti biasa, ia melihat ponselnya bersiap memesan ojek online
untuk mengantarnya pulangTapi ia kembali melangkah masuk kedalam tempat bimbel “Mbak, ujiannya bisa sekarang
gak?” tanya Azura dengan sigap. Kalau ujian tunda – tunda dan dipersiapkan terlebih dahulu
dalam kurun waktu satu atau dua hari, berarti ia akan keluar rumah tiga kali dalam seminggu
ini, Ia belum siap bercerita kepada orang rumah dan Daud tentang hal ini***
“Sayang” panggil Daud ketika masuk kedalam kamar yang gelap, namun walk in closet terlihat
berbeda dengan keadaan sekelilingnya yang gelap. Azura yang sedang berada didalamnya
segera memasukkan bukunya kedalam kotak sepatu milik Daud dan menaruhnya di dalam
lemari paling atas dan sedikit tersembunyiPintu walk in closet sudah terbuka memperlihatkan Azura yang sedang menutup pintu lemari
“Sedang apa?” tanya Daud yang mendekatinya dan memeluknya dari belakang, ia masih
merasa gugup, karena hampir saja ketahuan“Aku bersih – bersih aja, sambil lihat baju yang bisa kita sumbang” alibi Azura
Daud tidak menjawabnya, karena ia sibuk menciumi pundak dan leher Azura “Kamu capek
gak?” tanya Azura, ia ingin meminta izin untuk kembali bersekolah. Tapi, ia harus memastikan
kalau suaminya itu tidak merasa lelah, ia takut responsnya tidak baik jika permintaannya aneh
– aneh“Kenapa?”
Azura jadi semakin gugup, ia membalikkan badannya membuat ia berhadapan sangat dekat
dengan Daud, sampai ia bisa merasakan hembusan napasnya“Aku boleh nggak...” ucap Azura
menatap mata Daud yang membuat ragu untuk bicara. Azura menelan salivanya terlebih
dahulu sebelum ia kembali berbicara“Aku boleh nggak...” ucap Azura kembali namun tidak ada perubahan pada kalimatnya. Justru
ia terlihat gugup“Apasih?” balas Daud yang terdengar kesal
Azura menutup matanya dan berbicara dengan isi kepala yang campur aduk “Aku boleh nggak
punya anak kembar” ujar Azura menutup rapat – rapat matanya dan justru ia mengatakan hal
yang jauh berbeda dengan apa yang ingin ia sampaikanDaud mengangkat wajah perempuan berumur dua puluh tahun itu “Tentu saja boleh. Tapi aku
nggak tahu kita bisa atau enggak” balas Daud“Mungkin kita bisa program hamil anak kembar, pak dokter” Azura membalasnya dengan
wajah kikuk. Namun, Daud hanya tersenyum dan melumat bibir AzuraSikap Daud terhadapnya membuat Azura lupa dengan rencananya untuk kembali bersekolah.
Ia merasakan kehangatan yang dirinya yang membuat ia ragu untuk melakukan semua iniAzura berusaha melepas ciuman tersebut, tapi rasanya itu sulit. Ia mendorong dan akhirnya
terlepas juga “wajahku tertusuk janggutmu yang tajam” protes Azura dan kemudian ia
melemparkan senyuman pada Daud “Tapi aku suka itu” sambungnya***
Lanjut gak nih? Atau kalian yang baca kesel karena gak sesuai realita pas Azura mau daftar bimbel dan jijik dengan dengan bagian yang terakhir? Komen yaw dan jangan lupa beri vote 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Hubby
Teen FictionDiantara ego, iri dan impian. Azura memutuskan untuk menikah di usia muda dengan Daud, pria yang jauh empat belas tahun diatasnya Terkadang Azura merasakan terbatasnya kebebasan masa muda karena ikatana pernikahan yang telah terjadi, salah satunya m...