Senyum Alex tak pudar saat tak sengaja bertemu mantan pacarnya tadi siang. Pria itu benar-benar terkejut saat Vena menjadi pelayan toko. “Dia masih sama,” lirihnya sambil mengusap dagu.
“Siapa?” sahut Rosa-mama Alex yang tengah membereskan barang-barang putra semata wayangnya itu.
“Hanya teman lama, Ma.”
Rosa memicingkan mata, merasa ragu akan jawaban putranya. “Benarkah? Teman cowok atau cewek? Kenapa dari tadi mama lihat kamu senyum-senyum gitu.”
Alex hanya mengedikkan bahu, menatap mamanya dengan lekat. “Sampai kapan Mama terus membereskan apartemenku. Aku bisa menyuruh orang untuk melakukan ini, Ma?” tanyanya yang ingin mengalihkan pembicaraan.
“Sampai kamu punya istri,” sahut Rosa.
“Ma.”
“Alex, kamu sudah dewasa, kamu sudah mempunyai pekerjaan yang mapan. Sampai kapan kamu jomlo gini. Itu mantan pacar kamu Putri sudah nikah dua bulan lalu, lah kamu kapan?”
Alex memutar bola matanya. Tentu pria itu masih ingat bagaimana mantan pacar yang ia kencani beberapa bulan terakhir ternyata berselingkuh. Alex mendengkus tak suka karena tiba-tiba pikirannya melayang tentang hubungan yang beberapa kali gagal.
Sejak putus dari Vena pas waktu SMA dulu, Alex sudah beberapa kali mencoba untuk berpacaran dengan beberapa gadis, meskipun pada akhirnya kandas di tengah jalan. Sebenarnya apa yang salah dari pria tampan seperti dia? Pekerjaannya sudah bagus, ia sudah menjalankan berbagai bisnis seperti membuka kos-kosan, kafe dan hebatnya dia masih menjalankan bisnis keluarga.
Alex memang tergolong dari keluarga mampu. Akan tetapi, dia tetap memiliki bisnis kecil dari usahanya sendiri meskipun tidak menutup kemungkinan ia mendapat modal dari kedua orang tuanya.
Cukup lama Alex termenung sehingga tak menyadari bahwa mamanya sudah selesai membereskan barang-barangnya. “Mama pergi dulu, ya.” Pamit Rosa setelah menaruh buah dan sayur di dalam kulkas.
Alex hanya tersenyum tipis. “Terima kasih, Ma.”
Pria itu mengantarkan Rosa sampai ke pintu. Namun, saat pintu terbuka Rosa memutar tubuhnya. “Oh iya, kamu sudah beli, kan, sofanya?”
Alex mengangguk. “Sudah, Ma. Kalau gak hari ini mungkin besok diantar.”
“Baiklah, Mama pulang.”
“Hati-hati.”
Setelah kepergian mamanya. Alex melemparkan tubuhnya ke ranjang. Netranya memandang langit-langit kamar, ia mendesah berat. Namun, sekelebat wajah Vena tiba-tiba menghampiri pikirannya. Alex tersenyum sambil menekan jantungnya yang berdetak kencang.
“Senang bertemu denganmu kembali.”
****
Sejak kejadian hari itu, Vena merasa was-was berada di dalam toko. Bukannya tak suka bertemu lagi dengan mantan. Akan tetapi, gadis itu merasa minder. Bayangkan saja sudah beberapa tahun mereka tak bertemu dan sialnya Vena bertemu di saat ia tetap menjadi orang seperti ini. Maksudnya, kehidupannya tak jauh beda dari Vena yang dulu.
Bukankah setiap orang ingin dipandang lebih saat bertemu dengan mantan. Contohnya seperti, wajah lebih glowing, penampilan lebih bagus, tubuh lebih tinggi atau sexi, pekerjaan juga bagus dan poin yang lebih penting ada pacar yang bisa diunggulkan saat bertemu mantan. Nah ini, apa yang harus Vena unggulkan? Chanyeol? Ya kali, biasnya saja gak tahu kalau Vena hidup di dunia ini. Miris sekali hidupmu, Ven.
“Ven, kenapa melamun?” tanya Adit sambil menaruh botol teh pucuk.
Vena sedikit terkejut. “Gak ngelamun kok, Dit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Terhalang ( BIAS )
RomanceVena Muktasya, tak pernah berubah memuja seorang Park Chanyeol yang menjadi biasnya sejak SMA. Mungkin alasan itulah kenapa Alex-mantan pacarnya memilih memutuskan hubungan mereka meskipun pria itu dulu sedang sayang-sayangnya. Alex sangat membenci...