Kiran menyelesaikan semua hukuman nya tepat pukul lima sore, seragam yang dia kenakan sudah berbau tidak sedap akibat cipratan air kotor bekas mengepel lantai. Dia menyeka keringat yang hendak meluncur di pelipisnya, kemudian dia segera membereskan semua peralatan bersih-bersih itu dan segera bergegas pulang. Kiran khawatir dia tidak mendapat bis nantinya.
Sudah cukup lama dia menunggu di halte, namun sampai detik menunjukkan pukul 7 malam tidak ada satu bis pun yang melintas. Kiran masih berfikir positif dan tetap berharapa kalau malam ini dia akan mendapat transportasi untuk pulang. Dia bisa saja jalan kaki yang mana akan memakan waktu sekitar satu jam tetapi tenaga Kiran sudah terkuras habis karena hukuman tadi, jadi sekarang dia hanya bisa berharap kalau akan ada bis malam ini.
Helaan nafas panjang lolos begitu berat dari hidung Kiran, sembari duduk dia memijat pundak dan betis nya bergantian. Tubuh gendut nya memang membuat Kiran mudah lelah, apalagi Kiran yang jarang sekali berolahraga sehingga pekerjaan tadi menyisakan rasa nyeri serta pegal di hampir seluruh bagian tubuh nya.
Waktu sudah melewati angka delapan, namun tidak ada angkutan umum yang melintas satu pun. Dengan terpaksa Kiran memutuskan untuk pulang jalan kaki, dia tidak mau sampai ibu dan ayah nya khawatir karena Kiran pulang terlalu larut.
Langkah gontai nya satu demi satu menyusuri jalanan yang mulai sepi, keringat kering tadi kini kembali membasahi seragam Kiran. Kaki nya benar-benar sudah lelah memopang bobot tubuh yang bukan hanya ada daging dan tulang saja, tapi lemak terlipat di mana-mana.
*******
Home, Arash.
19:45Arash semakin menyusup dalam selimut mendengar suara mama nya yang masih setiap memanggil diluar sana. Bukan bermaksud untuk pura-pura tuli tapi dia enggan bertemu orang di ruang tamu, seorang gadis yang selalu mama nya dekat kan untuk Arash.
Semenjak Arash putus dari kekasih pertama serta cinta pertama nya dia sudah tidak ada minat menjalin hubungan dengan siapapun, dia ingin lebih fokus ke sekolah dan masa depan nya saja. Tetapi keputusan itu tidak berlaku untuk Wina, mama Arash sendiri. Karena faktor persahabatan antara Dea dan Hilda teman masa kecil nya, membuat Arash selalu di paksa untuk menjalani pedekatan dengan putri Hilda yaitu Anggun. Sudah menjadi cerita lawas kalau orang tua memiliki sahabat kecil pasti ujung-ujung nya ada perjodohan memuak kan seperti ini.
"Arash mama tahu kamu nggak tidur !" suara Wina sudah mulai kehilangan rasa sabar
"sekarang kamu pilih keluar atau semua alat fitnes kamu mama jual !"mendengar ancaman itu Arash menggeram marah, mama nya selalu bisa membuat Arash menuruti semua perkataan nya. Alat fitnes menjadi senjata Wina agar Arash selalu menuruti nya, Wina tahu kalau Arash sangat mencintai olahraga dan semua alat fitnes yang Wina belikan. Sehingga di keadaan seperti ini ancaman itulah yang paling manjur, karena Arash tidak akan membiarkan semua alat fitnes nya dijual.
"Tunggu sampai gue kerja dan bisa beli alat fitnes sendiri, dari sana mama udah nggak akan bisa ngancem-ngamcem lagi !" gerutu Arash sembari berjalan malas ke arah pintu, membuka pintu itu dengan wajah tertekuk sebal, sedangkan Dea melebarkan senyum paling menawan miliknya.
"Nggak ada anceman lain ma !" kata Arash setengah mendengus
Wina menggeleng "nggak ada"
"Ck !" decak Arash semakin kesal
"udah ayo turun kasihan Anggun" ajak Wina tidak sabaran
"aku bau ma habis olahraga dan males mandi" sahut Arash berbohong, dia sudah mandi tadi.
"Nggak papa, Anggun nggak akan peduli in itu. Dia udah tergila-gila sama kamu Rash" ujar Wina sangat antusias, kedua mata indah nya selalu berbinar cerah dengan lekukan senyum indah tercetak jelas jika sudah berbicara soal Anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fat Love Story
Teen FictionKiran mengira dia adalah perempuan gendut paling beruntung di bumi, karena meski dia menerima beberapa hinaan dia masih memiliki sahabat serta cinta pertama nya yang mau menerima Kiran. Dia begitu mencintai lelaki cinta pertama nya itu, hingga Kiran...