Buku Fisika

95 26 0
                                    

Kirania meremas kuat kertas yang baru saja dia temukan dalam tempat sampah, beberapa sobekan kertas itu ada tulisan yang sangat hafal diluar kepala, itu tulis tangan Kiran sendiri.

Buku itu hancur, sengaja di gunting lalu dibuang ke tempat sampah tepat di depan pintu kelas Kiran, buku yang Bagas rebut dan tidak di kembalikan ternyata sudah berubah bentuk menjadi sobekan kecil tidak bisa di perbaiki lagi.

Kiran memungut semua sobekan tersebut, menggenggamnya erat sembari dia berjalan ke arah kantin. Dia tidak pernah merasa se kecewa dan se marah ini kepada seseorang, dia selalu sabar dan menerima bullyan mereka dengan lapang dada, tapi perbuatan Bagas sudah membangunkan jiwa amarah Kiran. Buku fisika Kiran telah hancur, disana ada banyak catatan penting dari beberapa pertemuan dan soal harian yang bisa Kiran buat belajar kalau mendekati ujian nanti, namun kini tulisan serta rangkuman Kiran hancur.

Kaki nya melangkah ke tempat dimana Bagas dan teman-teman nya biasa nongkrong di jam istirahat seperti ini. Dia menemukan Bagas ada di kursi pojok kantin sedang tertawa girang tanpa ada rasa bersalah sama sekali. Dengan langkah cepat Kiran menghampiri Bagas, yang biasanya dia tidak suka suasana ramai sekarang dia tidak peduli, Kiran hanya ingin sampai ke meja Bagas secepat mungkin.

"Woii ! apa an sih !!" bentak Bagas reflek ketika Kiran melempar potongan buku fisikanya tepat di wajah Bagas, sampai masuk ke mangkok bakso di meja mereka

perhatian seisi kantin mendadak tertuju ke Kiran, Kiran berdiri dengan nafas memburu panas. Dia terus menatap Bagas, ingin sekali Kiran mencakar wajah lelaki brengsek itu

"elo berani ya sama gue !" bentak Bagas lagi

"kenapa kamu sobek buku aku !!" balas Kiran ikut membentak, bibir nya bahkan sudah bergetar

"buku apa an sih, jangan asal nuduh elo ya !" bantah Bagas tajam

"kamu ini pura-pura bego apa bego beneran, kemaren yang rebut buku fisika ku itu kamu. Sampai aku di hukum karena kamu nggak balikin buku itu, tapi sekarang kenapa buku fisika ku udah rusak ada di tempat sampah !!" ucap Kiran menahan segala amarah yang menguasainya, tanpa sadar kedua tangan Kiran mengepal kuat.

Mendengar itu Bagas malah tertawa, bukan hanya Bagas tapi juga teman Bagas yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka berdua. Wajah Bagas sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun, suara tawa nya seperti belati penyayat hati Kiran, bisa-bisa nya ada manusia seperti Bagas yang tidak punya rasa bersalah seperti ini.

" Oh buku itu, gue kira elo udah nggak mau. Jadi gue gunting" Bagas berbicara tanpa beban sama sekali, di selingi kekehan kecil.

"salah aku apa sih Gas !" teriak Kiran menatap kecewa teman sekelasnya itu. Ralat, bukan teman karena Bagas tidak pernah menganggap Kiran adalah teman, hanya wanita gendut perusak pemandangan kata Bagas.

Di tengah perdebatan itu geng Gio baru saja datang, rasa penasaran membuat Hardi menerobos kerumunan siswa dan melihat jarak dekat apa yang sedang terjadi, di susul Bram Arash dan terakhir Gio. Siswa siswi otomatis memberi mereka ruang jalan ketika melihat geng Gio datang ikut menyaksikan perdebatan tersebut.

"Elo hidup aja udah salah, apa elo nggak sadar kalau elo itu cuman ngerusak pemandangan disini. Tiap hari gue harus ngelihat elo, dan itu ngerusak mata gue tau nggak !" Bagas berkata sambil mendekati Kiran, berdiri tepat di hadapan gadis itu

"kalau nggak suka nggak usah dilihat" balas Kiran mendesis kecil

"menurut gue kalau gue nggak suka berarti harus gue basmi, paham ?"

Kiran memejamkan mata, merasakan guyuran jus melon membasahi kepala sampai sepatunya. Dingin, itulah yang Kiran rasa, sedangkan yang dia dengar adalah tawa Bagas, teman Bagas dan para siswa siswi lain. Tidak ada satupun dari mereka merasa empati kepada Kiran, meski Bagas mengguyur nya tepat di depan mata mereka. Kedua tangan Kiran semakin mengepal dengan kuat, disini dia yang seharus nya mendapat keadilan bukan Bagas yang malah mendapat dukungan.

Fat Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang